Friskila masih saja memikirkan kejadian pagi tadi, mulai dari acara bangun pagi sampai berhasilnya Calvin menjatuhkan harga dirinya karna pipinya yg bolak balik memerah.
Ternyata masak bersama Calvin tidak seburuk yg Friskila kira, Calvin cukup berpengalaman di dapur.
Friskila tak menyangka bahwa seorang Calvin juga bisa memasak.
"Makasih ya Vin."
Friskila duduk di samping Calvin, saat ini mereka sedang berada di balkon kamar menatap langit malam yg di taburi bintang - bintang.Friskila jadi ingat, dia juga dulu pernah duduk berdua di bawah langit malam bersama Frans dan bintang yg jadi saksi nya.
Kenapa jadi ingat - ingat dia lagi sih?
"Buat apa?" Calvin menoleh menatap Kila yg berada di sampingnya.
"Buat semua nya, buat hari ini juga."
"Gak usah makasih, kan gue gak pernah ngasih apa - apa sama lo."
Kila memutar tubuhnya dan duduk menghadap Calvin.
"Vin." panggilnya pelan.
Calvin menatap Friskila yg juga menatapnya serius.
"Kenapa?"
"Sebenarnya Perasaan lo ke gue apa sih?"
Calvin sempat tertegun mendengar nya, apa tadi Friskila baru saja melontarkan kalimat keramat itu?
"Hey!" Friskila menyentak bahu Calvin.
"Hah.. Lo ngomong apa tadi?"
Friskila memutar bola mata nya kesal
"Lo gak ngederin gue?""Denger. Tapi lo bisa ulang lagi gak pertanyaan nya?"
"Sebenernya perasaan lo ke gue itu apa sih?"
"Lo gak lagi sakit kan?"
"Gue nanya kenapa nanya balik sih!"
"Gue gak tau." jawab Calvin membuat Friskila mendelikkan mata nya bingung.
"Ohh.. Gue paham maksud lo."
"Fris..."
"Vin, sebenernya lo ngerasa bosan gak sih jalanin ini semua?"
Calvin terdiam. Entah lah dia sendiri pun bingung harus menjawab apa, mendadak otaknya beku dan tak bisa di ajak kerja sama."Gue ngerasa kita kayak gak ada gunanya tau kayak begini." Friskila tertawa hambar.
"Lucu. Sesuatu yg di lalui tanpa Cinta itu lucu banget."
"Lo udah bosan ya?" Calvin bertanya hati - hati.
"Menurut lo, Cinta itu bisa datang kapan aja?"
"Kalo sekarang gue bilang gue jatuh cinta sama lo, Lo percaya enggak?"
"Hah??"
Calvin terbelalak bahkan dia sampai tak berkedip beberapa detik.Angin malam berhembus kencang, menerpa wajah Friskila membuat rambutnya beterbangan.
"Fris, Perasaan itu bukan buat mainan."
"Emang gue bilang gue lagi main main?"
"Lo ngerasa gue bercanda, gue serius. Gue udah yakinin hati gue dan gue udah nentuin pilihan kalo hati gue sudah memilih lo."
Calvin merasa ini mimpi, sepertinya di masih terbawa suasana tidur pagi tadi, bagaimana bisa seorang Friskila mengatakan kalimat seperti itu?
Baginya harga diri adalah prioritas utama, tapi kenapa sekarang mendadak berubah begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
FRI(SKIL)A [COMPLETED]
RomanceTidak semua orang ingin Nikah muda. begitu juga dengan Friskila, dia tak ingin mengorbankan masa depannya demi perjodohan gila yang dibuat oleh orangtuanya. Seberapa keras pun dia menolak namun tetap saja mau tak mau perjodohan itu harus diterimany...