v.

631 84 15
                                    

Jimin terbangun dari ranjang soaknya, merintih kesakitan karna kasurnya itu tak empuk sama sekali. Tiap hari ia harus menderita sakit pinggang. Pria itu terduduk melamun di sisi ranjang.

"Kapan hukuman gue bakal selesai sih? Gue udah ga tahan lagi"

Ia terpaksa tinggal di kos-kosan sempit ini untuk menjalani hidupnya. Bagaimana lagi? Mungkin ini takdir Tuhan yang terbaik untuknya.

Ia berjalan menuju dapur petaknya, bersiap menjalani rutinitas kesehariannya yaitu berjualan cilok untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untung saja ia telah lulus SMA 2 tahun yang lalu, sehingga ia tak perlu memusingkan biaya sekolahnya.

Setelah siap, ia bergegas mandi karna harus berangkat pagi mangkal di SMA QWERTY.

💛💛💛

Sebelum berangkat ke sekolah, Seulgi dan Mina sarapan bersama di meja makan, ditemani sang ibu tentunya.

Seulgi mengoleskan selai cokelat di antara dua roti tawarnya. "Ma, sepedaku rusak. Kemarin nabrak pohon"

"Terus?"

Seulgi berdecak kesal, "Ya masa aku harus jalan kaki ke sekolah ma? Beliin sepeda yang baru napa sih. Mina aja sepedanya baru"

Ibundanya itu meneguk cepat kopi panasnya, meletakkannya hati-hati, lalu menjawab, "Iya, kalo papa udah pulang dari Aceh nanti, kamu bakal dibeliin yang baru. Gausah sepeda, beli motor aja"

"Cie ada yang mau beli motor, eh tapi kan kak Seulgi belum canggih naik motor ma. Nanti kalo dia nyungsep begimana?", ejek Mina.

Seulgi menguyah rotinya dengan asal, "Bacot aja bisanya lo. Entar juga gue belajar, gampang itumah"

"Eh, tapi beneran ma? Aku mau dibeliin motor nih? Sepeda aja gapapa kok, motor kemahalan"

Ibunya tersenyum, "Beneran, sayang. Mama kasian masa kamu udah kelas 12 belum bisa bawa motor. Sabar dulu ya, papa beberapa hari lagi pulang kok"

"Iya, ma"

Nanti gue mau minta ajarin motor sama bang Jimin aja deh, Seulgi membatin. Modus ehe.

💛💛💛

"Bang Jimin!", sapa Seulgi ketika tiba di depan gerbang sekolahnya.

"Udah gih buruan masuk kelas, tadi bel masuknya udah bunyi, Seul"

Seulgi tercengang, ia berlari secepat kilat ketika Jimin mengatakan hal itu. Ia berlari bagaikan seorang atlet.

Ketika tiba di kelas, nafasnya ngos-ngosan. Ia memasang wajah kesal ketika ternyata keadaan kelas masih sepi. Jimin mengerjainya. Kedua sahabatnya tertawa kecil melihat tingkah Seulgi.

"Napa lagi sih lo, Seul? Baru juga sehari gue tinggal ga masuk, eh lo jadi gini", ungkap Irene.

"Gue kira udah bel, kampret anying"

Wendy menggeleng-gelengkan kepalanya, "Makanya pake jam, biar tahu jam berapa"

Seulgi menyaut cepat, "Sip. Besok gue meli sepuluh jam di pasar loak. Mau nitip lo?"

"Gausah. Buat lo sama nenek moyang lo aja tuh sepuluh jam. Gue ga minat", jawab Wendy.

"Berantem mulu lu berdua sih. Princess lelah liatnya tau ga"

Seulgi mengutuk dalam hati atas perilaku Jimin. "Awas ya lo bang", ucapnya pelan.

Sementara diluar sana, Jimin tertawa seorang diri, "Kasian, Seulgi. Emang enak gue kerjain"

Seulgi duduk dibangkunya. Ada yang janggal. Ia melihat ada sebuah buket bunga matahari di laci mejanya.

Bingung, tidak tahu siapa memiliknya, Seulgi pun menanyakannya kepada dua sahabatnya, "Eh, punya siapa nih?", tanyanya seraya mengangkat bunga itu dari lacinya.

"Kalo lo nemu itu di kolong meja lo, ya berarti itu punya lo lah, Seul. Ogeb kok dipelihara", sindir Wendy tepat sasaran.

"Paansi wen. Gue juga ngerti kali. Tapi, gue ga merasa beli bunga ini. Duh, ga ngerti lu ya"

Irene yang tengah memakan cokelat merespon pertanyaan Seulgi, "Mungkin itu dari penggemar rahasia lo. Enak banget punya fans"

"Penggemar rahasia?", Seulgi makin bingung lagi.  Tiba-tiba ada line masuk. Ia segera mengambil ponselnya di dalam tas.

Taeyong

Taeyong: Gimana bunganya? Kamu suka kan?

Seulgi memutar bola matanya, ternyata bunga itu dari sang mantan.

Seulgi: ngapain si ngasi bunga?
Seulgi: ceritanya mau ngambil hati gue?
Seulgi: sorry ya, gue ga terpukau

Taeyong: terserah gimana pendapat kamu:)
Taeyong: yang penting niat aku baik:)
Taeyong: semoga kamu suka bunganya💛

"Gue tahu bunga ini dari siapa", ucap Seulgi memecah keheningan dikelasnya.

Wendy dan Irene penasaran, "Siapa?", tanya mereka bersamaan.

"Dari Taeyong"

Wendy mulai meledek Seulgi, "Pendekatan mantan semakin jelas terlihat, sist. Yuk kita saksikan kelanjutannya"

Seulgi memukul lengan Wendy dengan penggaris plastik miliknya, "Biadab lo"

Irene cekikikan, "Semua siswi disini kecuali gue sama Wendy, tergila-gila sama Taeyong. Tapi, lo dikasi bunga malah ngamuk"

"Masalahnya dia mantan gue. Gue udah tau busuknya dia, apalagi pas selingkuhin gue itu. Anying banget". Seulgi membayangkan masa lalunya ketika ia menangkap basah Taeyong.

💛💛💛

Hari itu. Pukul 7 malam. Seulgi dan Taeyong sudah memiliki janji akan makan malam bersama. Seulgi sudah berdandan super cantik. Ia menggunakan dress putih diatas lutut, ditambah sebuah kalung melingkar di lehernya. Sepatu dan tas tak dilupakannya.

Dengan sabar, ia menunggu kedatangan Taeyong di restoran Maya. Waktu bergulir semakin cepat. Sudah hampir 1 jam ia menunggu, tiba-tiba ada sms masuk dari kekasihnya itu.

Taeyong

Taeyong: maaf sayang, aku ada urusan mendadak. Kita batal dinner malem ini ya. Kita ganti besok aja, maaf sayangku💛

Seulgi menghela nafasnya, ternyata penantian nya selama satu jam ini sia-sia. Taeyong membatalkan acara makan malam mereka. Seulgi segera pulang menaiki taxi.

Di dalam taxi, ia menahan isak tangisnya yang hendak keluar. Setelah taxi itu berjalan sekitar 10 menit, Ia memandang ke luar, betapa kagetnya dia. Ia melihat Taeyong ada disebuah kafe, karna ia duduk di sebelah kaca, makanya Seulgi bisa melihatnya.

"Berhenti, pak. Tunggu sebentar ya, saya ada urusan", ucapnya pada sang sopir taxi.

Seulgi memasuki kafe itu dengan cepat. Langkahnya terhenti ketika melihat Sang pacar bersama perempuan lain.

tbc

Mba maz vote nya jan lupa ya huehue

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang