Rein berlari tak tentu arah, dia merasa sangat terpukul karena mamah nya telah berani menamparnya.
"Apa yang aku lakukan, apa yang aku fikirkan, apa yang terjadi? Kemana kebahagiaan itu? Kemana? Kemana aku harus pergi?" Rein langsung berjongkok sambil memeluk lutut.
"Kamu memalukan mamah Riandra?!"
Kalimat terus terngiang di telinga Rein. Dia hanya menangis dan menangis, karena rasa cintanya bukan, tapi ini obsesinya.
"Riandra bodoh, kamu memang bodoh."Rein kembali menangis.
"Sampai kapan kamu mau seperti ini Rein?" lalu sebuah tangan berada tepat didepan Rein.
"Pulanglah, jangan lari dan hadapi apa yang telah menjadi tanggung jawabmu. Kamu yang memilih untuk tetap dengan perasaanmu tanpa memikirkan perasaan orang lain." Rein langsung mengangkat kepalanya dan Fero berdiri tegak di depan Rein.
=============================
Arvan kehilangan jejak Rein, dia bingung harus mencari Rein kemana, lalu dia mengambil ponsel dan menelpon seseorang.
"Hallo Fer, bisa kamu bantu mas sekarang?" Entah kenapa yang ada dalam fikran Arvan sekarang hanya meminta bantuan Fero."......"
"Bantu mas cari Rein, dia kabur?"
"......"
"Panjang ceritanya Fer, yang penting sekarang kamu bantu mas cari Rein." Arvan memasukan ponselnya kedalam saku celananya.
"Aku tidak tau akan seperti ini jadinya. Rein, kakak tidak menyangka kamu sedikit nekat." Arvan menutup kasar wajahnya. Jika Fiona tau hal ini terjadi, apa yang akan dia lakukan?
+++++++++++++++
"Bawa aku pergi Fero, sembunyikan aku." Fero melihat Rein sangat kacau.
"Aku akan membawamu pergi setelah kamu menyelesaikan masalah ini. Masalah itu di hadapi, bukan di hindari. Semakin kamu lari, masalah akan terus mengejarmu Rein." Fero langsung berjongkok mensejajarkan dengan Rein yang duduk bebas di tanah."Aku malu, kenapa aku baru sadar sekarang tentang perasaan yang salah pada kak Arvan. Lebih sakit di benci orang tua Fer daripada melihat kak Arvan bersama Kak Fio." Fero memeluk Rein dengan lembut, jangan tanya kenapa Fero bisa menemukan Rein dengan mudah, karena feeling Fero terhadap Rein itu sungguh kuat.
"Kita ke penginapan Rein, aku carikan penginapan untuk kamu istirahat malam ini.
Rein menggelengkan kepalanya dia merasa ragu."Rein percayalah padaku." Fero mengulurkan tangannya.
"Dulu kamu juga bilang seperti itu Fer, kamu bilang aku harus percaya nyatanya kamu berbohong." Rein masih menolak karena kejadian beberapa tahun yang lalu penyebab sikap Rein dingin pada Fero.
"Maaf dan aku akan menebus kesalahan itu Rein." ucap Fero, lalu Rein mulai melunak dan menerima ukuran tangan Fero.
"Tangan kamu kotor Rein."
"Yaudah lepasin kalau kotor!"
"Aku bercanda, aku tidak perduli Rein. Mau tanganmu kotor dengan tanah atau apapun, aku berusaha untuk memegang nya."
Lalu langkah Rein berhenti dia merasa penasaran tapi apa tepat jika ditanya sekarang?
"Kenapa berhenti?"
"Tidak." Rein memilih untuk mengurungkan niatnya.
"Baiklah, ayo ini sudah hampir malam."
--------------_------------_------------_-----------
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Love {Arvan's Story}
Ngẫu nhiên[Life story from Arvan, New Generation] Arvandy Putra Syazwan, anak tiri dari Gibran Al-Malik Syazwan. Setelah menyelesaikan pendidikannya dia memilih tinggal bersama nenek dari ayah kandungnya. Fiona Navarin, dokter cantik adik dari Efelyn yang...