Ara termenung balkon kamarnya. Ia merasa sedih, patah hati, bodoh, hampa. Ia sendiri tidak mengerti mengapa dengan bodohnya ia malah tetap mengharapkan kehadiran suaminya. Bahkan ia lebih dari tau bahwa suaminya hanya pemain drama yang handal. Ia menatap langit sekali lagi untuk memastikan perasaanya sekarang. Apakah ia masih bertahan dengan serpihan rasa yang ada, atau dalam dirinya sudah mulai menyerah.
“Jangan terlalu lama berdiri, kau merusak pemandanganku”. Ucap suara bariton dibelakangnya.
Ara berbalik hendak memarahi
sang pemilik suara, namun matanya terbelalak kaget ketika dengan cepat ia masuk kedalam dekapan hangat suaminya.“Jangan pernah berfikir untuk pergi atau berpaling”. Ucap Rio seraya memegang dagu Ara sambil menatap kedua mata Ara yang baginya sangatlah indah.
Ara tersenyum namun matanya meneteskan bulir-bulir bening. Ia menangis sekali lagi. Ia paham bahwa mungkin suaminya belum bisa membuka hati untuknya, namun ia yakin bahwa suaminya memiliki perasaan untuknya dan menginginkan ia untuk tetap disana, disisi Rio sampai sesak napas terakhirnya.
“Kau jelek ketika menangis, walaupun kau tertawa, kau tetaplah jelek sih”. Ucap Rio sambil terkekeh.
Ara memutar kedua bola matanya. Perusak suasanya yang ahli.
“Ayo makan, katanya kau lapar?”. Ucap Rio seraya menggandeng Ara menuju ke meja makan.
“Aku pikir kau akan membiarkan aku mati kelaparan”. Jawab Ara ketus.
“Boleh juga idemu”. Kata Rio sambil menoel dagu Ara.
“Sinting”. Ucap Ara kesal.
Ara menatap makanan yang diberikan oleh Rio dengan kesal, ia tau Rio sedang mengerjainya. Coba lihat siapa yang akan menampung semua sayuran yang Rio beli kecuali dirinya. Ia tau bahwa Rio membenci sayuran, begitu pula dirinya. Tidak, ia tak seperti Rio yang membencinya, ia hanya tak suka. Warna sayur yang hijau dan cukup aneh dimulutnya.
“Habiskan”. Ucap Rio tegas.
“Tidak mungkin!”. Teriak Ara.
“Berani melawanku hm?”. Selidik Rio dengan mengacungkan jari telunjuknya kearah Ara.
“B..bukan begitu”. Cicit Ara yang merasa takut dengan gertakan suaminya yang sinting itu.
“Lalu? Kau berani menentangku sekarang?” . Ucap Rio sambil memajukan tubuhnya kearah Ara.
“Baiklah, baiklah AKU MAKAN!”. Ucap Ara seraya memasukan satu sendok penuh sayuran kedalam mulutnya.
“Anak pintar”. Ucap Rio sambil tersenyum.
Uhuk.. uhuk.
.
Rio mengalihkan pandanganya ke arah Ara.
“Kau kenapa?”. Ucap Rio panik dengan keadaan Ara.“A..a.aku tersedak sialan”. Ucap Ara dengan wajah pucat pasi.
“MINUM!!!!”. Teriak Rio seraya memberikan air ke Ara.
Ara meminum air dengan wajah didramatisir.
“Maafkan aku Ara, maafkan aku! Aku menyayangimu”. Teriak Rio sambil memeluk Ara.
Ara terdiam dengan gelas yang masih berada dipeganganya.
“Aku juga”. Kata Ara sambil memeluk balik suaminya.
“Kau tak apa-apa?” . Tatap Rio khawatir.
Ara tertawa terbahak- bahak
“Ah Bodohnya suamiku”. Ucap Ara santai.“Kau mengerjaiku yah?”. Ucap Rio dengan dingin.
“Satu sama sayang”. Ucap Ara sambil mengedipkan sebelah matanya.
“....”.
“Kau marah?”. Ucap Ara takut-takut.
“Kau tau aku paling tak suka dibohongi”. Ucap Rio seraya meninggalkan Ara sendirian yang masih termangu dengan perkataan Rio.
“Ia yang tak suka dibohongi, bersama aku yang selalu berbohong”. Pikir Ara pelan sambil meneteskan airmatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE TOO SWEET
RomanceLilinara dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Ia mencintai Rio yang notabene adalah suaminya. Namun ada sosok Alinka yang selalu menghantui jejak rumah tangganya. Albert pun ternyata memulai rencananya untuk menghancurkan hidup Lilinara dengan suru...