10

3 0 0
                                    

Bagian 9

 Esok hari disekolah, Mara menghampiri kelas Nathan demi meminta hasil jepretan yang diambil Nathan kemarin saat mereka berkunjung ke Kebun Teh. Namun yang ditemui Mara hanya Sinta dan Nuha, karena hari itu, Nathan tidak masuk sekolah.

"Kayaknya, mamanya sakit," simpul Nuha.

"Kamu tahu dari mana Nuh?" tanya Mara.

"Biasanya, kalo dia nggak masuk, pagi-pagi banget dia udah kasih tahu aku, lewat Line, tapi akhir-akhir ini, Dia juga jarang cerita lagi tentang rumahnya."

"Maksudnya?" tanya Mara.

"Nuh, jangan ngungkit itu disini kali, kamu kan teman dekatnya, harusnya nggak nyebarin masalah orang." cela Sinta.

"Sorry-sorry, aku sendiri juga khawatir sama dia."

"Ini ada apa sih? Aku yang paling nggak paham sama topik kalian."

"Sorry Ra, ini sih masalah internalnya si Nathan jadi lebih baik kamu sendiri yang tanya sama Nathan Ra," usul Sinta.

"Nathan, juga nggak mungkin kasih tahu lah, kayak nggak tahu Nathan aja, Sin."

"Kalian malah bikin penasaran aja, biar aku cari tahu sendiri! Ya udah Aku mau balik dulu kekelas." simpul Mara, sambil berlalu kembali kekelasnya.

Seperti dugaan Nuha. Nathan hari itu tidak masuk, karena Mamanya sakit. Saat Mamanya sakit itulah, tak lain Nathan-lah yang merawatnya. Karena sudah biasa melihat Mamanya bekerja praktek dokter dirumah, Nathan secara tidak langsung sudah terlatih membantu keperluan Mamanya saat sakit, begitu pula pada hari itu. Ia sibuk kesana-kemari membeli makanan untuk mereka berdua, memberi obat untuk Mamanya, disamping mengerjakan urusannya sendiri.

"Ma, udah diminum vitaminnya? Yang tadi Aku taruh sekalian disebelah makanan Mama." Ujar Nathan saat mengecek kembali Mamanya yang tengah membaca buku dikamar.

"Sudah, Kamu sudah makan?"

"Sudah Ma," balasnya sembari mendekati Ibunya yang terlihat lebih baik, siang itu.

"Harusnya kamu tadi nggak bolos sekolah, cuma karena Mama sakit." Ujar Ibunya sembari membelai kepala anaknya.

"Nggak papa, sekali-sekali Ma," tak lupa tawa kecil Ia sertakan, agar terlihat baik didepan Mamanya.

"Nanti Mama telepon wali kelasmu. Izin kamu tidak masuk kelas hari ini."

"Iya, nanti aja, kalo Mama sudah baikan."

---

Sementara itu, Mara melalui hari sekolah seperti biasanya dan pulang seperti biasanya. Ia sedikit kecewa, karena Ia tidak jadi meminta hasil foto yang kemarin ada di kamera Nathan, karena Nathan tidak masuk sekolah.

"Apa aku tanya ke Nuha ya, rumahnya Nathan dimana?" lalu terpikir lagi olehnya, bahwa masalah itu sangat sepele, dan tidak perlu memaksakan diri sampai mengunjungi rumah Nathan, hanya untuk meminta file foto yang kemarin, bahkan mungkin Nathan sendiri iseng mengambil gambarnya.

"Ra, kekantin yuk." Ajak Anisa, teman sebangku Mara.

Dan selang beberapa menit kemudian, Mara sudah lupa dengan perihal sesepele meminta jepretan gambarnya pada Nathan. Bahkan sampai pulang sekolah, Mara sudah tidak terpikirkan lagi dengan keinginannya. Dari setelah istirahat dan masuk ke kelas, Ia bertemu dengan banyak orang disekolahnya, berbincang banyak dengan teman-temannya, dan memikirkan banyak hal saat mengetahui masalah baru.

Pulang sekolah, Mara menyempatkan dirinya untuk mampir ke minimarket dekat rumahnya. Sudah beberapa hari ini, hujan tidak turun. Sesampainya dirumah, Ia langsung mengganti seragam sekolahnya dengan baju yang Ia kenakan hari itu. Memasak makan malam, kemudian merendam beberapa baju kotor yang akan Ia cuci nanti sore, setelah Ia menghabiskan makan malamnya.

"Line" suara notif handphone Mara berbunyi.

"Paling juga dari grup chat" gumam Mara dalam hati.

Dalam gumamnya, Ia juga tetap memeriksa handphone-nya, dan ternyata pesan yang masuk bukan berasal dari grup chat, satu kontak yang tidak Ia tahu namanya. Pesannya mengirim gambar jepretan foto mereka saat berada di Kebun Teh.

"Siapa nih?" gumam Mara.

"Makasih Sin" akhirnya Mara membalas pesan chat tersebut, karena yang Ia kira pesan tersebut dari Sinta. Namun lama setelah Ia mengirim pesan balasan, tidak ada respon balik dari 'Sinta' pikirnya, yang ternyata, pesan tersebut dikirim oleh Nathan. Sedang Nathan sengaja tidak memberi tahu Mara, kalau nomor yang menghubunginya melalui handphonenya.

Sebelumnya Nuha yang memberi tahu Nathan, bahwa hari ini, saat Nathan tidak masuk, Sinta mencarinya demi meminta file foto. Nathan akhirnya memberi tahu Nuha, bahwa nanti Ia yang akan mengirim file foto tersebut via chat.

"Nat, Mara penasaran sama masalahmu,"

"Maksudnya?"

"Sorry sebelumnya, tadi Aku sempat menyinggung alasan kenapa kamu nggak masuk hari ini sama Sinta, dan Mara dengar ucapanku"

"Terus?"

"Sinta bilang, buat jangan menyinggung masalah pribadi Kamu, tapi Aku udah terlanjur keceplosan, sorry Bro."

"Tapi kalian nggak cerita langsung kan?"

"Enggak sih."

"Ya udah, lain kali jangan kayak gitu lagi,"

"Sorry Bro, sorry banget, Kamu sendiri suka bikin teman sendiri khawatir."

Malam. Percakapan itu terputus sampai terakhir kali pesan Nuha yang terkirim, dan Nathan tidak membalasnya. Ia kembali pada layar laptopnya, sampai suara Mamanya memanggilnya untuk makan malam. Mama Nathan sudah sedikit lebih baik dari tadi pagi. Makan malam hari ini, Mamanya sendiri yang menyiapkan, dan kedua anak dan ibu itu makan malam dalam diam, satu sama lain saling dipenuhi pikiran masing-masing.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Eureka! Aku Menemukannya!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang