6

4 0 0
                                    

Bagian 5

Ia tengah duduk membelakangi pintu dengan menutupi telinganya dengan kedua tangannya, sedang lampu kamar dibiarkan mati, meninggalkan suasana kamar yang gelap. Diluar itu, Ibunya terisak dengan rambut yang berantakan, dan hanya memegangi gambar keluarga yang terlihat bahagia saat foto tersebut diambil.

Seisi rumah tampak berantakan. Mendengar Ibunya yang selalu menangis kala ayahnya pulang, hanya sebuah siksaan mental bagi Nathan. Ketika Ia sudah sampai pada masa hatinya yang tenang, Ia baru keluar kamar, untuk menenangkan Ibunya yang terisak.

"Ma, udah, mana yang sakit Ma? Ini minum dulu," hibur Nathan dengan menyodorkan segelas air putih kepada Ibunya.

"Mama minta maaf Nak," ditengah isak nya, Mama Nathan menanggapi Anaknya.

"Nggak Ma, Nggak ada yang salah, Papa yang buat semua kekacauan ini."

"Meskipun Dia kasar, Dia tetap Ayah kandungmu, Kamu jangan ada perasaan dendam ataupun benci sedikitpun padanya,"

"Tapi Dia yang sudah buat Mama kesakitan, besok Mama jangan buka praktek dulu, Mama harus istirahat, tangan Mama lebam semua" ucap Nathan, membujuk Mamanya untuk beristirahat dari pekerjaannya.

"Terima Kasih Nak, kamu tetap harus fokus sama pelajaranmu, jangan terganggu dengan masalah rumah," Selang beberapa waktu kemudian, suasana lebih tenang.

Nathan mengembalikan semua barang yang berantakan ke tempatnya semula.

"Sepertinya Dia sekarang kembali ketempatnya, sekalian saja jangan pulang, kenapa setiap pulang hanya buat keributan saja!" pikirnya sembari membereskan ruangan.

Mamanya yang sudah tenang sekarang, tengah beristirahat dikamarnya. Pertengkaran tersebut terjadi saat Nathan baru pulang sekolah, hari ini Ia pulang lebih cepat, dan mendapatkan Ayahnya yang berteriak disusul tangisan Ibunya dan suara benda-benda terlempar.

Nathan berkali-kali menenangkan Ayahnya, melerai kedua orang tuanya, dan membujuk untuk menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin, yang ada sang ayah makin muntab dengan emosinya sampai mendorong Nathan tersungkur ke lantai. Karakter Ayahnya adalah orang yang keras, begitu juga dengan Mamanya yang keras kepala.

"Antara dua orang berotak gemilang seperti mereka saling keras kepala dalam mempertahankan argumen mereka," Ia selalu menyimpulkan pikiran tersebut pasca kedua orangtuanya bertengkar.

Tapi dilain sisi, mereka adalah orang baik, yang sangat menyayangi anaknya. Nathan sangat mengagumi Ayahnya. Sejak kecil, Ia selalu mencontoh apa yang dilakukan Ayahnya, termasuk sampai hari ini, kalaupun perasaannya terhadap Ayahnya berubah, karena suasana rumah yang tak senyaman dulu, dan kedua orang tuanya sering bertengkar.

Ibunya sama dengan kebanyakan ibu-ibu yang lainnya terhadap anaknya. Seorang Ibu yang lembut. Meski memang sifat asli ibunya yang keras kepala, tetapi Nathan sangat menyayangi Ibunya.

Malam yang dingin itu, berlalu cepat, sepanjang malam Nathan tidak bisa berkosentrasi pada buku diatas mejanya. Pikiran yang penak kini memenuhi kepalanya. Makanan yang Ia siapkan dari meja makan tadi, hanya teronggok diatas meja disebelah buku pelajaran yang terbuka. Ditengah lamunan, handphonenya berbunyi. Notif pesan singkat berasal dari teman sekelasnya.

"Nat, ngapain?" pesan yang ternyata dari Sinta, teman perempuan yang berada satu kelas dengannya.

"Lagi belajar, ada apa?"

"Tahu aja, ada maunya, Aku mau minta tolong, tugas dari ekskul jurnalis,"

"Kok ke Aku, Nuha juga bisa kan?"

"Kalo Nuha mau nolongin, Aku nggak akan ganggu waktu belajarmu yang serius itu,"

"Jadi, repot-repot gangguin waktu belajarku, cuma karena ada butuhnya aja nih"

"Tahu ah, buang-buang waktu minta tolong Kamu,"

"Ya udah, besok"

Lama tidak ada jawaban, Nathan kembali mengirim pesan singkat pada Sinta.

"Dasar tukang ngerajuk"

"Ye, makasih ya, besok aku bawa soft filenya"

Malam itu pula, Sinta mengirim pesan singkat pada Mara, untuk membawa softfile majalah yang sudah di edit. Sinta memberitahukan pada Mara, bahwa Ia telah meminta tolong pada teman kelasnya untuk membantu deadline majalah yang akan dikirimkan pada penerbit.

Wah!! akhirnya sampai di Bagian ke 5 Keep on reading yaaah!

Jangan lupa buat coment dibawah, aspirasi kalian akan sangat membantu penulis. Makasih :) :)

Eureka! Aku Menemukannya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang