Author Pov
Arvan menatap Fiona terus menerus sambil tersenyum. Fiona yang merasa kalau Arvan terus-menerus menatapnya.
"Hmm kamu masih suka anime?" tanya Arvan. Fiona mengangguk sambil tersenyum, dari kecil dia sangat suka anime terutama naruto."Apa kabar naruto??" tanya Arvan dan membuat Fiona terkejut.
"Kamu kok nanya naruto?"
Tawa Arvan meledak karena Fiona merasa cemburu Arvan menanyakan Naruto.
"Kenapa kamu tertawa???" tanya Fiona dengan kesal lalu dia menyilangkan tangannya."Jangan marah Fio, aku hanya bercanda. Aunty Felyn dan Uncle Henry apa kabar????" Arvan langsung bertanya dengan serius.
"Mereka nyaman di Singapura, aku dan Fero lebih hidup mandiri sekarang." Fiona menatap langit yang tidak berbintang."Apa kamu ingat sama orang tuamu??" tanya Arvan.
"Tentu saja, aku hanya merasakan kebersamaan mereka sampai aku duduk di bangku SMA. Andai aku tau ayah sakit apa mungkin aku tidak akan menyesal seperti ini."Arvan menatap iba Fiona, dia juga tau rasanya jadi anak yatim. Apalagi Fiona dan Fero tidak punya orang tua.
"Tapi kamu sekarang berhasil jadi dokter Fio. Ngomong-ngomong Fero gimana kabarnya??" tanya Arvan."Dia bekerja di perusahaan Uncle Rama. Kamukan tau dia kerja disana waktu SMA."
"Aku tidak tau, karena waktu SMA aku pindah ke luar negeri."
Lalu Fiona langsung diam, dia melupakan sesuatu.
"Katanya ada yang nangis sampai lari dari rumah waktu aku pindah." Arvan tersenyum dia kembali menggoda Fiona."Bagaimana dia tau soal itu? Aduuh aku jadi malu." ucap Fiona dalam hati.
"Fio???""Akh ya apa??"
"Kenapa kamu bengong??"
"Tidak Arvan." Fiona berbohong, tapi Arvan tau karena wajah Fiona merah padam. Meski waktu malam tapi Arvan tau betul sifat Fiona.
"Arvaaaan Fionaaaa!!!" panggil Arum.
"Sepertinya bunda memanggil kita!?" ucap Arvan.
"Iya kita harus kesana."Lalu Arvan dan Fiona berdiri, Arvan mengulurkan tangannya. Meski malu tapi Fiona menerima uluran tangan itu.
"Aku senang bisa bersama kamu lagi." bisik Arvan dan membuat pipi Fiona semakin panas ditambah jantungnya berdetak 2 kali lebih cepat."Kalian tuh malah berduaan, mana malam lagi. Arvan kamu tuh lelaki macam apa ngajak perempuan ke tempat gelap." ucap Arum, lalu dia melihat tangan Arvan menggenggam tangan Fiona.
"Mereka itu memang cocok." ucap Arum dalam hati.
"Engga apa-apa bund, Arvan bakal tanggung jawab kok." ucap Arvan dengan jahil."Kamu itu kalau ngomong sembarangan." Arum langsung memukul pundak Arvan.
"Fiona, kamu harus hati-hati kalau deket Arvan. Banyak-banyak baca istighfar terus atau baca ayat kursi.""Bunda anaknya sendiri dikatain gitu, emangnya aku makhluk astral apa??"
"Nah loh itu paham."
"Nanti aku bakal inget pesan tante." ucap Fiona dengan nada jahil.
"Ikh kamu malah nanggep ucapan bunda." Arvan langsung cemberut.
Lalu Arum dan Fiona terkekeh.***
Fiona Pov"Besok kamu kerja jam berapa??" tanya Arvan padaku.
"Aku kerja shift siang sekitar jam 11, itukan klinik 24 jam jadi hampir sama kaya rumah sakit." jawabku.
"Oh, shift siang kalau boleh aku yang anter kerja." ucapnya sambil tersenyum."Boleh kalau kamu engga sibuk."
"Kalau buat kamu aku engga bakalan sibuk."
Lagi-lagi dia menggodaku, aku sangat heran dia itu sedikit tengil. Om Gibran sangat pendiam, mungkin itu turun dari ayah kandungnya.
"Kamu dari dulu engga pernah berubah Ar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Romantic Love {Arvan's Story}
De Todo[Life story from Arvan, New Generation] Arvandy Putra Syazwan, anak tiri dari Gibran Al-Malik Syazwan. Setelah menyelesaikan pendidikannya dia memilih tinggal bersama nenek dari ayah kandungnya. Fiona Navarin, dokter cantik adik dari Efelyn yang...