Bagian 11
Cerita lain, saat lelaki parubaya tersebut pulang kembali kerumah. Mama Nathan terkejut melihat suaminya tersebut pulang kerumah. Baru beberapa hari menjelang dua bulan yang lalu, Ayah Nathan tidak pulang kerumah. Tidak ada pertengkaran serius antara mereka, selama itu. Namun ketika melihat suaminya pulang, yang terbesit dibenaknya adalah rumah bordil yang sempat menjadi tempat singgahan suaminya selama tidak pulang.
Tanpa Ia tahu, tak lain yang dilakukan oleh suaminya adalah mencari nafkah demi kedua orang terkasihnya yang tengah menunggu dirumah. Masalah rumah yang terjadi dua tahun belakangan ini hanya masalah salah paham antara Mama Nathan dengan suaminya. Tentang suaminya yang tidak bisa pulang demi melihat anaknya sakit, atau menghadiri acara ulang tahun anaknya juga ketika Nathan mendapat penghargaan saat acara pelepasan kelas tiga SMP.
Kesalahpahaman yang berlanjut sampai saat ini, dan rasa egoisme yang tinggi antara Mamanya Nathan dan Ayahnya Nathan. Kesalahpahaman itulah yang menghilangkan suasana hangat dalam keluarga Nathan sejak dua tahun yang lalu. Juga memicu kesalahpahaman Nathan terhadap Ayahnya tersebut.
---
Siang itu saat pulang sekolah, Mara sengaja mampir sebentar keruang klub. Sudah lama sejak ujian akhir semester sekolah, membuatnya vakum dari kegiatan klub jurnalisnya. Setelah mengambil kunci diruang tata usaha, Ia bergegas menuju ruang klub. Saat Ia mengunjungi ruang klub tersebut, anggota klub yang junior sedang tidak mengadakan perkumpulan mereka.
Sementara itu, didalam ruang klub IT, Nathan menenggelamkan kepalanya dalam tangkupan tangannya diatas meja. Suara musik yang Ia mainkan lewat laptopnya mengalun pelan, mengikuti irama penyanyi yang membawakan lagunya nada demi nada. Mara samar-samar mendengar suara musik tersebut dan ikut bernyanyi dalam hati. "Kayaknya ada orang diruang sebelah, mungkin anak klub IT yang junior." Mara menyukai suasana tenang seperti itu, dan melanjutkan menulis cerita yang sempat Ia buat beberapa hari yang lalu.
Tugas akhir palajaran sastra yang mewajibkan Mara dan teman sekelasnya membuat buku. Alasan mengapa Mara sengaja mengunjungi ruang klub yang sepi tersebut. Bekerja sendiri dalam ruang klub terasa seperti sesuatu yang profesional bagi Mara. "Mungkin ketika sudah lulus, tempat yang paling membuatku rindu adalah bekerja dalam ruang klub seperti ini." Pikir Mara pada dirinya sendiri.
---
Ruang klub saat itu senyap. Hanya suara jemari Mara yang terus menari diatas keyboard laptop dan suara lagu yang samar-samar. Dipikir-pikir lagi, sepertinya lagu yang Ia dengar sama, sejak Ia baru sampai di ruang klub. Namun Mara memilih acuh, dan tidak berpikir suatu hal yang aneh.
Lama Ia terus berkutat dengan yang Ia lakukan sekarang, tak lama kemudian Ia mendengar suara isak yang samar-samar. Mara sempat merasa merinding, saat Ia mendengar suara isak itu. Lalu Ia berpikir mungkinkah anak klub IT yang sekarang tengah menghidupkan lagu yang sama sedari tadi?
Pikirannya terganggu dengan suara isak tersebut. meski terdengar samar dan cenderung tidak mengganggu, namun, tersa janggal bagi Mara, sehingga akhirnya Ia memutuskan menengok ke ruang sebelah, untuk menanyakan keadaan anak tersebut.
---
Pintunya tertutup, dan terlihat sepatu pada raknya yang diletakkan diluar ruangan. Mara, mencoba mengetuk pintu tersebut. Namun lama tidak ada jawaban, membuatnya mencoba membuka pintu tersebut. Pintunya terkunci. Sekali lagi Mara mencoba mngetuk pintu dan memanggil seseorang yang mungkin berada didalam. Ia lihat kembali sepatu yang tengah teronggok diatas rak itu.
Terlihat seperti sepatu anak laki-laki. Selang beberapa menit kemudian, ketika Ia kembali mengetuk pintu untuk ketiga kalinya, Ia tidak mendengar suara isak itu lagi. Mara nampak keheranan dengan yang Ia alami barusan. "Ini beneran ada orangnya bukan sih?" Lama Mara menunggu didepan pintu, namun tetap tidak ada jawaban, akhirnya Ia memutuskan untuk melanjutkan pekerjaannya diruang sebelah.
Begitupun ketika Ia masuk dalam ruang klub, suara musik dan isakan yang Ia dengar samar-samar tadi tidak Ia dengar lagi. Mara begidik sendiri, mungkinkah Ia baru saja mengalami pengalaman horor?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eureka! Aku Menemukannya!
Novela JuvenilAku menemuinya lagi setelah delapan tahun berlalu. "Nathan!" panggil Mara terengah-engah. Mereka saling tersenyum satusama lain. "Bagaimana kabarmu?" ucap mereka bersamaan, dan mereka tertawa satusama lain.