Jimin POV
"Baby, bangunlah." Aku mendengar suara seseorang dan aku hanya mengerang. Aku hanya ingin kembali tidur. "Kau terlihat sangat manis ketika tidur, tapi ini sudah waktunya bangun, sayang." Perlahan aku membuka mataku dan menatap Namjoon. Sejak kapan aku tertidur?
"Hai, sunshine. Sekarang waktunya makan. Jin sudah memasakkan menu spesial dan kejutan untukmu." Namjoon tersenyum lembut padaku. Aku tidak bereaksi dan hanya menatapnya. Kejutan? Bisa jadi sesuatu yang buruk.
Namjoon menghela nafas dan meraihku kepelukannya. Kami meninggalkan ruangan, dengan aku yang berada dalam dekapannya. Aku melingkarkan tanganku disekeliling lehernya dan menyembunyikan wajahku diperpotongan lehernya.
"Dan Daddy juga sudah menyiapkan hadiah kecil untukmu."
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang lembut menyentuh sisi wajahku. Aku memalingkan muka untuk melihatnya dan mendapati sebuah boneka beruang. Mataku melebar... boneka ini sangat menggemaskan.
"Ambillah. Ini milikmu." Aku menatap Namjoon, lalu kembali mengalihkan atensiku pada boneka itu. Perlahan aku meraihnya dan memeluknya erat.
"Kau menyukainya?" Aku mengangguk dan tersenyum kecil. Boneka beruang ini sangat empuk, lembut dan memiliki aroma yang menyenangkan.
"Terima kasih." Bisikku. Namjoon tersenyum dan mulai berjalan kembali. Aku menyandarkan kepalaku dibahunya, menyembunyikan senyumku dibalik bonekaku. Kami memasuki daput dan aku mencium aroma yang nikmat.
Namjoon hendak mendudukanku dikursiku tapi aku mengeratkan pelukanku dilehernya. Dia tidak boleh meninggalkanku. Dia telah berjanji untuk melindungiku, jadi ia tidak boleh meninggalkanku. Ia tidak boleh melepaskanku dan membiarkanku duduk sendirian dikelilingi para psikopat ini.
"Minnie? Ayo lepaskan." Bisik Namjoon dan aku hanya menggelengkan kepalaku. Ia menghela nafas dan akhirnya duduk dengan aku yang berada dipangkuannya. Aku masih menyembunyikan wajahku dibalik beruangku. Aku tidak ingin melihat wajah mereka.
"Aku membuat pizza." Ujar Jin dan semua orang bersorak, termasuk Namjoon. Aku hanya terdiam sambil memeluk beruangku. Mengapa mereka terdengar begitu bahagia? Itu kan hanya makanan.
"Ini untukmu, Jiminnie." Aku mendongak dan mendapati piring berisi dua potong pizza. Aku menatap Jin yang tersenyum padaku, dengan senyumnya yang terlihat keibuan. Tapi sayangnya, aku sudah kehilangan kepercayaanku padanya.
Namjoon memutar tubuhku sehingga aku berhadapan dengan piringku. Aku perlahan meraih sepotong dan menggigitnya. Jujur, rasanya sangat enak. Aku kembali menghadap Namjoon sambil mempererat pelukan pada beruangku. Aku makan sambil menunduk.
Saat ini aku merasa nyaman, tapi aku tahu tidak seharusnya aku merasa seperti ini. Aku merasa aman, tapi aku tahu tidak seharusnya aku merasa seperti ini. Aku menyukai Namjoon, tapi aku tahu tidak seharusnya aku merasa seperti ini.
Dan, aku mulai tidak peduli. Aku mulai menyukai semua ini. Aku mulai suka tinggal disini... ya, semua orang-orangnya juga, kecuali Jungkook.
"Jiminnie, apa kau mau sepotong lagi?" Aku menatap Jin, bingung. Aku menunduk menatap piringku dan mendapati bahwa aku sudah menghabiskan semuanya. Aku menggeleng sambil memeluk beruangku.
"Apa kau yakin? Kau makan sedikit sekali." kata Namjoon. Aku menatapnya dan mengangguk.
"Baiklah, tapi bila kau mulai lapar segera beritahu Daddy, ya." Aku mengangguk lagi.
"Sekarang... kejutannya!" Seru Jin sambil tersenyum lebar. Aku menatapnya was-was. Dia adalah psikopat... aku tidak tahu definisi dari 'kejutan' baginya bermakna apa. Baik atau buruk?
Tiba-tiba ia menyodorkan sebuah muffin berukuran besar kehadapanku. Mataku melebar. Hah?
"Aku ingin meminta maaf, Jiminnie. Aku tidak seharusnya mengasarimu. Kau masih bayi, dan aku harap kau mau memaafkanku." Aku menatap Jin yang memandangku dengan mata penuh pengharapan.
"Tidak ada ruangan spesial?" Tanyaku pelan. Ruangan itu adalah salah satu ketakutan terbesarku dirumah ini. Aku tidak akan pernah ingin kembali memasuki ruangan itu.
"Ya tuhan, tentu saja tidak! Ruangan itu hanya untuk anak yang sudah besar seperti Jungkook." Jawab Jin sambil menyodorkan muffin itu padaku. Aku menerimanya, yang hal itu juga berarti aku menerima permintaan maafnya.
Aku mulai memakan muffinku perlahan. Sepertinya dalam waktu dekat ini aku tidak mempunyai peluang untuk kabur. Jadi, mengapa tidak berusaha berteman dan bersikap baik pada para psikopat ini? Ini untuk keselamatanku sendiri. Mari berpura-pura menyukai semua ini, meskipun pada kenyataannya aku memang sedikit menyukainya.
"Terima kasih, Jiminnie. Jadi, siapa nama teman barumu itu?"
Aku menatap beruangku dan tersenyum.
Tbc!
Dua berita; baik dan buruk.
kabar baiknya gw akan double update sesuai janji, bahkan gw percepat jadi minggu ini bukan minggu depan wkwk /yeeyyyy/
kabar buruknya, gw akan tunggu sampe chap ini dapet 30 vote sebelum up yg kedua:')
FYI: chap ini dan chap selanjutnya emang pendek banget dari sananya. dan yah, gw minta maaf kalo kalian ga puas tapi ya mau gimana lagi gw tida bisa berbuat apa" wkwk. so, jangan protes:')
FYI (2): Jadi author aslinya bikin vote buat namain beruangnya chim, dan yang menang adalah 'Joonie'. Jadi nama beruangnya chim yang akan di reveal di chap selanjutnya itu Joonie ya hehe.
*btw lucu ya Minnie Joonie wkwk kaya panggilan kesayangan:"* *yashh gw baper bgt:"*
jangan lupa vote biar cepat update:))
Regards,
Blossom:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Minnie [Translation]
Fiksi PenggemarOriginal story belongs to @SheilaNandos Jimin seorang pemuda berumur 21 tahun yang diculik dan diperlakukan sebagai anak kecil. Ia dipaksa melakukan hal-hal yang diluar batas 'wajar' umurnya. Mulai dari memakai baju bayi, menghisap 'dot', dan di m...