Sungguh Ara dibuat pusing dengan kenyataan yang harus ia terima. Bagaimana mungkin, seseorang yang sangat ia percaya, bahkan ia tinggal dengan pria itu sekarang, adalah orang yang sama dengan orang yang bersekongkol dengan suaminya untuk menghancurkanya. Bukankah sungguh kenyataan yang tragis yang harus Ara terima?.
Namun ia tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Memang pada awalnya ini adalah kesalahanya sepenuhnya. Ara yang terlalu egois dan naif untuk berharap mampu memiliki sosok yang ia cintai. Ia tidak menyadari bahwa hal itu justru akan menjadi boomerang untuknya.
Seandainya Ara dapat mengulang waktu, ia akan berpikir 1000 kali untuk nekat berpura-pura hamil agar Rio menikahinya, sumpah penyesalan besar selalu menimpa hatinya setiap malam. Sakit. Itu yang ia rasakan.
Bayangkan, Albert mengungkapkan fakta itu ketika Ara sudah mulai merasakan kehangatan ketika ia berada disekitar lelaki itu, miris bukan?. Cinta, rasanya Ara tidak ingin berurusan lagi dengan kata itu. Ia belum terlalu kuat untuk terus terluka. Apa ia harus berhenti berjuang untuk mendapatkan cintanya.
"Hei ini makanan kalian!" Yonan tiba dengan beberapa makanan yang memenuhi tanganya.
"Aku tidak lapar" Sahut Ara dengan nada datar.
Albert menoleh dan merasa tak enak dengan Ara, ia yakin hal ini pasti karena pembicaraanya dengan Ara.
Yonan melotot mendengar balasan Ara, kemudian ia berdiri disamping Albert dan berbisik
"Dia kesurupan apa?" Ucapnya sambil berbisik ke arah Albert.
Tidak ada tanggapan berarti dari pria itu, hal itu membuat Yonan terheran-heran.
"Aku ingin minum dulu bodoh, kau ingin membunuhku ya dengan memberiku makan tanpa minuman?" Sahut Ara dengan menggebu-gebu.
Albert dan Yonan sontak melongo dengan jawaban Ara secara tiba-tiba itu. Albert yang paling terkejut, bahkan Ara mengatakan itu seraya mengacungkan jari telunjuknya kearah Yonan. Sungguh gadis ajaib.
"Dasar manusia tak tau diri" Yonan mengucapkan itu seraya melemparkan satu minuman kaleng kearah Ara.
"Terimakasih hehe" Ara terkekeh seraya mengambil minuman yang diberikan oleh Yonan.
"Bocah sinting" Yonan mengatakanya sambil tersenyum sementara disisi lain, Albert meghela nafas lega dengan kejadian barusan.
"Ayo kita makan!!" Ara berteriak dengan penuh semangat dan rasa lapar tak tertahan diperutnya.
"Kau mengajak kami namun kau ambil semua makanannya" Yonan merengut sambil melihat kearah makanan yang semua diambil oleh Ara.
"Aku kan lapar" Sahut Ara seraya memeletkan lidahnya.
"Kapan kau pernah tidak merasa lapar hmm?" Yonan sungguh gemas dengan wanira dihadapanya ini. Bagaimana ia bertindak seolah hanya makananlah tujuan hidupnya. Tidak masuk diakal bukan? Semua orang juga membutuhkan asupan makanan. Namun, bagi gadis dihadapanya ini makanan merupakan hidupnya.
"Saat aku tertidur tentunya haha" Ara mengatakan itu dengan sangat jelas. Ya, dia sangatlah suka makan. Namun ia merasa hal itu merupakan hal yang wajar, bukankah manusia merasa lapar?.
"Bahkan kau akan mengigaukan hamburger dengan ekstra saus ketika kau tertidur" Yonan menaikan sebelah alisnya untuk memastikan perkataanya.
"Enak saja! Ekstra keju , mana pernah aku meminta tambahan sambal seperti itu" Aya memanyunkan bibirnya karena merasa tidak terima dengan perkataan Yonan.
"Aish anak ini, sungguh diluar nalar manusia biasa" Yonan yang merasa keheranan dengan respon aneh yang diberikan oleh Ara.
"Karena aku alien , sini aku bawa ke planetku!" Ucap Ara asal.
"Dari planet mana kau berasal?" Jawab Yonan cepat.
"Planet cintamuuuuuuu" Ara mengatakan itu sambil ternsenyum genit.
Lantas Albert yang melihat kejadian itu merasa kesal, apa – apaan interaksi yang dipertontonkan didepan matanya ini?. Sungguh menyebalkan baginya.
"Kalian sama saja!" Albert mengatakan itu seraya beranjak pergi meninggalkan Arad an Yonan yang saling melirik.
"Kau sih ,dia ngambek kan" Yonan berkata sambil menyenggol bahu Ara.
"Kenapa jadi salahku? Kau yang meledeku dari tadi, jadi ini semua salahmu!" Sahut Ara tak mau kalah.
"Yasudah, kuambil lagi semua makananku!" Ancam Yonan.
"Baik semua salahku!" Ara tak perduli salah siapa, selama makanan itu tidak beranjak dari tanganya.
Akhirnya mereka memutuskan untuk berdiam di hotel yang dimiliki oleh keluarga Albert di wilayah ini, rasanya sudah sangat lelah untuk mengemudi kembali kerumah saat ini. Ditambah dengan percakapanya dengan Ara yang membuat hatinya menghangat. Ia jatuh cinta, sangat dalam dengan Ara. Tanpa ia sadari sebelumnya, tanpa ia rencanakan. Ia melangkah begitu jauh dalam mencintai. Bahkan rasanya hatinya berdegup dengan kencang setiap ia mengucap kata cinta.
"Jadi, bagaimana pembagian kamarnya? Aku mau kamarku yang besar dan dingin" Ara berucap seraya melihat sekelilingnya. Ia sangat menyukai suasana hotel keluarga milik Albert, begitu nyaman dan menyenangkan. Tak sabar rasanya ia ingin terlelap.
Nuansa klasik dan mewah cukup sangat menggambarkan bagaimana karakter dari keluarga Albert. Ara merasa bersyukur mampu mengagumi desain yang sangat indah dihadapan matanya saat ini.
"Kau tidur di lobby saja" Yonan mengatakan itu seraya ikut memperhatikan suasana sekitar sana.
"Kau ada masalah apasih dihidupmu? Rasanya aku bernapaspun salah dihadapanmu?" Sahut Ara dengan gemas.
"Membuat kesal adalah hobi utamaku saat ini" Yonan menjawab dengan santai, sungguh melihat wajah kesal Ara memberikan kepuasan tersendiri baginya.
"Kau dikamar 107, aku dan Yonan ada dikamar sebelahmu" Albert mengatakan itu seraya memberikan sebuah gelang ketangan ara. Memang di hotel ini mereka menerapkan sensor di setiap bendanya dengan menggunakan gelang khusus.
"Apa ini? Lucu sekali warnanya sangat menggemaskan" Ara malah salah focus dengan gelang yang diberikan oleh Albert.
"Gunakan ini untuk semua akses di hotel ini, jangan sampai hilang" Albert hanya tersenyum tipis menjelaskan.
"Ingat itu bodoh, jangan kau gigiti ya gelang itu!" Yonan mengucapkan hal itu bukan tanpa alasan, Ara pernah menggigit gelangnya yang berharga 50 juta hanya karena ia mengira itu permen.
"Kau masih dendam denganku ternyata" Ara merengut sambal menggunakan gelang itu.
"Siapa yang tidak sakit hati dengan kelakuanmu? Gelang mahalku jadi penuh ludah nistamu waktu itu" Yonan mengingat momen itu dengan menggebu-gebu.
"HOAMMM, aku mengantuk" Ara mengangkat kedua tanganya diudara mengisyaratkan bahwa ia lelah. Sesungguhnya ia hanya ingin kabur dari lelaki pemarah itu.
Albert memberikan mantel yang ia kenakan ketangan Ara seraya berbisik pelan di telinga wanita itu
"Selamat beristirahat wanitaku, izinkan aku membuktikan perasaanku nanti, siapkan hatimu" Kemudian Albert menjauhkan kepalanya seraya penepuk pelan kepala Ara.
"Tidurlah" Ucap Albert lagi dengan tersenyum.
"Baik selamat tinggal" Ara memeluk mantel Albert seraya berjalan menuju kamarnya. Wajahnya memerah dan kupu-kupu berterbangan diperutnya.
Ia mulai meragukan perasaanya untuk suaminya, rasa hangat ini sangat kuat sampai rasanya hatinya mau meledak dengan perasaan bahagia. Ara duduk dan terdiam dikasur nyaman dan empuk itu. Ia menatap kaca didepanya dan berkata
"Hati, sebenarnya kau ini milik siapa?" Ara hanya bernapas berat kemudian ia menaruh badanya yang sungguh lelah akibat bermain di pantai tadi sampai akhirnya rasa kantuk menyerangnya dan membuat wanita itu terlelap sambal tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE TOO SWEET
Любовные романыLilinara dihadapkan dengan pilihan yang sulit. Ia mencintai Rio yang notabene adalah suaminya. Namun ada sosok Alinka yang selalu menghantui jejak rumah tangganya. Albert pun ternyata memulai rencananya untuk menghancurkan hidup Lilinara dengan suru...