Chapter 24

4.3K 441 54
                                    

Jimin POV

Aku terbangun dan mendapati aku berada di sofa, dengan selimut dan dot dimulutku. Aku bangkit dan sedikit terkejut karena merasa lebih baik dari sebelumnya. Sepertinya obat itu memang membantuku sembuh.

"Kau sudah bangun!" Aku menoleh kearah suara ceria itu, dan mendapati Jungkook disana. "Apa sekarang kau mau bermain?" Ia tersenyum padaku.

Aku hanya menatapnya lalu berpaling. Apa-apaan? Jangan bilang bahwa sedari tadi ia mengawasiku saat tidur. Menakutkan!

"Hobi hyung! Minnie sudah bangun!!!" Jungkook tiba-tiba berteriak, membuatku terperanjat. Hoseok memasuki ruangan.

"Jiminnie, bagaimana kabarmu?" Tanyanya sambil berjalan mendekatiku, dengan senyuman diwajahnya.

Aku tidak ingin berbicara jadi aku hanya menganggukkan kepalaku.

"Bagus. Tadi aku sudah berbicara dengan Daddymu dan kami memutuskan kau dan Jungkook boleh bermain bersama hanya jika salah satu dari kami mengawasi kalian. Dan karena aku ada disini, jadi kalian berdua boleh bermain."

Aku menatapnya terkejut. Setelah apa yang terjadi, mereka masih menginginkan aku bermain dengan anak iblis ini? Sekarang kau bisa melihat bertapa gilanya mereka. Aku merasa seperti hidup di rumah sakit jiwa.

"Apa yang ingin kau lakukan? Jungkook suka banya permainan. Jimin bisa memilih." Aku menatap Jungkook dengan pandangan jijik dan tidak bergerak sedikitpun. Aku tidak mau bermain dengannya.

"Bagaimana jika menonton televisi sambil mewarnai? Sepertinya terdengar menyenangkan, Kookie." Saran Hoseok dan Jungkook menyetujuinya dengan semangat. Hoseok menyalakan televisi ketika Jungkook berlari keluar. Aku berharap ia tidak akan kembali. Kuharap ia tersesat dan tidak pernah ditemukan.

"Aku sudah membawa buku dan crayonnya!" Aku menghela nafas ketika Jungkook berlari memasuki ruangan. Kurasa aku tidak beruntung. Jungkook mendudukan dirinya dilantai, menghadap meja dan aku hanya menatapnya.

"Ayo, Jimin. Jangan malu-malu." Hoseok tersenyum padaku. Aku tidak malu, aku hanya tidak ingin membodohi diriku sendiri. Bocah ini, yang mereka panggil Kookie, adalah orang paling sakit jiwa disini.

"Jimin boleh menggambar dibuku ini dan memakai crayonku." Jungkook menatapku.

"Anak baik." Hoseok mengelus rambut Jungkook, lalu ia menarikku perlahan dari sofa. Aku tidak punya pilihan lain, selain duduk disamping Jungkook. Aku tidak menyentuh buku ataupun crayon yang diberikan Jungkook, hanya mencoba untuk menonton televisi. Aku tidak mau berinteraksi dengan bocah ini. Sulitkah untuk memahami itu?

"Hobi hyung, Jimin tidak mau mewarnai..." Jungkook mengerucutkan bibirnya dan mengadu pada Hoseok. Dasar bocah.

"Mungkin sekarang Jimin hanya belum mau. Ia masih kecil, Kookie, lebih kecil darimu. Kalau ia mau pasti ia akan mulai mewarnai, jadi jangan memaksanya, ya?" Jungkook mengangguk lalu menatapku.

"Jimin mau menonton TV ya? Baiklah. Kau boleh mewarnai kapanpun kau mau. Kau sangat lucu." Aku berhenti menonton beberapa saat dan menatapnya. Lucu, katanya? Kau adalah orang yang mendorongku dari tangga, bangsat.

Aku kembali memalingkan wajahku. Menatap tumpukan buku dan crayon diatas meja, aku menyapunya dengan kedua tanganku, membiarkannya jatuh. Semoga ia mengerti bahwa aku tidak ingin diganggu dan meninggalkanku. Jungkook menatap tumpukan buku yang berjatuhan dengan mata yang melebar.

"HOBI HYUNG!!! JIMIN JAHAT!" Teriak Jungkook.

"Jungkook, jangan berteriak. Dan Jimin, jangan nakal. Jungkook sudah meminjamkan buku dan crayonnya padamu. Dia ingin bermain denganmu." Aku hanya menatap Hoseok datar. Bermain dengan ku? Maksudmu menyiksaku ketika kau lengah? Kau tidak bisa mempercayai bocah ini.

My Little Minnie [Translation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang