70.

273 44 5
                                    

Seulgi membuka matanya perlahan-lahan, setelah hampir 3 jam pingsan, akhirnya Ia kini telah bangun.

Ia memegangi kepalanya seraya merintih kesakitan, "Aduh."

Mina yang berada di sebelah kakaknya, langsung berkata. "Masih pusing kepalanya, kak?"

"Dikit, dek."

Seulgi berusaha mengingat kejadian sebelum dia pingsan tadi, dan mendadak terlintas di ingatannya bahwa Jimin kecelakaan dan dinyatakan hilang.

Panik, Seulgi langsung kalang kabut. "Jimin! Jimin mana?! Jimin baik-baik aja kan?!"

Mina memeluk kakaknya, "Tenang dulu, kak."

"Gimana gue bisa tenang saat tau pacar gue ilang?! Lo kalo ngomong itu mikir dong, dek! Coba bayangin rasanya jadi gue! Jangan seenaknya aja kalo ngomong! Jimin hilang entah dimana, dan gue sekarang disalahin. Coba bayangin, dek!"

Padahal Mina hanya mengeluarkan 3 kata saja, tetapi Seulgi membalasnya dengan ceramah panjang. Mina hanya bisa bersabar, Ia sangat paham perasaan kakaknya saat ini. Sehingga wajar saja Seulgi membentaknya seperti itu.

Tanpa pikir panjang, Mina langsung keluar dari kamar kakaknya itu. Meninggalkan kakaknya yang membutuhkan waktu untuk menenangkan diri.

"Gimana keadaan kakakmu, Na?" Tanya sang ibunda.

Mina membuang nafas, "Kak Seulgi masih syok, ma. Jangan ganggu dia dulu."

"Kasian dia. Pasti kakak kamu sangat terpukul denger berita kecelakaan Jimin."

CEKLEKK

Seulgi membuka pintu kamarnya. Badannya telah dibalut jaket.

"Mau kemana kak?" Tanya Mina cemas.

"Mau ke rumah Jimin."

Mina dan ibunya saling melirik, berusaha mencegah Seulgi. Keluarga Jimin pasti masih marah kepada Seulgi karena secara tidak langsung dirinya lah penyebab kecelakaan Jimin. Kalau Seulgi tidak menyuruh Jimin membeli bunga itu, Jimin tak mungkin mengalami kejadian tragis itu.

Mina memegang lengan kakaknya, "Kak Seulgi mendingan dirumah aja dulu ya. Ke rumah kak Jimin besok-besok aja."

Seulgi menepis pegangan Mina, "Pokoknya gue mau kesana!"

Ibundanya ikut menasehati, "Nak, apa yang adek kamu bilang itu bener. Mendingan kamu istirahat dulu di rumah."

"Ma, tolong. Izinin aku kali ini aja. Mana bisa aku istirahat ketika pacarku dinyatakan hilang."

Ibunda Seulgi berdecak, "Yaudah, mama izinin kamu ke sana. Tapi, kamu harus dianter Taeyong."

"Terserah."

•••
Dua puluh lima menit setelahnya, Taeyong tiba di rumah Seulgi. Ia sudah mengetahui dengan jelas bahwa Jimin mengalami kecelakaan dan pertungangannya dengan Seulgi dibatalkan. Bagi Taeyong, kecelakaan Jimin itu ialah berkah. Karena dengan begitu, Ia memiliki kesempatan lagi untuk mendapatkan Seulgi.

"Maaf lama, Seul. Tadi macet di jalan."

Seulgi hanya memandang mantannya itu, tak berniat menjawab.

"Kita berangkat sekarang?"

"Iya."

Seulgi memasuki mobil Taeyong. Mobil yang dulu pernah dinaikinya ketika masih resmi menjadi pacar Taeyong. Seulgi mendadak flashback.

"Dimana rumah Jimin, Seul?"

"Jalan aja dulu, nanti gue kasitau."

"Oh, oke."

Setelah seribu delapan ratus detik perjalanan, mereka akhirnya tiba di rumah megah Jimin. Rumah itu berlantai tiga, dengan nuansa serba putih. Rumah Jimin bisa dikatakan seperti sebuah istana. Sangat memukau setiap mata yang memandangnya.

"Jimin tajir banget ya, Seul? Rumahnya mantep gini."

Tak mempedulikan omongan Taeyong, Seulgi langsung turun dari mobil; memasuki pekarangan rumah Jimin.

Seulgi membunyikan bel rumah Jimin dengan cepat, seorang asisten rumah tangga membuka pintu itu.

"Cari siapa ya?"

"Ada siapa aja dirumah, bik? Saya kesini mau tanya tentang Jimin."

Belum sempat pembantu itu menjawab, terdengar langkah kaki mendekat. Ternyata itu Chaeyoung.

"Mau ngapain lo kesini?" Bentaknya ketika tiba di depan pintu.

"Chae, gue kesini mau tau gimana kabar terbaru Jimin. Apa dia udah ditemukan? Chae, tolong kasitau gue." Seulgi meneteskan air matanya.

Chaeyoung melirik singkat Taeyong yang berdiri di belakang Seulgi, lalu mendadak tertawa menggelegar.

"Apa? Lo bilang mau tau keadaan kakak gue? Lo mau tau apa dia udah mati atau belum? Gitu?"

Chaeyoung melanjutkan kalimatnya, "Gue gak nyangka ternyata lo sebusuk ini. Disaat kak Jimin belum ditemukan, tapi lo justru udah dapet penggantinya? Apa ini gak terlalu cepet? Ya ampun."

Seulgi mengerutkan keningnya, tidak setuju dengan hinaan adik Jimin barusan.

"Chae, kok lo ngomong gitu sih? Gue sama Taeyong gak ada hubungan apa-apa. Lo jangan salah sangka gitu."

"Ohya? Mana ada sih pendusta yang mau jujur." Sindirnya.

"Gue mohon sama lo. Kalo misalnya ada kabar terbaru tentang keadaan Jimin, lo segera kasitau gue ya. Plis, Chae."

"Apa pentingnya lagi sih kak Jimin buat lo? Bukannya sekarang lo udah bahagia sama cowo itu?"

"Chae! Tolong jaga omongan lo itu ya. Bukan berarti lo adik Jimin, gue jadi takut sama lo."

Chaeyoung mendorong Seulgi hingga tubuh Seulgi jatuh tersungkur ke lantai. "Pergi! Pergi lo dari sini!"

Taeyong membantu Seulgi untuk berdiri. "Ayo kita pergi aja, Seul."

"Udah sana pergi! Ikut aja sama selingkuhan lo itu! Kak Jimin gak butuh cewe murahan kayak lo! Hush hush sana!" Chaeyoung menutup pintu rumahnya dengan kasar.

Seulgi membekap wajahnya dengan kedua telapak tangan, "Gue gak tau harus gimana. Bahkan adiknya Jimin aja benci sama gue."

Taeyong mengambil kesempatan, Ia merangkul erat Seulgi. "Sabar, Seul. Ini ujian."

Tbc

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang