4

8 0 0
                                    

Bagian 3

Suasana pagi itu sangat dingin, langit mendung karena semalaman kemarin hujan tidak berhenti. Dedaunan dan rerumputan basah oleh embun. Nathan sedikit merapatkan jaket yang Ia kenakan. "Padahal jam pertama pelajaran olahraga" gumamnya dalam hati. Pelajaran olahraga adalah pelajaran kesukaannya sejak sekolah dasar. Ia berniat mengajak Nuha bermain lempar tangkap bola, berhubung materi semester ini 'Bola Besar'.

Sesampainya di sekolah, setelah melakukan fingerprint, Ia bergegas menuju kekelasnya. Suasana kelas pagi itu riuh. Teman-temannya ramai mondar-mandir kesana kemari demi menyalin tugas semalam yang diberikan Pak Zam, Guru Fisika di sekolahnya. Pagi itu, Nuha tak kalah riuhnya dengn teman perempuan di kelas mereka.

"Nat, tugas Pak Zam udah belum? Nyalin dong."

"Lu sih, kemarin ngapain aja seharian? Jangan bilang sibuk main sama Dilla."

"Sebagai kakak yang baik, Aku selalu menuruti permintaan tolong dari Adikku, apalagi kalo Mamaku udah ngomel, pasti nggak akan berhenti sampai Aku mau bantuin tugasnya Dilla."

"Dasar, alasan aja, nih" timpal Nathan sambil menyodorkan buku tugas fisika miliknya.

"Thanks ya, ngomong-ngomong kemaren jadi diusir Pak Kus?"

"Jadilah, tapi kali ini ada temennya."

"Ha? Maksudnya? Ada temennya? Siapa?"

"Udah, nggak usah dipikirin, cepetan kerjain."

Bel jam pertama pun berdering. Murid-murid bergegas masuk kedalam kelas, dan memulai pembelajaran dengan doa bersama.

Begitu pula dengan Mara, 'Pagi hari harus diawali dengan semangat!' Ia selalu menerapkan moto itu dipikirannya. Sementara itu, jam pertama dikelasnya adalah Bahasa dan Sastra Arab peminatan. Dimejanya telah penuh buku tulis, buku cetak, lembar-lembar fotocopy-an, juga lembar latihan. Jika keadaan hatinya sedang baik, Mara selalu yang paling bersemangat dikelasnya.

Dinginnya pagi itu, tidak membuatnya seperti murid-murid lain yang terlihat lesu, diiringi mendungnya langit. Mungkin karena suasana hatinya sedang senang.

"Bisa tolong sebutkan ciri-ciri frasa Idhofah? Ayo, yang bisa berikan contoh tulis kalimatnya di papan tulis."

Beberapa murid menangggapi dengan malas, yang Mara lakukan sekarang mencatat setiap tulisan yang ada di papan tulis.

"Aah, bosen" celetuk Anisa, teman sebangku Mara

"Semalem begadang lagi?"

"Ya, biasanya juga tidur malam,"

"Ya ampun Nis, jam segitu mah Aku udah lelap banget tidurnya."

"Nanti, Aku pinjam catatanmu aja ya,"

"Iya deh."

Ditengah semua berkonsentrasi dengan pelajaran, dan Bu Eva yang menjelaskan materi pelajaran didepan, suara benda berat yang jatuh memecah keheningan.

'Buuk' diikuti suara kaca yang pecah. Dari luar kelas terlihat banyak orang yang menuju ke arah suara tersebut. Tak terkecuali Mara, teman sekelasnya, dan termasuk Bu Eva yang menjelaskan materi spontan terkejut dan mengucapkan kalimat istighfar. Beliau keluar, untuk memastikan apa yang terjadi dan murid-murid yang lain juga mengikuti keluar kelas, semua saling bertanya-tanya apa yang terjadi di pagi yang mendung itu.

Begitu pun dengan Mara, Ia melihat dari depankelas, sekaligus Ia melihat anak lelaki yang ditemuinya kemarin sore saat PakKus menyuruhnya segera pulang sekolah. Anak lelaki itu sekarang tengahmengenakan baju olahraga, dan nampaknya pagi ini, pelajaran pertamanya adalaholahraga.

Anak lelaki itu, berjalan kearah lab fisika, danternyata bola rugbi yang dimainkannya, terlempar kearah lemari yang beradadidepan lab fisika, dan membuat keriuhan tersebut. Beberapa guru laki-laki yang berada tak jauhdari tkp, membenarkan posisi lemari tersebut.

Mara bergumam sendiri dan beberapa menit kemudian Bu Eva menghimbau semua muridnya untuk masuk kedalam kelas kembali melanjutkan pelajaran dengan tenang. Kehebohan pagi itu, mulai merangkai ingatan Mara pada kejadian kemarin sore.

"Kenapa sih? Kok ribut banget?" tanya Anisa

"Enggak, kayaknya anak kelas lain, yang lagi olahraga, nggak sengaja bolanya kena lemari didepan lab fisika, terus lemarinya jatuh, kacanya pecah." Jawab Mara

"Oh, kirain, apa yang pecah, tapi lab-nya nggak papa kan?"

"Peduli banget sama lab-nya, mungkin nggak papa."

"Ya, pastinya rugi, kalo kaca lab-nya yang pecah, kan baru selesai direnovasi."

"Hehe, iya juga sih."

Semua kembali fokus pada aktivitas semula mereka, seperti tidak terjadi apa-apa beberapa menit yang lalu. Untungnya tidak ada korban, dan saat itu memang lab fisika sedang tidak digunakan.

"Kira-kira anak itu kena marah nggak ya?" gumam Mara dalam hati.

Eureka! Aku Menemukannya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang