Terkadang, kita tidak mengerti bagaimana alur kehidupan ini berjalan. Putus asa, kecewa, sakit hati, resah, risau, penyesalan, Semua becampur menjadi satu.
Semua manusia pasti ingin kehidupannya bahagia. Bisa memiliki apa yang diinginkan, dan menjalani kehidupan sesuai kemauan sendiri.
Namun pada nyatanya, kehidupan ini campur tangan yang maha kuasa, kita bisa apa jika dia memang sudah menyuratkan alur kisah kehidupan setiap orang. Baik itu yang berujung bahagia, ataupun tidak!
****
Friskila menatap rangkaian bunga di tangannya itu. Sudah tidak bisa di jelaskan bagaimana perasaannya saat ini.
Deya mengelus punggungnya dari belakang, dan menatap perempuan itu berusaha menguatkannya.
"Fris, are you Okay?"
Friskila mengangkat wajahnya lalu kemudian tersenyum. Senyum yang kepalsuan, yang berusaha di ciptakan nya untuk menutupi semua rasa bersalahnya.
"Kita bisa balik, kalau lo ngerasa lagi kurang baik."
Friskila menggeleng.
"Ayok," Dia berjalan mendahului Deya dan menatap lurus kedepan, Deya mengikutinya dari belakang.
Hingga akhirnya Friskila menghentikan langkahnya, dia menatap gundukan tanah merah di hadapannya itu.
Air matanya menetes. Rasa bersalah itu merayap lagi memenuhi rongga dadanya.
Friskila berjongkong lalu kemudian meletakkan rangkaian bunga yang memang sudah di persiapkan.
Deya menghela nafasnya, menatap kesedihan temannya. Sebenarnya bukan hanya Friskila yang merasa sedih, semua orang juga sedih, tapi dia selalu menyalahkan diri nya sendiri untuk semua keadaan ini.
"Hy, gue datang lagi" Ungkap Friskila parau.
Friskila menyentuh nisan yang bertuliskan nama orang yang selalu membuatnya merasa bersalah.
Intan pitaloka
"Fris..." Deya memanggilnya lembut, Friskila memutar wajahnya dan menatap Deya.
"Mau sampai kapan lo nyalahin diri sendiri terus? Ini bukan salah lo."
Friskila menerawang, kembali menatap gundukan tanah liat itu.
----
Saat suara tembakan itu terdengar, aku panik setengah mati. aku takut jika yang tertembak adalah Calvin. Dan faktanya aku memang hampir kehilangan Calvin jika saja polisi tidak bertindak cepat.
Polisi menembak Intan tepat sebelum dia menarik pelatuknya.
Yang ku sesalkan adalah, mengapa Intan harus secepat itu pergi meninggalkan kami. Jika saja saat itu dia lebih memilih menyerah maka tidak akan terjadi hal seperti ini.Peluru itu menembus dada Intan.
Dia terjatuh di lantai dengan darah yang mengalir ikut mengotori bajunya.Warna merah pekat dan bau amis itu terus saja mengalir, dan bahkan tidak mau berhenti.
Aku hanya mendengar suara tembakan yang begitu kuat mendengung di seluruh ruangan, aku meronta - ronta ingin melihat apa yang terjadi, tapi Deya dan Ica menahan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRI(SKIL)A [COMPLETED]
RomanceTidak semua orang ingin Nikah muda. begitu juga dengan Friskila, dia tak ingin mengorbankan masa depannya demi perjodohan gila yang dibuat oleh orangtuanya. Seberapa keras pun dia menolak namun tetap saja mau tak mau perjodohan itu harus diterimany...