xii.

476 77 5
                                    

Seulgi menarik nafas panjangnya, bersiap melontarkan semua kata yang tersimpan dalam otaknya. Mina menanti dengan harap cemas disamping Seulgi.

"Ma, emangnya apa sih salahnya kalo aku berteman sama dia? Kita sama-sama manusia, gada bedanya. Lagipula dia orang yang baik"

"Seulgi sayang, orang-orang kayak mereka cuma bisa bawa pengaruh buruk buat kamu, nak. Mulai sekarang, jauhi dia!"

"Kalo aku gak mau gimana?", tantang Seulgi.

Mina menyenggol Seulgi dengan sikunya, ia berbisik, "Kak, turutin aja apa kata mama"

Ibu Seulgi membuang nafasnya, "Oke. Kalo emang dia baik, kamu boleh tetep temanan sama dia. Tapi ingat, jangan sampe papa tahu"

Seulgi tersenyum sumringah, akhirnya Ibunya tak melarangnya lagi untuk berteman dengan siapapun. Mungkin ibunya sudah sadar jika Seulgi sudah dewasa, bisa memutuskan keputusannya sendiri.

"Makasi ma", Seulgi menghambur memeluk sang ibu. Mina tak mau ketinggalan, ia pun ikut berpelukan.

"Jadi, ceritanya udahan ngambeknya nih kak?", ledek Mina.

"Eh, nyett. Lo gausah ngingetin itu lagi ngapa"

Ibu Seulgi memukul kepala anaknya ketika mendengar ucapan kasar itu. "Heh! Siapa yang ngajarin kamu ngomong kasar gitu? Ayo, minta maaf sama Mina"

Seulgi mencubit kedua pipi tembem Mina dengan keras, "Uuu, adikku tercayang. Maapin akak ya", ucapnya dengan nada seperti anak kecil.

💛💛💛

Seseorang mengetuk pintu rumah Jimin. Pria yang sedang berolahraga itu menghentikan proses peregangan ototnya. Ia berjalan ke arah pintu dan membukanya cepat.

Tidak ada orang disana. Hanya ada sebuah kotak hadiah berwarna biru muda. Jimin mengambilnya, membuka kotak itu dengan perlahan. Ternyata isinya parfum. Di atas parfum itu ada secarik kertas yang bertulisan 'Kau pasti membutuhkannya'. Jimin mengulas senyum begitu membacanya.

"Ternyata dia masih memperhatikanku"

💛💛💛

Malam harinya, suara yang tak asing bagi Seulgi memecah keheningan rumahnya. Wajar saja, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Papa pulang", ucap sang ayah sembari membuka pintu rumah menggunakan kunci cadangan yang selalu dibawannya. Pria berkumis itu menggeret sebuah koper berukuran sedang.

Seulgi, Mina dan sang ibu secara bersamaan membuka pintu kamar mereka.

"Papa!!!", teriak Mina menghambur memeluk ayahnya. Sang ayah menciumi kepala Mina penuh kasih.

Seulgi menyalimi ayahnya, sementara sang ibunda membawa koper itu ke kamar.

"Akhirnya papa pulang juga! Mana oleh-olehnya?", tanya Mina tak sabar.

"Tenang, sayang. Papa bawa oleh-oleh baju dari Aceh. Besok pagi bisa kamu pilih, papa bawa banyak kok"

"Sekarang aja yuk, pa", ajak Mina.

Sang ayah membuka kopernya, mengeluarkan oleh-oleh baju yang dibawanya.

"Aku ambil dua ya, pa? Buat aku satu, buat Yeri satu", ucap Mina mengambil kaos berwarna merah dan pink. Tentunya untuk Yeri yang berwarna pink.

Seulgi juga mengambil dua baju, "Aku juga 2". Ia mengambil warna biru dan hitam.

"Pa, ini oleh-olehnya baju doang? Gada makanan gitu pa?"

Ayah Seulgi berdecak, "Makanan aja terus. Liat itu pipi mu udah kayak bakpao", ledek sang ayah.

Seulgi sontak memegang kedua pipinya, "Justru yang pipi tembem gini yang ngangenin"

"Sekarang kan udah malem, mendingan kalian lanjut tidur. Besok kan hari senin! Besok papa anter kalian sekolah, oke?"

Mina dan Seulgi meloncat-loncat bagaikan anak kecil, "Yeyyy, acikkk"

💛💛💛

Berbeda dengan jam masuk pada hari biasanya yaitu pukul 7 tepat. Hari senin jam masuknya adalah pukul 06.45.

Dan kini waktu telah menunjukka pukul 06.30. Hanya tersisa waktu 15 menit, tapi Seulgi baru saja terbangun dari tidur princessnya.

Ia menggeliat bagai cacing kesana-kemari. Melihat jam dinding yang tergantung tepat di hadapannya dengan samar. Ia terbelalak tak percaya. "Kamvrett! Gue kesiangan lagi!"

Seulgi membuka pintu kamarnya dengan cepat. Matanya berkeliling ke arah meja makan, tak ada siapapun kecuali sang Ibu yang tengah menyapu lantai.

"Mina sama papa mana, ma?", tanya Seulgi.

"Udah berangkat duluan, takut telat katanya"

Lagi-lagi Seulgi terbelalak. Mengapa sang ayah tega meninggalkannya? Bukannya semalam beliau bilang akan mengantar ke sekolah? Ini sungguh memilukan. Derita anak sulung.

"Siapa suruh kamu bangunnya telat", sang ibu menahan tawa melihat wajah Seulgi yang kalang-kabut.

"Kenapa mama gak bangunin aku sih?!", ucapnya dengan nada meninggi.

"Waktu itu mama siram, kamu marah. Yaudah, sekarang mama diem aja"

Seulgi terperangah mendengar jawaban licik sang bunda. Seulgi segera masuk ke kamar mandi secepat kilat. Mandi bebek. Hanya 5 menit saja.

Ia keluar kamar dengan rambut yang belum tersisir dan dasi yang tertaruh di pundak. Ia bergegas memakai sepatunya. Ibu Seulgi memasukkan kotak makanan ke tas Seulgi sembari terus menggelengkan kepala.

"Ma, aku pinjem sepeda Mina ya? Kalo jalan kaki entar bakalan telat"

"Iya, hati-hati. Gausah ngebut"

Seulgi menyalimi ibunya, bergegas menaiki sepeda Mina. Ia mengayuh sepeda Mina sekencang mungkin. Meski ibunya berpesan bahwa ia tidak boleh ngebut, tapi mau bagaimana lagi? Waktu hanya tersisa 7 menit lagi.

Apakah Seulgi bisa datang ke SMA QWERTY tepat waktu?

tbc

Vote comment yha gaiz

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang