Happy maljum sayang sayangnya acuuu:)) Selamat bertegang" ria:))
Jimin POV
Hari selanjutnya datang dengan cepat. Siang menjelang, ketika bel rumah ini berbunyi. Semua orang sedang berkumpul di ruang tengah, dan mereka memaksaku mewarnai.
"Aku akan membukanya." Jin bangkit dan pergi. Aku memeluk Joonie semakin erat dan mulai mempersiapkan diri dan mentalku untuk memberontak, yang kurasa akan dimulai beberapa saat lagi. Aku yakin 100% obat gila itu sudah datang dan mereka akan memberikannya padaku sesegera mungkin.
"Kurasa sekarang sudah waktunya untuk cemilan." Ujar Jin sambil melangkah kearah dapur. Aku mendapati sebuah paket kecil ditangannya. Mimpi buruk itu menjadi nyata.
Aku berhenti mewarnai, melemparkan crayon itu ke atas meja. Oke. Rencanaku yang pertama adalah memberontak sebaik mungkin sehingga mereka akan menghukumku dengan cara memberikan time out. Selain mengulur waktu, saat ini aku butuh waktu untuk menyendiri, agar bisa memikirkan rencana pelarianku.
"Minnie? Mengapa kau melempar crayonmu?" Tanya Namjoon dengan raut terkejut. Cih. Drama. Aku memutar bola mataku. "Mengapa kau bersikap seperti itu padaku?" Kulihat Namjoon mulai marah. Aku menatapnya tajam.
"Memangnya kenapa, sialan." Umpatku padanya dengan wajah datar. Semua orang terkesiap, menatapku terkejut. "Oh, kalian semua seperti drama queen. Yah, aku baru saja mengatakan sialan. Kalian juga tahu aku adalah pria berumur 21 tahun, jadi biarkan aku mengumpat sepuasku." Desisku.
Seketika Namjoon bangkit dan menghampiriku. Ia mencengkram tanganku, memaksaku untuk berdiri. Aku mendesis karena cengkramannya yang sangat kuat. "Tidak ada yang boleh berbicara seperti itu disini. Sesali perkataanmu." Suaranya terdengar penuh ancaman. Sejujurnya... aku sangat takut sekarang.
"Menyesali perkataanku? Dalam mimpi sialanmu, Namjoon." Ucapku, berusaha menyingkirkan rasa takut dari hatiku. Sejujurnya, aku merasa seakan aku sedang berusaha menjemput kematianku sendiri.
"Oke, CUKUP! TIME OUT SELAMA 30 MENIT UNTUKMU DAN TIDAK ADA CEMILAN!!!" Namjoon sangat marah, menarikku kearah tangga. Ia mendudukkanku secara paksa dan aku mendesis. Sakit, tapi setidaknya aku berhasil meraih tujuanku.
"Kau akan tetap berada disini sampai kau menyadari bahwa yang telah kau lakukan itu salah. Aku juga ingin mendengarmu meminta maaf pada semua orang setelah ini." Kemudian ia pergi meninggalkanku dan aku menghembuskan nafasku, yang tanpa sadar sedari tadi aku tahan. Sialan, tadi adalah momen paling menegangkan yang pernah kualami sepanjang hidupku! Kukira tadi aku akan mati!
Aku menghela nafas, berusaha berfikir jernih.
Jadi... sekarang apa? Rencana awalku adalah berpura-pura mengikuti permainan mereka sampai mendapatkan kepercayaan mereka, lalu kabur disaat yang tepat. TAPI, sekarang dengan kehadiran obat mengerikan itu, kurasa aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Situasi ini terlalu berbahaya. Bahkan aku tidak pernah menyangka obat semacam itu ada dimuka bumi ini. Yah, sialan, lagipula siapa yang mau membeli obat semacam itu, selain para psikopat?
Rencana baru. Aku butuh rencana baru. Mungkin aku bisa mencoba untuk terus membantah mereka, agar mereka terus memberiku time out atau mengunciku didalam kamarku, sehingga waktu pemberian obat itu terus diundur. Tapi bila aku salah langkah, bisa jadi mereka malah memukul bokongku sampai aku tidak bisa berjalan selama sebulan, atau yang lebih buruknya mereka akan mengirimku ke kamar spesial Jin. Pemikiran ini membuat tubuhku bergetar.
Dan, mungkin karena panik, satu-satunya hal yang ada diotakku adalah mencoba mengecek pintu utama rumah ini, sambil berharap mereka tidak menguncinya. Mungkin aku bisa kabur saat ini juga. Aku menatap pintu itu dan perlahan aku bangkit. Aku melangkah perlahan sambil mengawasi ruang tengah. Syukurlah, mereka semua sedang serius menonton TV, tidak menyadari pergerakanku saat ini.
Ini adalah kesempatanku! Mungkin yang pertama dan terakhir. Aku terus berjalan perlahan, berusaha tidak membuat suara yang mencurigakan. Aku meletakkan tanganku dipegangan pintu, menggenggamnya erat. Perlahan menekannya kebawah... dan hebatnya pintunya terbuka. Mataku melebar. Setelah aku berlari aku akan kembali bebas!!!
Tapi, sepersekian detik sebelum kakiku melangkah keluar, sebuah tangan melingkar kuat dipinggangku dan membanting pintu itu kembali tertutup. Tinggal selangkah lagi aku bisa bebas dan sekarang peluangku kembali menghilang, membuatku histeris. Aku menjerit sambil berusaha melepaskan diriku dari orang itu. Aku menangis sambil meronta. TIDAK! Biarkan aku bebas... aku ingin bebas...!!!
"Berhenti, Minnie! Berhenti melawan sekarang juga!" Perintah Namjoon sambil menarikku paksa keruang tengah. Aku masih meronta sambil menangis. Semua ini gila! Aku ingin pergi dari sini!
"Jin Hyung?! Bawakan obat itu sekarang juga! Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, situasinya semakin berbahaya sekarang!"
Mataku melebar. TIDAK!!!!!
Tbc!
Minggu terakhir B dan Hika libur:(
Harus menyesuaikan diri lagi dengan jadwal, matkul, dosen dan praktikum baru:(
Emm btw gw mau double up nihhh hehe tapi buat sekarang votenya harus lebih dari 60 dulu baru up ah soalnya kemarin dapet votenya cepet bgt :" /dibakarmassa/ wkwkkwwk
Yaaa soalnya gw mau keluar juga sama si Hika nih, heheh. Jadi kalo nanti kita balik votenya udah 60 lebih gw up ya pas balik kosan heheh.
ILYSM:*
Regards,
Blossom:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Minnie [Translation]
FanficOriginal story belongs to @SheilaNandos Jimin seorang pemuda berumur 21 tahun yang diculik dan diperlakukan sebagai anak kecil. Ia dipaksa melakukan hal-hal yang diluar batas 'wajar' umurnya. Mulai dari memakai baju bayi, menghisap 'dot', dan di m...