84.

452 47 21
                                    

"Kamu mau kita putus?"

Rahang Jimin mengeras, tatapannya semakin tajam. Ia tak sangka hal sepele seperti itu membuat Seulgi melontarkan kata putus.

"A-apa? Kamu mau kita putus?" Jimin mengulangi pertanyaan Seulgi dengan kening mengkerut pertanda Ia tak menyukai kalimat tanya itu.

Seulgi hanya membuang muka. Begitu malas meladeni Jimin yang telah membuat hatinya tersayat-sayat. Jimin yang lebih memuji mantan kekasihnya ketimbang Seulgi– pacarnya sendiri.

"Seul, jawab aku. Apa maksud kamu bilang kayak gitu? Kamu gak serius pengen kita putus kan?"

Seulgi menoleh ke arah Jimin dengan mata berkaca-kaca. "Coba kamu pikir, Jim. Wajar kan kalo aku minta putus ke cowo yang gamon dari mantannya?"

"Siapa yang gamon sih, Seul?"

"Kamu lah."

"Yakali aku gamon ketika aku udah dapetin pengganti yang luarbiasa sempura." Jimin mengatakannya sambil senyum lebar.

Seulgi memutar bola matanya, "Gombal."

Jimin menaruh kedua tangannya di kedua sisi pipi Seulgi. Dengan penuh cinta, Ia menatap lekat bola mata Seulgi. Perlahan-lahan Jimin memajukan wajahnya mendekat ke wajah sang kekasih.

Seulgi mendadak gugup. Bagaimana tidak? Jarak mereka begitu dekat, hanya beberapa sentimeter saja.

"Jim, mau ngapain sih?" Tanya Seulgi dengan sorot pandang menatap tanah, tak berani menatap mata meneduhkan iman milik Jimin.

"Mau bikin kamu percaya– kalo cinta aku ini cuma buat kamu doang, Seul."

Seulgi mendongak sedikit, membuat wajah keduanya kini setara. "Contohnya?"

"Kayak gini contohnya." Jimin memulai aksinya hari ini. Ia mencium mesra bibir Seulgi. Perlahan melumatnya dengan tenang. Merasakan hasrat yang sama, Seulgi pun mengikuti alur permainan Jimin. Lagipula, itu terasa nikmat– rasanya lebih lezat daripada sosis bakar.

Seulgi sendiri tidak mengerti mengapa akhir-akhir ini Jimin sering sekali menciuminya. Tapi, satu yang Ia ketahui. Ia takkan pernah bisa menolak kecupan sang kekasih karena bibir–tebal–bak–disengat–tawon milik Jimin selalu terlihat menggoda.

Kedua tangan Jimin perlahan turun ke area leher Seulgi sambil memperdalam ciumannya. Sedangkan Seulgi melingkarkan tangannya di pinggang sang kekasih. Ciuman itu terasa menakjubkan, tapi tidak lagi setelah seorang anak berusia sekitar 6 tahun mengganggu keduanya.

"Kakak-kakak, liat kucing lewat sini gak? Tadi aku liat ke arah sini." Tuturnya sambil memakan permen lolipop, bertanya dengan keluguannya.

Mendengar ada suara menginterupsi, pasangan kekasih itu pun menghentikan permainan mereka. Oh Tuhan! Ternyata mereka melakukannya di depan umum, tepatnya diparkiran Chatime. Sungguh menjijikan bukan?^_^

"Ku-kucing? Maaf tapi kakak gak liat, sayang." Sahut Seulgi ramah.

gimana mau liat kucing, wong gue daritadi asik cipokan sama jimin. -sg

ganggu banget ni bocah. gatau lagi nikmat apa yak. ish kezel brandon salim. -jm

"Yaudah makasi kak." Anak itu berlalu pergi dengan polosnya. Tidak memikirkan apa yang baru saja Ia lakukan, mengganggu orang yang tengah asyik berciuman.

Seulgi dan Jimin saling menatap, mendadak kikuk akibat ciuman itu.

Seulgi berdeham, "Pulang yuk, Jim?"

"Gajadi minta putus nih?" Jimin menaikkan sebelah alisnya, seolah menggoda Seulgi yang kini menunjukkan ekspresi tidak suka.

"Gausah dibahas lagi." Seulgi masuk ke mobil lebih dulu.

mana mungkin gue minta putus setelah dikasi cipokan dahsyat? -sg

sekarang gue punya solusi kalo seulgi minta putus kek tadi. sosor aja, masalah kelar -jm

Pasangan cilok itu pun melanjutkan perjalanan pulang. Mereka telah menginap semalam di hotel dikarenakan ban mobil Jimin yang kempes.

"Mau mampir dulu atau langsung pulang?"

"Langsung pulang aja, udah kangen banget sama Mina sama mama papa."

"Yaudah."

Mereka akhirnya tiba di depan rumah Seulgi dengan selamat sentosa. Di halaman sudah berada ayahanda Seulgi yang sedang jongkok memotong rumput.

"Pagi, om." Sapa Jimin ramah ketika keduanya turun dari mobil.

"Eh kalian udah sampe. Masuk dulu gih sarapan, Mamanya Seulgi udah buat makanan enak." Suruhnya tanpa berpaling dari rerumputan.

"Maaf, lagi buru-buru om, mau langsung ngampus hehe."

"Oh gitu, yaudah hati-hati dijalan, Jim. Titip salam buat orangtua kamu."

"Iya, om. Nanti di sampein."

Jimin beralih pada kekasihnya. "Jangan lupa makan ya sayangku. Aku mau ke kampus dulu." Ucap Jimin sambil membelai rambut Seulgi.

"Iya. Tiati ya, Jim." Seulgi melambaikan tangan ketika kekasihnya sudah memasuki mobil lalu menjalankannya.

"Aman kan, nak?" Mendadak ayah Seulgi bangkit hanya untuk bertanya pada anaknya.

Seulgi yang tepat di depan pintu menoleh dengan bingung. Ia tak mengerti apa maksud pertanyaan ambigu sang ayah. "Hah?"

"Kamu kan habis nginep di hotel sama Jimin, kalian ga ngelakuin apapun kan?"

Seulgi tertawa palsu, "Ya gak dong, Pa. Udah papa tenang aja. Aku masuk dulu."

Dengan cepat Seulgi memasuki area rumahnya. Ia terpaksa berbohong pada sang Ayah. Tidak mungkin Seulgi memberitahu jika Jimin seringkali menciuminya. Bisa-bisa Seulgi digantung di pohon toge sementara Jimin dicincang dijadikan perkedel.

"Udah pulang lo kak?"

"Udeh."

"Loh kak Jimin mana?"

"Langsung ngampus dia, dek." Seulgi bergabung di meja makan.

"Yah, padahal aku bawain oleh-oleh cokelat buat dia." Mina memanyunkan bibirnya,

"Buat gue gak gitu?"

"Lo mah ga perlu cokelat lagi. Entar gigi lu bolong kak, mana banyak karang giginya pula. Idih jijik gue." Mina cekikikan.

Seulgi menatap sinis adiknya, "Tunggu tanggal mainnya aja, dek. Awas lo ya."

Mina hanya tertawa melihat kekesalan kakaknya.

🐻🐻🐻

maaf untuk slow updatenya;(

[✔️] Cilok Cinta | seulminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang