79.

327 49 3
                                    

Kesengsaraan yang dialami Seulgi kini telah lenyap. Penantiannya terhadap Jimin telah berakhir. Orang yang dinantinya sudah kembali. Betapa bahagianya Seulgi kala ini.

"Jim, kamu tau? Aku bener-bener frustasi mikirin kamu. Kamu harus tau, bahkan keluarga kamu marah ke aku karna mereka nganggep aku penyebab kecelakaan kamu."

Jimin membuang nafas, "Maafin aku, Seul."

"Bisa ga kamu ceritain semuanya? Sedetail-detailnya ke aku."

Jimin tanpa pikir panjang menceritakan apa yang telah dialaminya setelah kecelakaan itu. Ketika Yerin dan Ayahnya menemukannya hanyut di sungai, ketika keluarga Yerin merawatnya....

"Oh, jadi Yerin sama Ayahnya yang udah nolong kamu?"

"Iya, Seul."

"Mereka udah tau kalo ingatan kamu udah pulih?"

"Belum. Aku belum sempet pulang ke rumah Yerin. Habis dari sekolahmu tadi, aku langsung beli boneka beruang, terus naroh itu di pohon besar tadi." Jelasnya.

"Jadi kamu yang naroh boneka disana?"

"Iya."

"Jim, kamu harus ngasitau Yerin dan keluarganya. Kamu harus berterimakasih sama mereka."

Jimin meraih tangan Seulgi yang tergeletak diatas meja, "Iya, sayang. Pulang dari sini, kita ke rumah Yerin. Oke?"

"Oke, jimbol!"

🐻🐻🐻

Yerin tiba di rumahnya setelah selesai berjualan cilok. Ia langsung ke kamar untuk mengecek kondisi Jimin yang tadi mengatakan sakit kepala.

Namun, Ia kebingungan tatkala Jimin tak ada disana. Kamarnya kosong.

"Ibuk! Bapak!" Teriak Yerin hingga orangtuany menghampirinya.

"Ada apa sih, Rin?"

"Buk, kang Herman kemana? Kok gak ada?"

"Herman? Bukannya dia jualan cilok sama kamu?" Tanya sang Ayah.

Yerin menggelengkan kepalanya, "Tadi kang Herman pulang duluan, Pak. Kepalanya sakit."

"Tapi dia belum pulang dari tadi, Rin."

Yerin mendadak cemas, "Terus kang Herman teh kemana?!"

"Aku disini, Rin." Jimin muncul di depan pintu rumah Yerin.

Yerin dan kedua orangtuanya langsung mendatangi Jimin.

"Akang?! Akang teh dari mana aja? Katanya sakit kepala, kok gak istirahat dirumah?!"

Seulgi yang sedari tadi bersembunyi dibalik punggung Jimin seketika menampakkan badannya.

Yerin melotot kaget begitu melihat Seulgi ada disana.

"Kang, kenapa bisa ada dia disini?!"

"Yerin, Pak, Buk; saya kesini mau bilang bahwa ingatan saya sudah sepenuhnya pulih."

"A-apa? Jadi- kang Herman teh udah inget siapa kang Herman sebenarnya?"

"Iya, Rin. Nama asli akang itu Jimin. Dan Seulgi ini pacar akang."

Seulgi tidak tahu harus mengatakan apa. Hal satu-satunya yang bisa dilakukannya adalah tersenyum.

Yerin memegangi dadanya yang seketika nyeri. Mungkin Ia begitu syok mengetahui Seulgi pacar Jimin.

"Rin, kamu gapapa?"

"Gapapa, kang Her- kang Jimin maksudnya."

"Pak, Buk; saya mau ngucapain terimakasi banyak selama ini udah mau merawat saya dengan baik hingga saya bisa mengingat semuanya lagi."

"Iya, nak. Bapak ikut senang kalau kamu sudah ingat semuanya. Kalo kamu mau main kesini, jangan sungkan-sungkan ya?"

"Iya, Pak. Saya pasti akan main kesini."

"Kalo gitu, saya sama Seulgi permisi dulu ya; Pak, Buk, Rin." Jimin menggandeng tangan Seulgi.

"Iya, nak. Sampai jumpa lagi."

Jimin dan Seulgi telah berlalu pergi. Sementara Yerin menangis tersedu-sedu.

Ia tergeletak tak berdaya. "Pak, Buk; kenapa kalian biarin kang Herman pergi? Seharusnya kang Herman teh disini aja..."

"Yerin, kamu gak boleh gitu. Herman berhak bahagia, meskipun bahagianya dia bukan sama kamu, nak." Sang Ibu merangkul anaknya yang faktanya tengah merasakan patah hati.

🐻🐻🐻

"Jim, kita mau kemana sekarang?" Tanya Seulgi ketika mereka tengah berada di jalan.

Fyi, mereka ini pake motornya si Seulgi yak. Kan si Jimin belum sempet pulang, belum sempet ngambil mobilnya wqwq.

"Ke rumahku, sayang."

Seulgi mengangguk, "Bagus deh kalo gitu. Keluarga kamu emang harus tau kalo kamu masih idup, Jim."

•••
Keduanya kini telah tiba di depan rumah Jimin. Anak dari pemilik rumah itu langsung menekan bel rumahnya cepat.

Seseorang membukakan pintu, ternyata itu asisten rumah tangganya.

"Den Jimin? Ini den Jimin kan?- Tuan! Nyonya! Den Jimin sudah kembali!" Teriak Bi Sarinem.

Keluarga Jimin berhamburan keluar untuk memastikan.

"Jimin? Jimin itu kamu, nak?!" Tutur Sang Ibu ketika menuruni anak tangga.

"Iya, ini aku Jimin, Ma."

"Ya ampun! Akhirnya kamu pulang. Mama udah takut, nak. Mama takut kalo kamu ternyata udah--"

"Hush! Jangan ngomong gitu, Ma."

Sang Ibu dan Ayah Jimin memeluk anaknya dengan tangis haru secara bergantian.

"KAK JIMIN?!" Chaeyoung berlari mendekat.

Jimin mengusap kepala adiknya itu, "Hai, Chae."

"Kak Jimin kemana aja selama ini? Kenapa baru kembali sih, kak? Kita tuh khawatir banget."

"Jadi, selama ini kakak itu hilang ingatan. Tapi.. udahlah, Chae. Yang penting sekarang kan kakak udah kembali dengan keadaan sehat."

"Ya ampun."

Begitu melihat Seulgi, Chaeyoung langsung menunduk. "Kak Seulgi, maafin perlakuan kita selama ini ya."

"Iya, Chae. Kakak ngerti kok, tenang aja. Kakak udah lupain yang dulu-dulu."

"Makasi banyak, kak." Chaeyoung memeluk Seulgi.

Jimin merasa bahagia. Ia telah mengingat semuanya dan Seulgi pun telah kembali akur dengan keluarganya.

Ia pun telah berjanji, Ia akan mengingat kebaikan keluarga Yerin yang telah merawatnya selama ini.

Tbc

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang