xiv.

472 78 7
                                    

Seulgi pun duduk disamping Taeyong. Melihat beberapa kali mulut Seulgi terbuka, tapi tidak jadi bicara, Taeyong tertawa kecil.

"Kamu mau ngomong apa sih, Seul? Sampe susah banget kayaknya", Taeyong terkekeh.

Seulgi bergumam beberapa detik, "Sebenernya gue masih marah sama lo karna sikap nyeselin lo yang ngelapor ke nyokap gue. Tapi.."

Taeyong memotongnya, "Soal itu? Aku minta maaf ya, semua itu aku lakuin karna takut penjual cilok itu bawa pengaruh buruk buat kamu, Seul"

"Gue bukan mau ngomongin itu. Gue kesini mau ngucapin makasi buat yang tadi pagi. Gue ga tahu kalo gue dibolehin istirahat dari hukuman asalkan ada yang gantiin. Dan ternyata lo mau gantiin gue"

Taeyong menggenggam tangan Seulgi, "Kamu kira aku tega liat orang yang aku sayang menderita kayak gitu? Gak, Seul."

Kedua sudut bibir Seulgi terangkat. Kali ini ia tak menolak ataupun marah ketika Taeyong menggenggam tangannya seperti itu. Justru mendadak, pertemuan pertamanya dengan Taeyong terbayang diingatannya.

💛💛💛

Pertemuan Taeyong dan Seulgi dimulai ketika Seulgi tengah terduduk seorang diri di taman kota pada perayaan tahun baru. Jika pada hari itu semua orang merayakan tahun baru dengan sukacita, Seulgi justru menangis tersedu-sedu.

"Kalo emang mereka ga suka dengan kehadiran gue dalam keluarga mereka, kenapa waktu gue lahir mereka ga bunuh gue aja sekalian?!". Seulgi benar-benar merasa depresi. Ia baru saja ditampar oleh sang ayah karena menjahili Mina hingga ia terjatuh dari tangga.

Ia ingin pergi menenangkan diri sejenak. Menunggu sampai amarah sang ayah mereda. Pukul sebelas malam, ia tak kenal takut. Wajar saja sih, dari jam 10 bunyi petasan terus terdengar. Jadi, meskipun keadaan sekitarnya sepi, tapi langit terus menemaninya.

"Padahal gue ga ngapa-ngapain. Cuma ngejar Mina doang. Kalo jatoh mah salah dia sendiri"

"Papa emang pilih kasih", cibirnya dengan airmata yang tak henti mengalir.

Seulgi yang masih duduk itu menendang-nendang udara, "Kata temen gue. Kalo papanya marahin dia, mamanya belain. Kalo mamanya yang marah, papanya yang belain. Lah itu kok tadi mama diem aja?"

Seulgi mengerucutkan bibirnya, "Gue lupa temen gue yang bilang gitu kan anak tunggal. Anak kesayangan. Lah gue? Anak sulung yang serba salah. Kalo mina yang salah, tetep aja gue yang di salahin. Maunya apaan sih?!", teriaknya kencang untuk meluapkan rasa kesalnya.

"Mau lolipop?", seorang pria duduk disamping Seulgi dengan mengemut sebuah lolipop. Ia juga menawarkannya pada Seulgi.

Seulgi menghapus airmatanya, "Siapa lo?"

"Meskipun gue gatau apa masalah lo. Tapi.. daripada lo nangis gajelas kek gini, mendingan makan lolipop ini. Ya siapa tau aja, kesedihan lo berkurang"

Seulgi menerima lolipop pemberian Taeyong, lalu membukanya, "Makasih"

"Udah mau tahun baru bentar lagi. Kata orang sih, tahun baru berarti lembaran baru. Jadi, lo harus bisa lupain masalah lo itu, sebesar apapun itu"

Seulgi menatap serius sosok pria yang baru saja dikenalnya, namun begitu berani memberikan nasehat untuknya. Membuat Seulgi kagum.

"Kalo lo ada masalah, terus gatau mau curhat ke siapa, lo bisa hubungin gue", Taeyong menunjukkan nomer ponselnya, menyuruh Seulgi untuk mencatatnya.

Semenjak itu, mereka semakin dekat. Berawal dari teman curhat hingga menyatu menjadi sepasang kekasih.

💛💛💛

"Seulgi? Kok malah melamun sih?", Taeyong membuyarkan lamunan Seulgi.

"Sekali lagi makasih ya, Taeyong"

Taeyong menaikkan alisnya, "Makasih aja nih?"

"Terus?"

"Gimana kalo kita dinner malam ini?". Jurus pendekatan lagi-lagi ia keluarkan.

Merasa perlu membalas budi, Seulgi akhirnya memilih untuk mengiyakannya. "Oke", jawabnya singkat.

Taeyong tersenyum sumringah, "Kalo gitu, nanti malam aku jemput kamu jam 7. Dandan yang cantik ya, Seulgiku"

Seulgiku? Idih, paan sih ni orang. Seulgi membatin.

💛💛💛

Seulgi berjalan cepat menuju gerbang sekolah. Ditemani sepeda Mina tentunya.

"Bang Jimin!", panggil Seulgi ketika ia hendak meninggalkan area sekolah.

"Seulgi? Cie yang tadi telat. Gimana hukumannya?", ledek Jimin.

"Sialan lo, bang. Eh, gue kesini mau ngasi sesuatu. Bentar ya", Seulgi membuka tasnya, mencari sesuatu yang akan diberikannya untuk Jimin.

"Tadaaa. Nih, oleh-oleh baju dari Aceh. Semoga lo suka ya, bang", Seulgi memberikan baju itu pada Jimin.

Jimin menerimanya, "Wah, gue dapet oleh-oleh. Makasi ya"

Seulgi mengalihkan pandang pada ponsel yang tengah Jimin pegang. "Eh, bang. Gue minta line lo dong. Biar kalo mau ketemu, bisa tinggal ngeline aja"

Menyadari bahwa kalimatnya terdapat kata yang tak seharusnya, ia spontan membekap mulutnya.

"Cie yang mau ketemu gue terus"

Seulgi gugup seketika, wajahnya memerah bak sebuah tomat segar. "Paan si lo, bang. Maksud gue itu biar gampang kalo mau beli cilok... Iya gitu maksud gue. Gausah kepedean"

Jimin menyisir rambutnya dengan jemari tangan, menunjukkan aura ketampanannya. "Siniin hape lo, biar gue masukin id line gue"

Seulgi memberikan ponselnya. Sementara Jimin segera memasukkan id line nya.

"Udeh"

Seulgi, "Okay, muaci. Inget ya, kalo gue ngeline, harus dijawab. Awas aja kagak, barbel melayang!"

"Yah, kok jadi pemaksaan gini?", ucapnya mengundang tawa Seulgi.

💛💛💛

tbc

Yuk vote comment nya ehe

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang