Chapter 14

4.6K 459 20
                                    


Jimin POV

Aku berbaring di 'kasurku' dan menatap langit-langit. Yoongi sudah pergi dan aku hanya bisa terdiam disini, merasa benar-benar sakit. Aku menggigil saat mengingat ia memandikanku sebelumnya. Ia menyentuhku dan aku bahkan tidak bisa protes.

"Minnie. Ini minum dan obatmu." Aku menoleh ke arah pintu dan melihat namjoon masuk. Ia tersenyum padaku dan duduk disebelahku. Aku kembali menatap langit-langit, mengabaikan kehadirannya. Aku masih takut padanya dan aku tidak mau membuat masalah lagi.

"Minnie, tolong lihat aku. Daddy minta maaf, oke? Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku sedang marah saat itu. Aku marah karena kau kabur, dan ketika kami menemukanmu kau sedang sakit. Aku sangat khawatir. Hyung-mu tidak merawatmu dengan baik." Aku mulai menatapnya.

"Itu bukan salah Hyung-ku. Aku terkena flu karena aku berjalan di malam hari dan saat itu cuacanya dingin. Aku hanya memakai sebuah sweater. Dia tidak tahu. Aku ingin pulang.." Aku mulai terisak, menunduk lalu menatap tanganku. Namjoon menghela nafas.

"Aku hanya menginginkan yang terbaik bagimu, dan yang terbaik adalah bersamaku dan para Hyung-mu. Kami akan merawatmu. Kami bahkan sudah memutuskan untuk pindah dan tinggal bersama. Kami sudah membeli rumah baru." Ia mengatakannya dengan raut bahagia. Aku hanya bisa menatapnya, terkejut.

"TIDAK!" Aku berteriak lalu terbatuk. Sialan. Kami akan tinggal bersama? Aku akan tinggal dengan Jin dan Jungkook?

"Jangan berteriak!" Desis Namjoon. "Ya, kita akan pindah besok. Semua barang telah dikemas, dan kami akan mengemas barangmu besok. Jadi, tidurlah dan minum obatmu." Ia menyodorkan gelas padaku tapi aku berpaling.

Aku tidak akan meminum 'obat' itu. Itu bisa jadi obat apa saja, dan saat ini aku hanya ingin tidur. Sulit untuk tetap terjaga.

"Minnie, ayo minum obatmu dan jadilah anak baik. Setelah meminumnya kau bisa tidur. Kau sangat lelah, aku tahu." Ia kembali menyodorkannya, dan aku tetap menolak. Mereka boleh saja menghukumku lagi bila mereka mau, tapi aku tidak akan pernah menerima obat dari mereka lagi.

"Jimin! Aku peringatkan sekali lagi. Minum. Apa kau mau aku kembali marah? Atau kau mau aku memanggil Jin? Apa pilihanmu?" Aku menatapnya ketakutan. Ya ampun, ia terlihat sangat serius, dan aku mulai ketakutan.

Perlahan, aku membuka mulutku dan meminum obat itu. YANG TERASA SANGAT MENGERIKAN. Aku berusaha menelannya mati-matian.

"Ini jus mu. Itu akan menghilangkan rasa pahitnya." Ia menyodorkan sippy cup padaku dan aku langsung meminumnya. Kau harus mengerti, rasa obat itu sangat sangat pahit. Kau juga akan melakukan hal yang sama jika berada diposisiku.

"Lihat, tidak sulit, kan?" Namjoon tersenyum dan menjauhkannya dariku. Kini aku sangat mengantuk dan memutuskan untuk berbaring. Namjoon mengelus rambutku dan menaruh dot dimulutku. Tenagaku benar-benar terkuras dan aku hanya pasrah menerimanya. Mataku mulai tertutup dan aku tahu mereka telah memberiku obat tidur lagi. Jika bisa, aku ingin memutar mataku. Seperti—what the heck, tidakkah mereka menyadari bahwa aku sakit dan benar-benar lelah saat ini? Bagaimana pun juga aku pasti akan tidur. TAPI sekarang aku merasa lebih lelah dari sebelumnya. Kurasa mereka hanya takut aku bangun dan melarikan diri lagi.

"Tidurlah malaikat kecilku. Selamat malam." Namjoon mencium dahiku, dan itulah hal terakhir yang aku ingat.

.....

Aku bangun dan merasa lebih sakit dari sebelumnya. Mataku terasa berat, dan aku sama sekali tidak mempunyai tenaga. Aku meringis. Tolong katakan ini hanya mimpi buruk, dan aku masih berada di rumah Sehun hyung. Please.

Setelah beberapa menit, aku membuka mataku perlahan dan menatap sekelilingku dengan bingung. SIAL. Aku perlahan bangkit. Saat ini aku berada diruangan yang berbeda, ruangan yang tidak ku ketahui. Ruangan ini sedikit lebih besar, dan terdapat lebih banyak mainan dan buku anak-anak. Bisa dikatakan: surga untuk anak-anak.

Aku berbaring kembali karena sedikit pusing. Ini bukan mimpi. Aku masih berada dalam genggaman orang-orang sakit mental itu. Air mataku mulai menetes, dan aku hanya membiarkannya. Memeluk tubuhku, aku mulai tersedu. Aku merasa sangat menyedihkan, sakit dan terpenjara.

"Minnie?" Aku mendengar Namjoon memanggilku, dan akupun segera bersembunyi dibalik selimut. Berharap ia segera meninggalkanku.

"Mengapa kau menangis? Apa kau bermimpi buruk?" Aku dapat merasakan pergerakan dikasurku. Dan aku tidak bisa menahan tangisku. "Kau terdengar tidak sehat. Ayo keluarlah, sayang. Daddy akan mengecekmu." Ia terdengar khawatir tapi aku sudah kehilangan kepercayaan pada mereka semua!

Tiba-tiba ia menarik selimutku dan memutar tubuhku. Aku membuka mataku karena terkejut dan menatapnya ketakutan. "Jangan membantah, baby. Kau tahu hukumannya." Kemudian ia menaruh tangannya di dahiku. "Kau masih demam. Ayo makan dan kita minta pendapat Jin apa yang sebaiknya dilakukan." Namjoon menggendongku dan aku berusaha untuk tidak protes. Setidaknya sampai aku sembuh.

Aku menyandarkan kepalaku pada pundaknya. "Apa kau sudah melihat kamarmu? Kita pindah pagi ini tapi kau masih tertidur, jadi kami membiarkanmu karena kau masih sakit. Kami akan menunjukkan semuanya ketika kau sudah sehat." Ia mengelus punggungku dan aku terisak. Kurasa aku tidak akan pernah bisa keluar dari neraka ini. "Jangan menangis, sayang. Setiap orang pernah jatuh sakit. Itu bukan sesuatu yang buruk."

Kami memasuki sebuah ruangan, yang aku tebak sebagai dapur karena aku bisa mendengar suara percakapan dan aroma makanan.

"Jiminnie." Aku mendengar sapaan Taehyung.

"Minnie masih sakit. Demamnya tidak turun walaupun ia telah meminum obatnya, Jin hyung." Kata Namjoon sambil mendudukan dirinya, dengan aku yang berada dalam pangkuannya. Aku hanya mematung dan menutup mataku rapat-rapat. Aku membiarkan air mataku menetes dan aku sesekali terisak.

"Jika keadaannya semakin memburuk kita harus menghubungi dokter. Tapi untuk saat ini Jimin cukup makan dan meminum obatnya. Setelahnya tidur... mungkin?" Saran Jin. Tidur? Itu berarti merekan akan meracuniku dengan obat-obatan hingga aku tertidur.

"Ayo, Minnie. Makanlah sesuatu." Aku menghela nafas.

Mengapa semua ini harus terjadi kepadaku?


Tbc!

see? gw nepatin janji, ga kaya si Hika *disledingHika*

yah, karena work ini bukan pure ide dia dan cuma translate doang, mungkin buat sementara gw yg akan translate. so, sekali lagi maaf bgt klo translate-an gw ga enak:"

btw kalian pada udah beres UASnya?? apa cuma gw doang yg udh beres wkwk

FYI, chapter selanjutnya bakal gw publish akhir minggu ini yha:))

Regards,

Blossom:)

My Little Minnie [Translation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang