x.

486 79 25
                                    

Jimin mencari tempat yang pas untuk berjualan ciloknya. Dan akhirnya ia menemukannya, disebelah stand ketoprak.

"Oke, disini aja", Jimin menghentikan laju gerobaknya.

Mata Seulgi berkeliling. Banyak sekali makanan yang tersedia di bazaar itu, hingga ia bingung memilih yang mana untuk menu makan siangnya.

Perempuan cantik itu membuka tas selempangnya, mencari sebuah benda yang akan menyelamatkan perut malangnya. Ia mengaduk-aduknya cemas. Sial. Ia ternyata lupa membawanya.

Pasrah, ia hanya duduk diam memperhatikan para pembeli yang berlalu-lalang dihadapannya.

Tanpa ia sadari, air liurnya mulai menetes, ketika melihat secara langsung ketoprak yang berada disampingnya. Aroma menggoda ketoprak itu membuat perutnya semakin merengek minta diisi.

Dia bisa saja pulang dan meminta makan pada sang Ibu, tapi ia ingat bahwa sedang dalam edisi 'ngambek'. Ia pun mengurungkan niatnya.

Jimin yang memperhatikan Seulgi sedari tadi, segera bertanya, "Bukannya tadi lo bilang mau beli makan siang ya? Kenapa malah diem disini? Mau nemenin gue mangkal?"

"Idih, paan si. Kepedean aja bang Jimin mah. Dompet gue ketinggalan. Gimana caranya beli makan coba?", ungkapnya jujur.

Jimin tertawa kecil, berhubung peka, ia segera mengeluarkan dompetnya. Membukanya cepat. Beberapa lembar uang seratus ribu terlihat jelas karna warnya mencoloknya. Seulgi membulatkan mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Gimana bisa tukang cilok duitnya lebih banyak dari duit bulanan gue?, batinnya sedih.

Jimin mengambil selembar uang seratus ribu, "Nih, pake duit gue dulu. Tapi, jangan dihabisin"

"Seriusan lo bang? Asik!", tangan kanan Seulgi dengan cepat mencomot uang itu.

"Cuma mau ngingetin. Itu pinjeman, bukan pemberian"

Seulgi mendengus kesal, "Yaelah, gue kira gratis. Gampang entar gue balikin. Gue mau keliling dulu ya bang, cari makanan yang enak. Lo mau gue beliin apa?"

"Gausah, Seul. Gue masih kenyang kok"

Seulgi bergegas memulai pencarian itu. Ia berjalan dengan santai sembari menoleh ke kanan-kiri. Begitu melihat makanan yang tepat, ia terhenti.

"Ayam betutu! Kayaknya enak tuh"

Seulgi menghampiri stand ayam betutu khas Bali. Ia mengantri dengan sabar untuk mendapatkan makanan yang dibandrol harga dua puluh ribu untuk satu porsinya.

Setelah 10 menit mengantri, akhirnya ia mendapatkannya. Seulgi segera kembali ke gerobak Jimin.

"Bang Jimin!", teriak Seulgi kepada Jimin uang tengah serius melayani pembeli ciloknya.

Tak mendapat respon, Seulgi tak ambil pusing. Ia justru lahap menyantap ayam betutu yang dipenuhi sambal itu.

Ketika para pembeli sudah selesai dilayaninya, Jimin memperhatikan Seulgi yang masih asik dengan ayam betutunya. "Busetdah. Lahap bener makannya, sampe lupa nawarin"

"Diem lo bang. Jangan ganggu kenikmatan gue. Mau gue cocolin sambel mata lo?"

"Dih, galak bener"

Setelah selesai, Seulgi mencuci tangannya dengan air aqua milik Jimin.

Pandangan mata Seulgi beralih pada Jimin yang tengah fokus pada ponselnya. Seulgi terbelalak. Ia mengucek-ngucek matanya untuk memastikan matanya tidak salah lihat. Ponsel Jimin ternyata iphone 6+ berwarna silver.

Bangsat. Penjual cilok aja hape nya iphone 6plus? Lah gue kalah dong?, ucapnya dalam hati. Fyi, ponsel Seulgi hanya iphone 5s, warnanya gold.

Jimin membaca singkat pesan singkat yang masuk. Isinya 'tunggu dua minggu lagi'. Jimin mengembangkan senyumnya. Pertanda paham maksud dari sms itu.

"Bang, itu hape lo?", tanya Seulgi penasaran. Jimin hanya mengangguk tanpa menolehnya.

Seulgi menelan air liurnya, merasa takjub. "Emang penghasilan cilok lo sebulan berapa sih, bang? Hebat banget bisa beli iphone 6+. Kalo untungnya banyak, ya bisa aja setelah SMA gue ikutan jualan cilok gitu ehe"

Jimin tertawa mendengar ucapan Seulgi yang terdengar seperti lelucon. "Gausah terkesima gitu. Ini juga hape nyicil 2tahun kok", dalihnya cepat

"Oh, nyicil ternyata"

"Ya iyalah. Yakali gue bisa beli hape semahal ini tanpa nyicil"

Dari kejauhan, Taeyong yang ternyata juga berada disana, menyadari kehadiran Seulgi. Ia segera menghampirinya.

"Seulgi, kamu ngapain disini?"

Seulgi mengernyit, ia membuang nafasnya lelah. Lagi-lagi Taeyong. Dimana-mana Taeyong. Menyebalkan sekali.

"Kenapa sih lo itu kepo banget? Suka-suka gue lah mau dimana aja"

Taeyong melirik Jimin singkat. "Aku perhatiin. Akhir-akhir ini kamu sering banget sama penjual cilok ini. Kamu ada hubungan apa sama dia?"

"Apa hak lo nanya privasi gue kayak gitu? Gue ingetin ya, kita udah lama putus. Jadi berhenti bersikap seolah-olah lo itu pacar gue"

"Mendingan sekarang lo pergi deh! Gue males banget liat muka lo terus"

Liat aja. Gue gabakal tinggal diam. Seulgi, gue bakal lapor ke nyokap lo bahwa lo bergaul sama tukang cilok rendahan kayak gini. Kita liat gimana reaksi nyokap nanti, batin Taeyong tersenyum licik.

tbc

Vote comment nya yaw gaizz

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang