Chapter 15

4.7K 440 25
                                    

Jimin POV

"Kau harus makan, Jimin." Perintah Jin saat aku hanya menatap serealku.

"Jika kau ingin segera sembuh dan meminum obatmu, kamu harus makan. Aku tahu kau merasa tidak enak badan dan hanya ingin kembali berbaring tapi inilah satu-satunya jalan, Jiminnie." Aku menatap Yoongi yang tersenyum padaku. Aku menghela nafas.

*kenapa akhir" ini sering ada yungi:"*

Mungkin aku harus makan, setidaknya sedikit. Yah, memang benar aku membutuhkannya agar penyakitku tidak bertambah parah. Dan YA aku akan meminum obat yang para penculik ini berikan padaku. Tapi camkan, aku tidak bodoh atau apa. Aku melakukan ini karena aku merasa sangat sakit dan ingin segera sembuh, agar aku bisa segera memikirkan cara melarikan diri dari neraka ini.

Perlahan, aku meraih sendok anak-anak itu dan mulai memakan sereal dari mangkuk kekanakan yang ada dihadapanku. Mereka masih tetap pada pola pikir 'Jimin adalah bayi'. Sungguh, aku benar-benar tidak mengerti. Aku sedikit tahu mengenai permainan usia untuk 'sexual desire', tapi apa yang terjadi disini? Aku benar-benar bingung. Apa tujuan dari semua permainan ini? Aku berubah menjadi seperti Jungkook? Itu tidak akan pernah terjadi!

Aku berhenti makan dan mendorong mangkukku menjauh. Kemudian membaringkan kepalaku diatas meja, dan menutup mataku. Aku tidak lagi memerdulikan tata krama yang orang tuaku ajarkan sewaktu aku kecil. Aku sakit, lelah dan DICULIK. Mengapa aku harus menggunakan tata kramaku pada orang-orang sakit mental ini?

"Apa kau sebegitu lelahnya?" Aku tidak peduli siapa yang mengatakannya dan hanya mengangguk. "Ini, minum obatmu." Aku membuka mataku dan mendapati Jin yang memegang gelas dihadapanku. Aku meraihnya dan meminumnya.

AISHH MENJIJIKAN. Mengapa mereka tidak menciptakan obat yang manis? Tidakkah mereka merasa kasihan pada orang-orang sakit sepertiku?

Aku kembali mengandarkan kepalaku. "Jimin, pergilah ke ruang keluarga. Kau bisa berbaring disana. Hoseok akan menemanimu karena ia sudah selesai."

Aku merasa seseorang membantuku bangkit dan meringis. Sialan, tidak bisakah mereka hanya membiarkanku sendiri?

Kami berjalan entah kemana, mungkin ke ruang keluarga tapi aku menolak membuka mataku. Beberapa saat kemudian orang itu, sepertinya Hoseok, membaringkanku di sofa. Ia meletakkan kepalaku di pangkuannya lalu memainkan rambutku. Aku mulai tenang dan mengantuk.

"Hoseok hyung? Aku membawakan selimut. Selimut yang lembut. Bolehkah aku menyelimutinya?" Itu... Jungkook! Aku mulai panik dan bangkit. Aku membelalakkan mataku.

Dirumah ini, ada tiga orang yang membuatku ketakutan setengah mati:

1. Jin.

2. Jungkook.

3. Namjoon.

Aku benar-benar lebih takut terhadap Jungkook daripada terhadap Namjoon. Bocah sakit jiwa itu seharusnya diisolasi diruangan tertutup, terasing dari seluruh peradaban dunia.

"Hey, Jiminnie, ayo berbaring lagi. Jangan takut. Jungkook hanya ingin bersikap baik dan meminjamkan salah satu selimut favoritnya padamu. Aku tidak akan meninggalkanmu." Hoseok menenangkanku dan kembali membaringkanku dengan lembut. Aku kembali berbaring sambil mengawasi Jungkook. Jika bocah itu melakukan sesuatu, aku bersumpah aku akan langsung berlari meskipun aku sedang sakit.

"Maafkan aku, aku tidak pernah bermaksud buruk." Bisik Jungkook, menyerahkan selimut itu pada Hoseok yang langsung memakainya untuk menyelimutiku. Aku harus mengakui bahwa selimut sialan ini terasa benar-benar hangat dan lembut. Aku mulai merasa bersalah pada Jungkook, tapi... tidak. Tidak. Aku tidak mempercayainya dan aku tidak peduli seberapa banyakpun kata maaf yang ia ucapkan padaku.

"Jungkookie, mengapa kau tidak pergi bermain dan membiarkan Jimin tidur?" Hoseok tersenyum padanya, dan Jungkook mengangguk lalu berlari pergi.

Aku kembali bernafas lega. Aku memejamkan mataku lagi. Aku bisa merasakan Hoseok memainkan rambutku dan aku mulai merasa kembali mengantuk. Saat itu, aku memutuskan bahwa Hoseok adalah orang kedua yang cukup kusukai di rumah ini.

...

"Minnie, bangunlah." Seseorang berusaha membangunkanku, tapi aku hanya mengabaikannya. "Baby? Bangun." Aku perlahan membuka mataku dan menatap sekeliling dengan bingung. Hoseok kemana? Mataku terpaku pada orang yang membangunkanku... Namjoon.

"Hey, bagaimana keadaanmu?" Ia tersenyum padaku tapi aku tidak membalasnya. Namjoon menghela nafas. Ia mencoba menyentuhku tapi aku mengelak. "Jangan takut." Namjoon mengatakannya dengan sedih.

"Emm,.. apa yang terjadi?" Yoongi tiba-tiba memasuki ruang keluarga.

"Jimin tidak membiarkanku menyentuhnya." Namjoon mengatakannya dengan perlahan sambil menatap Yoongi.

"Minnie, Namjoon adalah Daddy-mu. Ia tidak akan menyakitimu. Hal yang sebelumnya terjadi hanyalah kecelakaan. Hal ini masih baru untuk Namjoon jadi ia melakukan banyak kesalahan. Tapi, aku bersumpah bahwa ia adalah orang baik, dan ia sangat peduli padamu. Ia menyayangimu." Aku hanya menatap Yoongi, tidak bergerak seinci pun. Aku tahu Namjoon sedang menatapku.

Aku harus mempercayainya? Ia menyayangiku? Peduli padaku? Bohong. Yoongi, kau pembohong.

"Bagaimana keadaanmu? Kau terlihat sedikit lebih baik." Yoongi mengatakannya sambil tersenyum padaku. Mengapa orang-orang ini selalu tiba-tiba mengubah topik pembicaraan? "Apa kau mau menjelajahi rumah ini, sayang?" Yoongi menyodorkan tangannya kearahku. Aku menatapnya, kemudian meraihnya. Aku akan melakukan segala cara untuk menjauh dari Namjoon, dan bila itu berarti pergi berkeliling rumah dengan Yoongi, aku akan melakukannya dengan senang hati.

"Oke, bersenang-senanglah, sayang. Tapi jika kau mulai merasa sakit segeralah datang padaku atau beritahu Yoongi hyung, oke?" Namjoon tersenyum lalu pergi.

"YOONGIIIIII HYUNG! AYO KITA BERMAINNNN!" Jungkook berteriak sambil berlari menghampiri kami. lalu ia berhenti dan menatap kami dengan puppy eyes-nya.

*Si kuki capslock jebol ihhh:(*

"Kookie, jangan berteriak dirumah dan tidak, kita tidak bisa bermain. Aku akan mengajak Jimin berkeliling rumah."

"Ta-tapi kau tidak pernah bermain denganku." Ia mengerucutkan bibirnya dan aku menggigil. Menjijikan.

"Lalu, apa kau mau bergabung?" Tawar Yoongi. Jungkook mengangguk dengan antusias bahkan sebelum aku dapat protes. Aku menatap Yoongi lalu menggelengkan kepalaku.

"Oke, ayo kita mulai tur-nya." Yoongi hanya tersenyum padaku dan Jungkook. Mengabaikan protesku.

SIALAN, MENGAPA?!

Tbc!

mau curcol. lagi kesel bgt deh. kenapa semua orang childish banget sih:( pleaseeee kita tuh udah mahasiswa. bukan anak sma lagi. jadi itu sikap sama pola pikir tolong dikondisikan :(

yah, mungkin gw ngomong disini juga malah bikin gw jadi keliaatan kekanakan wkwk, gadewasa. tapi yaaa gw lagi butuh pelampiasan sekarang.

udha achhh gajelas.

gausa dibaca.

bhayzzz.

Regards,

Blossom:)

My Little Minnie [Translation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang