17

2 0 0
                                    

Bagian 16

'Selesaikan sesuatu yang sudah Kita mulai' 

Nathan masih terus memandangi tulisan tangan itu. Pertama kalinya bagi Nathan Ia merasa sangat ter-motivasi. Termasuk saat ini, ketika Ia tengah berkutat dengan bukunya di meja belajarnya. Mamanya mengetuk pintu dan membawakannya beberapa cemilan untuk menemaninya belajar.

"Lagi sibuk Nak?" tanya Mamanya memastikan agar tidak mengganggu Anaknya belajar.

"Iya Ma, Papa?"

"Di depan." Jawab Ibunya tersebut sembari menduduk-kan dirinya dikasur anaknya.

"Ma," ucap Nathan ragu.

"Mmh? Iya nak?"

"Enggak Ma, Mama lanjut baca aja."

"Iya." Ujar Ibunya itu dengan senyum simpul. Mamanya tahu, Nathan ingin mengatakan sesuatu, tapi urung oleh Nathan, dan Ia memutuskan untuk tidak memaksa Anaknya tersebut. Nathan kembali melihat pada tulisan Mara tadi pagi.

"Tadi, kenapa berangkat pagi sekali?"

"Enggak papa Ma, tadi janjian sama Nuha, buat ngerjai pr disekolah, soalnya kemarin ada yang Nathan nggak tahu."

"Oh, ini sambil dimakan ya. Mama mau balik kekamar dulu."

"Iya Ma." Pintu tertutup dengan pelan sekali.

---

Mara masih terus memandangi handphonenya dengan sedikit kebimbangan. Ia ingin menyapa Nathan, karena tadi siang Ia baru saja tahu bahwa yang mengirimi-nya foto-foto mereka lewat chat adalah Nathan. Sekali lagi Ia berpikir, apa yang akan mereka bicarakan kalau Ia yang mengirim pesan duluan? Namun setelah beberapa lama, akhirnya Ia menyapa Nathan lewat nomor tersebut.

Lama tak ada balasan, Mara merasa malu telah mengirimi Nathan beberapa pesan yang tidak terlalu penting untuk ditanggapi. Ia hanya melihat isi pesan berupa gambar yang Nathan kirimkan padanya beberapa hari yang lalu. Hasil fotonya bagus, wajahnya tampak berseri disana ketika Nathan mengambil gambarnya, bahkan ketika Ia tidak sengaja tertangkap kamera. 

'Anak IT-sih, pantesan hasil jepretannya bagus.' 

Malam itu, setelah Ia menghabiskan pekerjaan rumahnya, Mara memutuskan langsung tidur dan bersiap untuk sekolah besok pagi.

---

'Line' Suara notif handphone yang berasal dari milik Nathan. Ternyata pesan dari Mara.

"Nathan?..."

"Ini nomornya Nathan kan?" Nathan tersenyum melihat pesan dari Mara dan sekali lagi, Ia melihat pada kertas tulisan tangan Mara yang Ia tempel di dinding atas meja belajarnya.

---

"Selamat pagi, selamat datang di Indomarket, selamat berbelanja." Sapa pelayan minimarket pagi itu pada Mara. Sekali lagi, Mara mendapati Nathan tengah menghabiskan sarapan paginya didekat jendela. Berbeda dengan kemarin, Mara langsung menuju rak-rak dan memilih makanannya, kemudian menunggu pelayan menghangatkan makanannya dan membayarnya. Ia langsung menuju tempat duduk Nathan.

"Sarapan disini lagi?" sapa Mara.

"Oh, sorry kemarin, Aku off. Baru baca pesan masuk tadi pagi."

"Oh, iya nggak papa, berarti beneran punyamu kan?"

"Kan kemarin udah tanya dikantin."

"Hehe, iya. Menunya beda dari yang kemarin."

"Lagi pingin sarapan yang ini aja."

Lama mereka diam, Mara memilih mengabiskan makanannya dengan cepat.

"Hari ini ada quotes apa lagi?" tanya Nathan memecahkan keheningan antara mereka berdua.

"Mmh, masih belum kepikiran. Biasanya Aku dapat inspirasi kalau habis dengar cerita." Usul Mara dan tak sengaja sedikit memancing Nathan untuk bercerita tentang dirinya.

"Oh," jawab Nathan sambil memutar bola matanya dan terlihat sedang memikirkan suatu cerita yang akan Ia katakan pada Mara.

Selama mereka makan, beberapa cerita mengalir begitu saja diantara mereka berdua. Tentang kesukaan mereka berdua, film yang biasa mereka tonton, game yang sering mereka mainkan, atau-pun buku yang suka mereka baca. Makanan mereka telah habis, dan mereka melanjutkannya dengan berjalan menuju kesekolah.

"Jadi, udah kepikiran?" tanya Nathan pada Mara.

"Ha?"tanya Mara sembari menghabiskan minuman kaleng yang Ia bawa tadi.

"Quotes-nya."

"Aaa, belum, lagian dari tadi Kita cerita tentang sesuatu yang nggak menginspirasi sama sekali." Jelas Mara.

"Jujur banget sih, ya kali aja kepikiran."

"Quotes itu, bukan asal ceplos, seperti google translate yang menerjemah-in pikiran dengan bahasa asing yang kita nggak tahu artinya." Jelas Mara sekali lagi.

"We..., itu tadi kata-katamu kayak sok bijak gitu."

"Ngledek?"

"Iya."

"Iih, Nathan! Kalau Kamu butuh quotes yang menginspirasi kenapa Kamu nggak coba buat dari hasil pikiranmu? Murni?"

"Ngetes ini?"

"Iya, kalau Kamu cuma bisa ngeledek doang, bukti-in kata-kataku tadi benar atau nggak."

"Besok pagi," jawab Nathan sambil berlari mendahului Mara.

"Nathan!!" teriak Mara kesal.

Semakin hari, semakin lama Mara dan Nathan semakin dekat, seperti sahabat lama yang senang bercerita satu sama lain. Kesan dingin dan angkuh saat pertama kali bertemu Nathan, tidak terlihat lagi bagi Mara, sekarang Ia bisa memaklumi mengapa sikap Nathan seperti itu pada orang baru. 

Selama disekolah Mara lebih sering menghabiskan waktu istirahat dengan Sinta, Nuha dan Nathan. Meskipun mereka nampak dekat satu sama lain ketika bertemu, dari malam ketika Mara mengirim pesan pada Nathan, sampai sekarang mereka tidak pernah bertukar pesan lagi sama sekali.

Berbeda antara Mara dengan Nuha maupun sinta. Pertemanan yang baru itu berlangsung sangat hangat dan saling memberi semangat satu sama lain, karena ini tahun terakhir mereka mengabiskan waktu di sekolah menengah atas dan membawa mereka memutuskan kemana selanjutnya tujuan cita-cita mereka.

Eureka! Aku Menemukannya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang