47.

364 63 23
                                    

Mulai sekarang, Seulgi akan memulai perjuangannya mendapatkan cinta Jimin kembali. Meski terdengar agak sulit, tapi Seulgi  pantang mundur. Ia yakin seratus persen, baha Jimin akan jatuh ke pelukannya lagi.

Beda dari biasanya, hari ini Seulgi mengendarai motor untuk berangkat ke sekolah. Ia menggoncengi Mina, adik tercintahnya. Ia sudah mendapatkan izin dari orangtuanya berhubung pelatihan yang telah dijalaninya sebanyak empat kali itu telah sukses.

Ketika tiba didepan gerbang, ia memberhentikan motornya sejenak. Mengembangkan senyum tercantik yang dimilikinya.

"Selamat pagi, jiminku sayang. Semangat jualan ciloknya hari ini ya!"

Seulgi udah dikasi bawa motor ke sekolah? Duh, hebat bener lo, Seul.

Jimin berpura-pura mengabaikan sapaan Seulgi itu. Meski dalam hati ia cekikikan sendiri. Jika dahulu, Seulgi paling tidak suka dipanggil sayang karena menurutnya alay. Tapi sekarang, justru Seulgi yang menyebut panggilan alay itu. Lucu sekali.

"Kalo mau senyum, senyum aja Jim. Keliatan banget itu lagi nahan senyum." Ledek Seulgi lau sedetik kemudian masuk ke sekolah untuk memarkirkan motornya.

Lo ngapain sih, Seul? Kalo lo gemesin kayak gitu, gue jadi makin sayang entar.

•••
Di parkiran sekolah.

"Nah, gini dong. Kalo kak Seulgi senyum kek gini terus, kan gue ikut seneng jadinya, kak."

Seulgi memasukkan kunci motornya ke dalam tas. "Iya, dek. Pokoknya, gue bakal semangat dapetin hati Jimin lagi."

"Ini baru namanya kakak gue. Semangat kak!" Pekiknya bahagia.

Mereka berjalan beriringan. Tapi, harus berpisah ditengah jalan karena kelas Seulgi ada dilantai tiga, sedangkan Mina dilantai dasar.

Seulgi memasuki kelasnya seraya bersenandung ria. Melihat perubahan sikap Seulgi yang kembali seperti semula, sudah tentu Wendy dan Irene turut bersuka cita.

"Wah, wah. Bahagia bener sih, neng. Perasaan kemarin muke lo pucet deh, Seul. Napa sekarang jadi cerah gini?" Tanya Wendy.

Irene menambahkan, "Bahkan nih yak. Matahari aja sinarnya terkalahkan oleh kecerahan wajah lo, Seul."

Seulgi merasa jijik mendengar omongan Irene barusan. "Paansih. Lebay amat lo, Ren."

💛💛💛

Jam istirahat tiba, Seulgi buru-buru keluar kelas menuju gerbang sekolah. Untuk apa? Sudah pasti ingin membeli cilok. Sekaligus merebut hati penjualnya.

"Jim!" Panggilnya kepada Jimin yang tengah terduduk menunggu pembeli pertamanya hari ini. Dan sialnya, pembeli itu adalah Seulgi.

"Beli cilok dong, lima ribu. Saosnya dikitin ya."

Jimin bangkit dari duduknya. Ia segera membuatkan pesanan Seulgi, tanpa bersuara.

Ia memberikan cilok itu, lalu Seulgi memberi uangnya. Seulgi memakan langsung cilok buatan Jimin disana.

Seulgi melahap satu demi satu. Hingga habis tak bersisa. Mendadak ia kepedesan. Ia mengipas-ngipas mulutnya dengan tangan.

"Jim, kok pedes banget ya? Perasaan tadi aku bilang dikitin saosnya deh."

"Gue lupa." Sahut Jimin cepat tanpa memandang mata Seulgi. Ia asik memainkan game diponselnya.

Oh, jadi dia sengaja ngerjain gue nih? Dasar kelakuan kucing garong. Untung gue sayang. Batin Seulgi.

"Main apa sih? Seru banget kayaknya. Sampe cewe cantik kayak aku diabaikan. Oh tidak."

"Berisik lu." Oceh Jimin yang merasa konsentrasinya terhadap game nya menjadi terganggu.

"Berisik itu bukannya yang ada pada ikan ya?"

"Itu sisik, oon banget si."

"Oh iya, itu sisik ehe."

"Garing."

Tak masalah jika terdengar tidak lucu, yang penting sekarang Jimin sudah mau bicara padanya. Suatu kemajuan menakjubkan.

Seul, kamu ngapain sih? Stop bikin aku makin sayang. Jimin membatin.

KRINGGG KRINGGG (bunyi bel masuk kelas ceritanya)

"Masuk sana gih. Udah bel noh."

Seulgi berdecak, "Kok cepet banget sih belnya. Padahal kan aku masih mau disini."

Gimana gak cepet. Orang dari tadi kamu cuma duduk diem liatin muka aku doang, Seul. Aduh, ucul parah. Batin Jimin lagi.

"Yaudah, kalo gitu aku masuk dulu ya, Jim."

Seulgi berjalan memasuki area sekolahnya, "Berhasil! Berhasil! Hore!" Pekiknya pelan agar tak terdengar orang.

💛💛💛

"Dek, lo pulang jalan kaki aja, ya?"

"Lah? Kok gitu? Kan udah ada motor lo, kak. Ngapain gue disuruh jalan kaki?"

Seulgi bergumam sejenak, "Kan katanya lo bakal dukung gue sama Jimin kan?"

"Terus?"

"Jadi, sekarang gue mau melancarkan aksi panah cinta Seulgi lagi. Mohon kerjasamanya lah, dek. Jalan aja ya, lagian kan deket rumah kita. Plis plis." Seulgi mengatupkan tangannya memohon.

"Yaelah. Bilang kek daritadi. Kalo soal kak Jimin, gue mah ridho disuruh jalan kaki. Yaudah sana gih!"

"Makasi, adek gue tercakep sedunia."

"Giliran ada maunya aja gue dipuji. Hiks."

•••
Dengan mengendarai motornya, Seulgi mencari keberadaan Jimin yang sedang berkeliling komplek perumahan.

Beberapa menit kemudian, ia menemukannya. Seulgi mengegas motornya lebih cepat agar bisa mencapai Jimin. Berhasil.

Kini, laju motornya sangat pelan menyamakan laju gerobak Jimin. Seulgi sengaja mengendarai motornya disamping Jimin yang tengah mendorong gerobak cilok.

"Hai, Jim. Dorong gerobaknya yang semangat dong. Gaboleh lemes gitu, ah."

Jimin melirik penuh kerisihan. "Ngapain sih lo ngikutin gue? Sana pergi."

"Perlu gue bantuin dorong gak, Jim? Dengan sukarela bakalan gue bantuin. Kayak kita dulu." Seulgi masih mengendari motornya.

"Idih. Ngapain pake ungkit-ungkit masa lalu coba? Males banget gue."

"Mukanya biasain aja dong. Eh, tapi kalo kamu marah gitu, malah tambah cakep sih, Jim."

Seulgi udah gila kali ya. Stop plis, Seul.

Seulgi ikut membatin, Semoga kamu sadar, Jim. Perjuangan yang aku lakuin ini semua demi mendapatkan hati kamu lagi.

Semangat, Seul!

tbc

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang