Fiona Pov
Aku masih menatap pantulan diriku di cermin.
"Udah cantik Fiona." ucap Andini.
"Aku hanya tidak percaya diri." ucapku sambil membenarkan dress selutut berwarna biru navy."Biasanya kamu engga seribet ini???" Andini malah menyenggol pundakku sambil menggoda.
"Apa sih emang biasanya aku kaya ginikan? kalau kerumah nek Sumi." aku merasa pipiku merah padam."Iya biasa tapi sekarang luar biasa. Ada Cinta monyetmu itu." aku langsung memegang pipiku karena jujur semakin panas.
"Sudahlah aku akan berangkat aku tidak mau kesana tanpa membantu apapun." aku langsung berjalan keluar kamarku meninggalkan Andini yang terkikik geli.***
Aku sudah sampai didepan rumah nek Sumi. Biasanya rumah ini sepi, tapi sekarang ramai. Aku jadi rindu masa-masa ketika aku kecil, dimana keluarga aku dan keluarga Arvan berkumpul. Kalau ada aunty Dea pasti selalu ramai.Aku membuka gerbang rumah yang biasa aku masuki.
Memang setelah om Gibran sekeluarga pindah ke Jepang dan keluarga aunty Dea menetap di Bandung. Semuanya terasa jarang berkumpul, terlebih aku kuliah di Universitas Negeri di Yogjakarta. Kakakku juga tinggal di Singapura bersama suaminya kak Henry."Ekh Fio???" aku terkejut karena Arvan tiba-tiba keluar rumah.
"I-iya Arvan aku udah dateng dimana nenek?" aku merasa gugup, ini lebih gugup ketika aku harus menangani pasien kecelakaan parah."Ada kok ayo masuk lagipula ada keluargaku yang lain." ajak Arvan langsung membawaku masuk.
"Semuanya liat ini." Arvan berteriak membuat orang yang sedang sibuk dengan kegiatannya menoleh kearahku."Tunggu ini siapa??? Kok seperti tidak asing." Aunty Dea sangat cantik padahal dia sudah mempunyai 2 anak yang sudah remaja.
"Aunty kambuh lagi deh pelupanya, coba ingat-ingat?" Arvan mencoba menebak-nebak.Aunty Dea sedang berfikir kerasa, sedangkan Arvan tersenyum manis padaku.
"Masa kamu tidak kenal dia sih mah, dia itu Fiona adiknya Eifel." Uncle Rama langsung berjalan mendekatiku.
"Maaf ya, aunty Dea dari dulu memang lemah jika mengingat seseorang." ucap uncle Rama."Ish papah jangan bilang gitu, akukan jadi malu." Aunty Dea langsung malu dan aku tersenyum. Keluarga ini memang selalu penuh keceriaan.
***
Author PovDisebuah rumah yang cukup luas, tepatnya diruang tv.
Seorang gadis cantik mondar-mandir seperti sedang gelisah.
Sedangkan seorang anak laki-laki duduk di sofa sedang bermain game favoritnya dismartphone miliknya. Lalu dia mendengus kesal karena melihat orang yang mondar-mandir."Fiuuh, kak bisa berhenti mondar-mandir nya??? Kalau diibaratkan kakak itu setrikaan dan lantai ini pakaian, pasti lantai ini licin banget."
Deven mengeluh karena Rein mondar-mandir membuat dia terganggu."Deven, harusnya malam ini kita itu kumpul sama mamah, papah, ayah Gibran, bunda Arum, kak Arvan sama si ribet Giselle. Engga bete kaya gini Deven." Rein kini duduk samping Deven.
"Kakak mamah itu bilang kita bisa kesana kalau udah beres UN." Deven langsung menekan tombol pause di ponselnya."Kita bisa nyusul Dev, pulang sekolah kita bisa langsung me Yogyakarta." Rein merasa tidak terima karena mamahnya melarang ikut ke Yogyakarta.
Deven menarik nafas berusaha menghadapi kembarannya yang keukeuh ingin pergi.
"Kakak, coba bayangkan jika kita ke Yogya pas pulang sekolah yang ada kita sampe disana T-E-P-A-R. Kita pulang jam 4 sore, kita otw bandara sekitar 2 atau 3 jam. Berarti nyampe sana kita jam 6 atau 7 malem. Bayangkan kita capek kak capek." Deven langsung tidur disofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Love {Arvan's Story}
Aléatoire[Life story from Arvan, New Generation] Arvandy Putra Syazwan, anak tiri dari Gibran Al-Malik Syazwan. Setelah menyelesaikan pendidikannya dia memilih tinggal bersama nenek dari ayah kandungnya. Fiona Navarin, dokter cantik adik dari Efelyn yang...