It was a Dream?

312 14 0
                                    

Byur..byur ..

Suara deru air yang dituang langsung diatas kepala Ara sanggup membangunkanya dari tidurnya. Ia tersentak, pasalnya seingatnya ia sedang berjalan di Italia dengan suami yang ia cintai.

“Bangun Jalang!” Teriak Rio didepan Ara sambil menuangkan air dingin diatas kepalanya.

“Ri..ri..o?bagaimana bisa?” Kaget Ara sambil terbata-bata karena merasakan dinginya air disekujur tubuhnya.

“Kau terlalu banyak bermimpi rupanya” Sahut Rio sambil menampilkan smirknya.

“Tapi.. kau begitu nyata Rio, kau begitu nyata..” Gumam Ara sambil terisak.

“Kau yang akan merasakan betapa nyatanya aku” Ucap Rio sambil mengambil sebuah foto.

“Kumohon Rio, kumohon jangan” Pinta Ara sambil mengemis dikaki Rio. Itu foto peninggalan ibunya. Ia sangat mencintai ibunya, dan sangat menyakitkan apabila melihat foto itu akan terbakar oleh api.

“Kau menangis hanya karena ini? Hanya karena selembar foto?””Cih” Ledek Rio sambil memainkan korek api ditanganya.

“Aku mohon Rio, aku mohon..jangan” Mohon Ara yang berusaha menggapai foto itu.

“Kau biarkan aku membakar foto ini, atau wajahmu yang akan aku bakar?” Ancam Rio serius.

“Apa sangatlah sulit mencintaiku Rio?” Dengung Ara dengan hati yang pilu.

“Kau bahkan tau siapa ratu dihatiku nona” Ucap Rio lantang santai sambil memainkan korek api dengan wajah yang kejam.

“Maafkan aku,aku tau ini semua memang kesalahanku, namun bisakah kau sedikit saja menatapku?” Ucap Ara dengan hati yang terluka.

“Kau yang merusak segalanya Ara!, awalnya aku tidaklah membencimu, aku menggangapmu sebagai adik kandungku sendiri, namun apa balasanmu?.KAU MEMFITNAH AKU!.Kau membuat aku depresi, aku hampir gila kehilangan kekasihku” Teriak Rio menggebu-gebu.

“Aku tau itu semua salahku! Aku tau!namun tidakkah kamu mengerti? Bahwa memang hanya aku yang mampu mencintaimu sedalam ini” Teriak Ara dengan hati yang hancur.

“Aku tidak pernah memintamu untuk mencintaiku, bahkan jika kita terlahir kembali, hanya satu harapanku. Untuk tidak lagi dipertemukan dengan wanita licik sepertimu”. Desis Rio sambil membakar lembaran foto ditanganya.

Saat itu juga Ara merasakan bahwa kali ini hatinya benar-benar terluka. Apakah ia tidak bisa berhenti mencintai pria yang bahkan tidak sudi menatapnya, selalu menganggap dirinya hina. Apakah dirinya begitu tidak pantas untuk dicintai?.

Hari berganti, namun rasanya suasana dirumah ini tidaklah akan pernah berubah. Dingin.Sepi.Mematikan. Ara termenung didepan balkon kamarnya. Jangan pikir bahwa Ara diperlakukan layaknya permaisuri, Ara diperlakukan layaknya pembantu. Jangankan untuk menyentuhnya, menatap tubuh Ara saja rasanya Rio tak sudi.Ara menghancurkan hidupnya. Itu yang selalu Rio tanamkan dalam hatinya.

“Kau tidak ingin melompat?” Ucap Rio dingin dan menusuk.

“Um.. tidak” Jawab Ara terkejut akan kehadiran Rio.

“Mau aku bantu mendorongmu?” Ucap Rio sarkas.

“Tidak terimakasih atas tawaranmu, namun jika aku mati, siapa yang akan  mencintaimu selain aku?”Sahut Ara sambil terkekeh dan meneteskan air matanya.

“Kekasihku, tentu saja”Ucap Rio percaya diri.

“Baiklah aku ingin menyiapkan sarapan Kita” Ucap Ara dengan memelankan kata kita. Ia sangat paham bahwa suaminya memang sangatlah membencinya.

REVENGE TOO SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang