Ramantic Love 11

1K 36 0
                                    

Fero menatap Rein yang terlelap, dia tahu Rein tidak suka tempat gelap.
"Aku ke Jakarta besok, iya tidak apa-apa."

Lalu Fero menutup telponnya dan keluar kamar.

Ketika Fero keluar kamar, Rein langsung membuka matanya. Air matanya mengalir hatinya hancur karena Arvan telah bersama Fiona.

"Apa aku harus menyerah untuk memiliki kak Arvan?" ucap Rein lalu dia menangis lagi di balik selimut.

++++++++++++++++++++++++

Nek Sumi terlihat kurang sehat, beberapa kali dia merasakan dadanya sesak.
"Nenek sakit????" tanya Arvan
"Engga apa-apa kok, nenek cuma sesek nafas." jawab nek Sumi.

"Apanya yang tidak apa-apa?? Sudahlah nek, Arvan bawa ke klinik nanti biar Fiona yang periksa." ucap Arvan dengan khawatir.
"Sekarang nenek seneng kamu ada yang jaga." ucap Nek Sumi.

"Nek dari kecil juga Arvan banyak yang jaga."

"Tapi ungkapan nenek itu beda, nenek seneng kamu dan Fiona saling mencintai. Janji sama nenek kalau kalian akan selalu bersama." nek Sumi berucap begitu tulus dan membuat perasaan Arvan aneh.

"Nek udah deh, Arvan anter sekarang ke klinik." ucap Arvan sambil membopong nek Sumi. Nek Sumi hanya tersenyum.

++++++++++

Fiona Pov

Aku hanya terdiam ketika melihat hasil tes salah satu pasienku.

"Bu, ibu ada riwayat sakit asma???" tanyaku pada pasienku.
"Engga tau bu dokter." jawabnya. Aku hanya memikirkan pertanyaan bodoh tadi. Sudah jelas ada hasilnya, tapi bukankah dia tidak tau?? Aduh Fionaaaa fokus Fiona fokus.

"Ehem." aku langsung berdehem untuk menetralkan suasana.
"Gini bu, dalam hasil laboratorium ibu memiliki riwayat asma. Ibu sering merasa sesek nafas???" tanyaku

"Iya bu, kan saya kerja di pabrik yang memang banyak debu. Saya fikir itu hanya karena lingkungan pekerjaan saya."

"Bisa jadi karena lingkungan pekerjaan ibu. Sekarang ibu bisa menjaga kondisi badan, terus dan terus melakukan cek kesehatan. Ini resepnya bisa ditebus dibagian apotek." ucapku sambil memberikan resep.

"Terimakasih dok, kalau begitu saya permisi." ucap pasienku lalu setelah kami bersalaman dia keluar dari ruanganku.

Aku kembali duduk sambil melihat daftar pasien yang akan berobat hari ini. Cuaca yang buruk membuat kondisi tubuh menjadi tidak stabil. Kalau aku tidak kiat-kiat menjaga kesehatan mungkin aku juga akan terkena sakit juga.

"selamat siang, ekh nek Sumi?" aku terkejut karena pasien selanjutnya adalah nek Sumi. aduh Fiona bodoh katanya aku mau melihat daftar pasien, tapi fikiranku malah kemana-mana.

"iya nak Fiona." nek Sumi langsung tersenyum ketika masuk ruanganku, dan aku langsung mencium tangan dia.

"Nenek sekarang bukan jadwal cek up, tapi sekarang sudah datang apa ada keluhan?" aku sangat khawatir.
"Kalian itu kaya jargon salah satu merk motor SATU HATI." Aku langsung terkejut dengan guyonan nek Sumi sedangkan Arvan hanya menghela nafas.
"Nek, jangan bercanda akh. Sekarang Fio tanya, mana yang sakit?" tanyaku

"Dia sesek nafas Fio, makannya aku bawa dia kesini." Aku langsung memasang stetoskop di telingaku.
"Nek ayo berbaring, biar Fio periksa."
"Mulai deh cucuku ini memerintah, cuma sesek nafas." ucap nek Sumi dengan enteng
"Nenek!" ucapku dan Arvan berbarengan.

****

Setelah selesai memeriksa nek Sumi lalu Arvan mengantar neneknya pulang.
"Fio, nanti malam kamu sibuk?" tanya Arvan padaku, lalu dengan cepat aku menggelengkan kepalaku.

Romantic Love {Arvan's Story}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang