Bagian 4
Sementara itu di ruang guru, Nathan menghadap pada Bapak Waka Sarana dan Prasarana sekolah, didampingi Pak Hari, guru penjaskes kelasnya. Pak Hari sangat cemas, dan memohon maaf pada Bapak Waka Sarpras.
"Kalaupun memang tidak sengaja, ya ini bisa dimaafkan, lagi pula, memang itu hanya lemari tua, dan rencananya akan dilelangkan, tapi karena sudah tidah utuh lagi, mau bagaimana lagi, biar kayunya dibongkar oleh Pak Kus, supaya bisa di buat ulang." Ujar Bapak Sarpras.
"Saya Mohon maaf Pak, atas keteledoran Saya. Saya janji, hal ini tidak akan terulang lagi."
"Mohon, maaf atas kelakuan murid saya Pak, lain kali saya akan lebih mengawasinya. Nathan, salim sama Bapak Waka."
"Assalamualaikum Pak, saya undur diri dulu,"
"Waalaikum salam, lain kali lebih hati-hati, ya Nak."
"Kalau begitu, saya akan lanjut mengisi jam mengajar saya Pak, Assalamualaikum."
"Ya, Waalaikum salam."
Nathan dan Pak Hari susul menyusul keluar dari ruang guru. Nathan juga telah kenyang mendapatkan teguran dari Pak Hari, dan akhirnya, Beliau menyuruhnya untuk melanjutkan pelajaran. Bergabung dengan teman sekelasnya, banyak juga yang bertanya bagaimana nasibnya tadi di dalam ruang guru, sekembalinya dari sana.
"Nggak papa kok, untungnya Pak waka, bisa menoleril, lagian juga itu lemari tua."
"Huh, bikin jantungan aja, udah mainnya di lapangan basket aja, nggak papa dah jadi satu sama anak-anak yang main futsal. Lagian mereka juga cuma pake sebagian lapangannya." Ujar Nuha.
"Iya, tau ah, Aku capek, mau ganti aja, lagian habis ini jamnya kosong, Pak Hari bakalan ngelatih anak-anak yang mau kejuaraan."
"Ya udah, yuk, habis ganti kita langsung ngantin aja, udah sarapan belum?"
"Belum, ayo dah."
Mereka berdua menuju ruang ganti dan bersiap berbenah diri, untuk kemudian menuju kantin untuk sarapan.
---
Sekolah berjalan seperti biasa. Setelah kehebohan di pagi hari itu, semua berjalan lancar. Murid-murid cepat melupakan kehebohan tersebut begitu pula dengan guru-guru. Kesibukan yang dijalani selang memasuki semester tengah dialami hampir semua warga sekolah. Guru-guru sibuk menyusun laporan kegiatan pembelajaran, mengoreksi tugas, membuat soal, menguji murid yang melakukan ujian susulan.
Lain dengan guru, murid-murid mengerjakan ini dan itu, mengejar ketertinggalan nilai, mengumpulkan tugas melengkapi catatan, dan masih banyak lagi.
Kepala sekolah memberi petuah saat pertemuan satu sekolah ketika upacara bendera, untuk menyelesaikan semua tugas dan mengejar nilai yang tertinggal, agar saat ujian semester semua fokus untuk mendapat nilai tertinggi.
Begitu pula dengan Mara, baginya untuk semua tugas diatas tadi, masih ada lagi tugas deadline dari ekskul. Saat ini, Ia tengah sibuk dengan ekskul jurnalis yang diminatinya. Posisinya didalam organisasi ini, adalah editor artikel di semester ini, karena setiap semester, kedudukan organisasi akan dirombak ulang.
Bagiannya sebagai editor majalah bisa dibilang Ia mendapat bagian kerja belakangan, begitu semua redaktor mengumpulkan data, giliran Mara dan timnya yang bekerja ekstra menyaring data yang perlu maupun tidak. Semester ini merupakan tugas barunya, sehingga Ia masih belum terbiasa dengan tugasnya.
"Sin, berarti kita harus hubungi pihak ekskul IT, nanti tanggal 18"
"Iya, iya nanti aku yang bilang deh, anak kelasku ada yang ikut ekskul itu soalnya."
"Beneran loh ya, kalo bisa sebelum tanggal itu sih, biar cepat rampung dan bisa cepat diserahin ke percetakan."
"Iya Ra, itu hari sabtu kan? Berarti pas, pertemuan, aku ijin nggak hadir, soalnya nemuin pihak ekskul IT."
"Perlu aku temenin nggak? Kali aja, ada yang perlu ditambahin,"
"Tenang aja, aku paham konsep tema kali ini kok, nanti juga aku bisa tanya Ketua Ekskul langsung."
"Bikin nggak tenang, kalo Aku serahin langsung ke Sinta" gumam Mara dalam hati.
Sepulang sekolah, Mara selalu mampir ke markas jurnalis seperti biasa. Entah mengapa, kali ini ada sedikit niat lain saat berada di markas, tidak seperti biasa, Ia masuk mengerjakan tugas sampai selesai, mungkin dengan sedikit bermain game yang ada di laptopnya, sampai jatuh waktunya Ia pulang.
Kali ini, sempat terpikir sedikit keinginan agar nanti secara tidak sengaja bisa bertemu lagi dengan anak laki-laki yang kemarin Ia temui saat pulang sekolah.
"Mungkin Aku bisa minta tolong langsung, tanpa nungguin Sinta, biasanya kan Sinta kerjanya juga kurang konsisten,"
Lama Ia menunggu, kertas-kertas hanya diam berantakan diatas meja, laptop menyala, dan hanya memainkan lagu yang sejak setengah jam diputarnya, tetapi anak laki-laki yang ditunggunya tersebut tidak nampak, sampai jam menunjukkan pukul lima sore, dan sudah waktunya murid-murid tidak berada disekolah, Mara masih sedikit berharap bertemu dengan anak IT itu.
"Mungkin hari ini Dia nggak kumpul ekskul." Pikirnya, berbicara dengan diri sendiri.
Sore itu, Ia pulang dengan sendirinya, tanpa pengantaran dari Pak Kus, dengan banyak pikiran memenuhi kepalanya, memikirkan tugas sekolah, ujian yang akan berlangsung minggu depan, makan malam hari ini, pengeluaran bulanan, belum lagi deadline majalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eureka! Aku Menemukannya!
Teen FictionAku menemuinya lagi setelah delapan tahun berlalu. "Nathan!" panggil Mara terengah-engah. Mereka saling tersenyum satusama lain. "Bagaimana kabarmu?" ucap mereka bersamaan, dan mereka tertawa satusama lain.