Chapter 6

5.7K 575 9
                                    


Jimin POV

Aku memperhatikan Jungkook yang sedang menggambar. "Kamu tidak ingin menggambar?" ia melihat ke arahku dan memberiku pensil. Aku menggelengkan kepalaku.

"Apa kamu di culik, juga?" aku bertanya kepadanya sembari melempar dot ke bawah kasur. Aku berharap itu akan terus berada disana selamanya. Ia berhenti sejenak kemudian melirikku. "Iya." Ucapnya dan suaranya berubah total.

"Lalu kenapa kamu bersikap seperti ini?" tanyaku. "Aku tidak ingin dihukum dan ini tidak begitu buruk." Jawabnya dengan senyuman kecil.

"Sejak kapan?" "Sekarang sudah 3 tahun. Aku tinggal bersama Yoongi dan Jin. Aku harus memanggil keduanya Daddy." Aku menghela nafas.

"Apa kamu pernah mencoba untuk kabur?" "Aku pernah mencobanya. Tetapi aku sadar jika hidupku bersama mereka lebih baik daripada sebelumnya. Aku di keluarkan dari sekolahku dan orang tuaku membuangku. Itu sangat berat. Kemudian aku mencoba untuk beradaptasi." Ia menatap lantai dengan sedih.

"Oh, aku pun seorang pelajar di sekolah seni tari tetapi orang tuaku membuangku karena itu. aku mempunyai pekerjaan paruh waktu. Aku juga mempunyai hidup yang berat." Bisikku. "Kamu menari?" ia bertanya dengan girang. "Ya... kupikir aku harus melupakannya sekarang.. aku—aku berjuang keras untuk itu dan.. dan kemudian laki-laki itu masuk DAN MENCULIKKU." Aku rasa aku mulai menangis lagi.

Mimpiku untuk terus menari dan mencoba menjadi idola atau pelatih tarian...hilang. "Semua akan baik-baik saja." Bisik Kookie. "Bagaimana?" aku menatapnya dengan sedih. Ia menunduk. Aku mengerti...

Aku mulai marah dan mulai melempar pensil warna ke dinding. "Hentikan itu! Daddymu akan marah." Bisik Kookie. "Dia bukan daddyku. Ia hanya seseorang dengan gangguan mental." Desisku.

"Dia pria yang baik. Aku mengenalnya sejak 3 tahun yang lalu dan dia pengasuhku. Ia hanya kesepian. Mereka semua kesepian. Maksudku, Jin, Yoongi, dan Namjoon. Tae dan Hoseok mempunyai hubungan."

"Jungkook, menculik adalah perbuatan kejahatan. Mereka memaksa kita untuk melakukan sesuatu yang tidak kita suka. Berapa umurmu?" "19." "Aku 21. Kita berdua sduah dewasa dan bukan lagi anak kecil yang membutuhkan dot ataupun sippy cup."

"Tapi... sekarang aku menyukainya.. aku merasa aman, aku mendapatkan semua yang aku butuhkan." Ia menunduk. Aku menatapnya kaget. "Jadi kamu benar-benar bayi dan sakit mental seperti mereka?" ia menatapku tajam dan berdiri. Ia mendatangiku.

"Diam! Just fucking shut up! Aku akan meninjumu dengan sangat keras tapi ini berbahaya. Apa yang kamu takutkan, little Jimin-ie?" aku menatapnya tak percaya. What the—! Kenapa semua orang di rumah ini gila?

"Jika aku adalah kamu, aku akan bersikap seperti anak kecil. Se-kecil yang aku bisa. Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi." Ia menarik kulit leherku. Aku berteriak kesakitan dan mendorongnya. Ia pun terjatuh dan menatapku tajam. Aku menutupi leherku dengan kedua tanganku. Akupun kembali menangis. Ini sangat sakit.

"Ya ampun! maafkan aku.. aku tidak tau apa yang merasukiku." Ia berbisik dan berdiri. Ia mendekatiku tapi aku mundur untuk menjauhinya. Fucking insane sick boy. Ia terlihat sedih tapi aku TIDAK akan pernah mempercayai nya lagi.

Tiba-tiba, pintu terbuka lebar dan aku melihat Jin-hyung berdiri disana, menatap kita bingung. Ia melihatku menangis dan Jungkook berdiri di depanku.

"Apa yang terjadi?" ia bertanya dengan pelan. "A-aku minta maaf. Aku melukai Jimin-ie." Kookie berucap dengan suara kanak-kanaknya. Aku menatapnya takut. "Kenapa?" "Jimin-ie bilang aku bermental sakit dan seorang bayi." Ia mengusap air matanya. Sekarang ia berperan sebagai korban?

My Little Minnie [Translation]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang