76.

283 36 10
                                    

"Kang Herman, pesen cilok ya--"

"Lima ribu?"

"Eh, kok tau sih?"

"Nebak doang hehe." Sahutnya sambil memasukkan 6 cilok ke dalam plastik.

"Saos semua ya."

"Siap."

bahkan kang Herman hafal kalo gue beli cilok pasti lima ribu. yaampun, stop bikin gue berkhayal kalo Herman ini si Jimbol.

Seulgi memberikan uangnya, lalu mengambil plastik cilok yang dijulurkan Jimin. Seulgi menghitung jumlahnya. "Kok enam? Ini lebih satu, kang."

"Satu cilok harganya seribu. Tapi kalo beli lima ribu dapet bonus satu, neng."

kalo bonusnya memiliki hatimu boleh ga kang?

syit.

nyebut, Seul. orang yang ada di depan lo ini Herman, bukan Jimin.

Haduh, suka khilaf jadinya.

"Gue pelanggan nomer berapa, kang?"

"Nomer sebelas, neng."

"Wah, bisa langsung bikin tim sepak bola tuh."

"Hehe, iya."

"Kang, ini eneng beliin nasi bungkus. Dimakan dulu ya, sambil nungguin pembeli lain." Tutur Yerin sambil menaruh kresek berisi nasi bungkus di atas meja stan cilok mereka.

"Iya, makasi, Yerin."

oh, jadi namanya Yerin toh.

"Udah selesai belinya kan, neng?" Tanya Yerin pada Seulgi yang masih berdiri di depan stan cilok mereka.

Seulgi mengangguk cepat.

"Kalo gitu bisa minggir ya. Nanti menghalangi pembeli lain yang mau beli cilok disini." Ujarnya culas.

ini ceritanya gue diusir secara alus yak?

Yaudah, Seulgi langsung pergi, dia duduk di bangku kantin; menikmati cilok yang dibelinya dengan lahap.

"Kak Seul!" Teriak Yeri dan Joy yang menghampiri Seulgi.

"Buset dah udah ngejogrok aja disini. Kak Irene sama kak Wendy mane, kak?"

"Masih di kelas, palingan lagi otw ke kantin."

Yeri mengalihkan pandang pada sosok Jimin.

"Eh! Itu-- bukannya cowo yang mirip kak Jimin? Lah kok dia bisa disini?!"

"Jualan cilok."

"What?!" Joy ikutan syok.

"Biasa aja kali lu berdua kagetnya. Gue aja nyante pas tau."

Bohong. Jelas-jelas tadi Seulgi juga kaget tadi. Pencitraan mulu ya Seul wkwk.

"Enak ciloknya, kak?"

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang