Lunch Time

76 7 0
                                    

Aku lagi-lagi termenung dalam pikiranku.  Apakah memang seperti ini rasanya dicintai sebegitu besarnya oleh seseorang? Atau hanya pikiranku saja?.

Ara hanya tersenyum sendu melihat pantulan dirinya dicermin. "Ah, pantas saja ia tidak memilihku,memang apa lebihku dibanding mantan kekasihnya?". Keluhnya seraya berjalan meninggalkan ruangan dimana biasa ia menghabiskan waktunya.

"Bagaimana penampilanku?" Tanya Ara seraya memutarkan tubuhnya serta memegang ujung gaun yang ia kenakan.

"Apakah kau bidadari?" Sahur Yonan seraya mengagakan mulutnya dan membinarkan matanya.

"Kau sangat baik Yonan, terimakasih" Sahut Ara seraya tersenyum.

"Hey bagaimana penampilanku?" Ucap Ara kearah Albert yang hanya terdiam tanpa mengeluarkan suara apapun.

Albert nampaknya belum ingin bereaksi, bukan karena Ara tidak cantik dimatanya. Bahkan mungkin badan nya tidak bisa memberikan reaksi apa-apa hanya karena menurutnya Ara sudah terlalu cantik untuknya.

"Kau cantik" Ucap Albert pelan seraya menundukan wajahnya.

"APA? aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas" Sahut Ara seraya merengutkan wajahnya sebal. Reaksi macam apa itu? Bahkan ia tidak mau mendongakan wajahnya untuk melihatku.

"Kau bodoh" Sahut Albert merasa kesal karena telah dipermainkan. Ia hanya bisa memuji sekali. Ya benar-benar sekali.

"Kau tidak mengatakan itu tadi" Sahut Ara dengan wajah ditekuk. Ia yakin sekali bahwa tadi Albert mengatakan ia cantik. 

"Kau tidak mendengarkan dengan jelas, jadi itu bukanlah salahku" Jawab Albert seraya mengangkat kedua bahunya.

Yonan merasa gemas dengan kelakuan sahabatnya. Ia bukan tidak tau bahwa Albert menyimpan rasa lebih terhadap gadis konyol didepanya ini.

"Biarkan saja ra, kau bersamaku saja, jadi pacarku" Ucap Yonan seraya menarik turunkan kedua alisnya.

"Kau ini ingin mati muda atau bagaimana?" Ucap Albert seraya menatap tajam kearah sahabatnya ini.

"Kau ini galak sekali, macan pun rasanya akan minder kalau harus bersaing galak dengamu" Sahut Yonan dengan wajah cemberut.

"Ayo bergegas jika tidak ingin melihat macan sungguhan marah" Jawab Albert seraya bangkit dari posisi duduknya.

"Kau berkata kita hanya ingin makan siang biasa bukan?" Jawab Ara yang terheran dengan reaksi lelaki didepanya ini.

"Sudah ayo berangkat, jangan banyak tanya" Sahut Albert seraya menggandeng tangan Ara untuk ikut bersamanya.

"Jadi aku ini nyamuk atau apa?" Gumam Yonan yang merasa selalu menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.

"Apanya yang biasa saja kalau begini?" Ucap Ara seraya memandangi kemewahan restaurant dimana mereka akan makan siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apanya yang biasa saja kalau begini?" Ucap Ara seraya memandangi kemewahan restaurant dimana mereka akan makan siang. Sumpah ia ingin memukul wajah Albert saat ini juga. Bagaimana mungkin Albert membiarkanya mengenakan dress sederhana untuk kerestauran se mewah ini.

REVENGE TOO SWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang