xxiii.

421 69 5
                                    

Jimin menundukkan kepalanya, bersandar pada tembok didekatnya itu. Dadanya terasa sakit ketika mendengar Seulgi membuang bunga pemberiannya, bahkan menginjaknya. Ternyata Seulgi sungguh tak main-main dengan ucapannya yang tak ingin mengenal Jimin lagi.

Seulgi berjalan menuju rumahnya sambil melamun sepanjang jalan. Ia tak menyangka Seulgi akan semarah itu. Lagipula, Jimin masih belum mengerti apa kesalahannya sebenarnya. Kesalahan fatalnya hingga membuat Seulgi semarah itu.

Ketika ia sedang berpikir keras, mendadak sebuah mobil hitam berhenti disampingnya. Seorang wanita berumur membuka kaca mobil itu.

"Jimin, kamu kenapa?"

"Aku kan udah bilang, gausah temui aku sampe ini berakhir!", Jimin berlari sekencang mungkin, pergi menjauh.

"Sebentar lagi semuanya akan segera berakhir", ucap wanita itu mengulas tersenyum tipis.

💛💛💛

"Mau nya apa sih? Padahal dia udah nyakitin hati gue, terus ngapain pake acara ngasi bunga gitu? Mau ngambil hati gue lagi? Apaan sih! Gue gak ngerti sumpah sama itu orang."

Seulgi kini tengah memukul-mukul bantalnya ala petinju profesional. Sementara, Mina hanya terdiam memperhatikan.

"Gue itu mau berusaha lupain dia. Tapi, kenapa dia malah perhatian gitu sama gue? Apa dia mau gue gagal move on?!"

Sekarang tinjuannya beralih pada gulingnya. Kali ini diserta isak tangis haru. Mina masih terdiam, ia membiarkan Seulgi mengeluarkan amarahnya.

"Ga jelas banget sih itu orang!", teriaknya tak tahan lagi. Mina yang kaget sontak memegang dadanya.

Sang ibunda yang sedikit mendengar teriakan Seulgi, bertanya dari halaman rumah. "Seulgi? Kenapa teriak-teriak?"

"Gapapa, ma! Tadi, ada kecoak lewat", teriaknya balik.

Mina menghapus airmata kakaknya. Meskipun ia tidak merasakan apa yang dirasakan Seulgi, tapi setidaknya ia sudah bisa memahami. Mina memang dua tahun lebih muda dari Seulgi. Namun, ia tak kalah dewasa dari segi pemikiran jika dibandingkan dengan kakaknya itu.

"Kak, aku ngerti sekarang pasti perasaan kakak campur aduk. Di satu sisi, ka Seulgi gamau berurusan sama bang Jimin. Di sisi lainnya, ka Seulgi gabisa bohongin hati kakak, kalo kakak itu emang masih pengen deket dia"

Mendengar adiknya mengatakan kata-kata luarbiasa itu, Seulgi justru tertawa. "Bijak amat omongan lo, dek. Salut gue"

"Ih! Orang aku udah serius, malah diketawain. Gajadi ah ngasi saran. Malez!", Mina berlalu pergi dari kamar Seulgi. Mulutnya sudah berbusa mengeluarkan kata-kata bijak, kakaknya malah asyik menertawai. Menyebalkan memang.

"Baperan banget sih adek gue", kata Seulgi cekikan dengan ingusnya yang menetes karena habis menangis.

Drttt drttt

Ada line masuk di ponselnya. Seulgi segera membacanya. Begitu melihat nama sang pengirim, Seulgi memutar bola matanya malas.

"Mau ngapain lagi sih ini orang?"

Tapi, ia tetap membuka pesan itu.

Jimin

Jimin: Seul, kita perlu ketemu.

Seulgi: idih, males banget gue ketemu lo.

Jimin: Ayolah, Seul. Gue ngerasa
ada salah paham disini.

Seulgi: salah paham palalu peyang

Jimin: Kata temen lo, tadi bunga
dari gue lo buang terus diinjek.
Apa itu bener?

Seulgi: itu kan hak gue. apa urusan lo?

Jimin: Gue bener-bener ga ngerti
sama apa yang terjadi. Jujur, gue
gamau ini berlarut-larut:(

Seulgi: yauda minum larutan sanah,
biar ga berlarut-larut.

Jimin: gue serius ini.
jangan becanda dong:(

Seulgi: lha gue juga serius cebol

Jimin: Kita harus ketemu ntar malem, Seul.
Sekali ini aja, tururin gue plis:")

Seulgi: ada syaratnya.

Jimin: apa?

Seulgi: sediain 100 tangkai bunga
matahari. bisa lo?

Seulgi sengaja mencari syarat yang susah, agar Jimin tak bisa menemuinya.

Jimin: oke. nanti malem, temuin
gue ditaman deker rumah lo jam 7 malem.
gue bakal bawa apa yang lo minta:)

Seulgi terbelalak, kenapa Jimin malah menyetujui syaratnya? Sialan, Seulgi terjebak oleh syaratnya sendiri. Bagaimana ini?

Seulgi: gue baru mau kesana,
kalo bunganya udah ada.

Jimin: iya, nanti gue pap dulu ke lo:)

Seulgi: kaysip.

Jimin: 🙂

Seulgi tak mau terlalu mengambil pusing. Lagipula, Seulgi yakin bahwa Jimin tak akan sanggup menepati syarat Seulgi itu. Bunga matahari itu kan termasuk susah dicari. Palingan di toko bunga paling banyak ada 20 tangkai saja. Berarti dia harus keliling 5 toko bunga. Itu pun tak semuanya tersedia 20 kan? Bisa saja kurang. Belum lagi jika uang Jimin tidak cukup. Karena bunga matahari harganya memang lebih mahal daripada bunga jenis lainnya.

"Bodo amat, ah. Ga mungkin juga dia berhasil", ucap Seulgi merabahkan badannya dikasur.

💛💛💛

Sekarang jam 4 sore. Ia memiliki waktu 3 jam untuk mempersiapkan semuanya. Jimin memakai jaket tebal dan topi menghiasi kepalanya. Untuk kali ini, rasanya tidak mungkin ia berjalan kaki untuk berkeliling mencari bunga matahari sebanyak 100 tangkai. Maka dari itu, Jimin membutuhkan bantuan ojek online.

Apakah Jimin bisa menyelesaikan syarat Seulgi itu? Kita lihat saja nanti.

tbc

Vote comment kuy ah:3

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang