Jimin POV
Aku bergetar saat mendengar suara langkah seseorang di dekat pintu. Aku pasti akan mati hari ini karena aku begitu bodoh. Aku tidak percaya jika aku benar benar berteriak di depan Namjoon dan Jin.
"Jimin?" aku mendengar suara seseorang dan membuka pintu. Aku menahan nafasku untuk sesaat. "Dimana kamu?" ini Hoseok. "Ayo keluar dari lemari." Ia memang terdengar sangat baik, tapi aku tidak mempercayai siapapun untuk saat ini. Mereka pasti memberitahu Hoseok untuk menyuruhku keluar dari tempat ini agar mereka dapat menghukumku di ruang hukuman yang sial ini.
"Aku tau kau disana. Aku akan menghitung hingga tiga. Jika kamu tidak keluar, maka aku akan mengeluarkanmu dengan paksa. Sangat tidak sehat untuk berdiam diri disana. Kamu pasti tidak bisa bernafas dengan benar. Aku tidak ingin kamu sakit."
Yeah—mungkin itu benar perihal bernafas. Tapi ini bahkan lebih baik daripada harus menghadapi Namjoon atau Jin! Atau bahkan Jungkook yang pastinya menunggu untuk melihatku dihukum. Aku hanya.. tidak bisa.
"Oke, cukup. Aku akan membuka pintunya sekarang." Ia membuka pintunya dan aku terkejut. Aku menatapnya berdiri disana, melihatku. "Disana kamu rupanya. Ayo, kita turun." Ia meraihku dan mengangkatku keluar. Akupun mulai berteriak panik. "Berhenti berteriak, Jiminie. Ini hanya aku." Aku berhenti berteriak dan menatapnya tajam. Ia bergerak dengan cepat. Sebelum aku menyadari segalanya, ia telah memposisikan diriku di pinggulnya.
"Turunkan aku!" seruku sembari berusaha menggerakkan tubuhku untuk lepas dari pegangannya.
"Jimin, berhenti! Kau sudah bertengkar dengan daddy mu. Apa kamu juga harus bertengkar denganku?" tanya nya. Aku mengabaikan ucapannya dan terus menggerakkan tubuhku. "Berhenti sekarang juga." Desisnya dan akupun sontak terdiam. Aku menatapnya dengan mata besar penuh harapan. "Ini bukanlah sikap anak baik. Mengapa kau kembali seperti ini? Aku sudah menyelamatkanmu dari obat-obatan itu tapi kamu harus bersikap seperti anak baik atau mereka akan kembali memberimu obat-obatan itu. Aku tidak ingin itu terjadi dan aku tau jika ada anak kecil di dalam dirimu. Lepaskanlah ia." Aku haya memperhatikannya lalu mengalihkan pandanganku.
"Aku bukan anak kecil." Bisikku.
"Hanya karena kamu tidak membiarkannya keluar." Jawab Hoseok.
---Time Skip---
"Terimakasih Hoseok." Namjoon tersenyum kepadanya. Aku menatap tajam mereka semua. Pikiranku benar. Hoseok hanya dikirim untuk mengeluarkanku dari tempat ternyamanku—lemari pakaian. Sekarang aku kembali duduk di tempat duduk tinggi sialan ini. Jangan tanya. Ini hanya menghabiskan waktu 10 menit untukku berteriak dan melawan.. mungkin sedikit menangis.
"Oke, ayo kita makan." Ucap Jin dan menaruk makanan di meja. Aku memutar bola mataku dan mendesah Lelah. Aku tidak akan makan ataupun minum. Ini hal yang terbaik untukku mati karena aku tau jika aku tidak akan pergi dari tempat ini.
"ini makananmu, little one." Aku menatap 'piring'ku yang Namjoon letakkan di depanku. Sepotong Strawberry dan Sandwich. Tidak buruk, lagipula aku menyukai strawberry. Tapi tidak di situasi menyebalkan ini. Aku mendorong piring itu menjauh dariku lalu meletakkan kedua tangan di dadaku. Mereka semua mulai makan dan aku bisa tenang sedikit karena tidak ada yang memperhatikanku.
"Kenapa ia tidak makan?" ucap Jungkook dan menunjukku. Aku menatap tajam anak itu. Cara terbaik untuk mengganggu ketenanganku.
"Jiminie, makan. Atau kamu butuh bantuan?" tanya Jin sembari menghampiriku. Aku menggelengkan kepalaku. "Oh tidak, kamu tidak akan melakukan hal ini lagi. Kamu tau apa yang terjadi terakhir kali." Ia menunjuk makananku. Tubuhku merinding seketika saat mengingatnya lalu perhlahan meraih sendok anak-anak tersebut. Aku mengambil strawberry dan memakannya. Aku menatap Jin dan memutar mataku saat melihat ia tersenyum. "Good Boy."
"Aku menyukai keluarga kecil kita." Ucap Yoongi dan tersenyum. Yang lainnya mengangguk menyetujui.
"Aku tidak." Bisikku sembari menusuk strawberry dengan garpu lalu memakannya. Aku membayangkan mereka sebagai psikopat yang duduk didepanku. MATI.
"Oke, aku yakin si kecil sudah selesai." Tiba-tiba, piring di depanku hilang di ambil oleh Jin. Aku menatap sendok ditanganku lalu melemparnya kea rah dapur.
"Kita tidak melempar barang, Minnie." Ucap Namjoon. Aku kembali memutar mataku. "Dan kita tidak memutar mata kita. Satu kali lagi peringatan dan kamu akan dihukum."
Dan kamu tau apa? Aku melakukan hal terbodoh sepanjang masa... aku menunjukkan jari tengahku pada Namjoon. Itu hal yang tidak kusadari.
Semua orang berhenti dari kegiatannya dan menatapku.
"Cukup."
-------------
READ THIS!
So, here's a thing. i writed, i translated, i do publish a story, is because i love it. and i do it when i have a free time. i have a time. i can do it.
BUT not my will for not updating. it's because all those assignment and college thing. so stop asking when i will update all the time.
i already said it, in countless time, i will update it fast as i can. as soon as possible.
so if you still asking, while i already make an announcement, i will not continue the story or i will stop writing for a moment.
I have a feeling, you know. as a human, i have a feeling where i need some rest. as a student, i have a responsibility for doing all the task. and as a writer, i will write it. but i'm not gonna publish it IF you guys still being a stone head. :))
THANK YOU.
Regards,
Kim Hyeni.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Minnie [Translation]
FanfictionOriginal story belongs to @SheilaNandos Jimin seorang pemuda berumur 21 tahun yang diculik dan diperlakukan sebagai anak kecil. Ia dipaksa melakukan hal-hal yang diluar batas 'wajar' umurnya. Mulai dari memakai baju bayi, menghisap 'dot', dan di m...