Calvin mengatur nafasnya menahan gejolak di dadanya, rasanya dia sangat ingin marah dan butuh pelampiasan atas kemarahannya.
"Fris, kamu mau kemana. Jangan pergi, tolong." Calvin menahan lengan Friskila yang sibuk memasukkan baju ke dalam kopernya.
Friskila menepis tangan Calvin, sambil sesekali menyeka air mata nya.
"Fris..." Calvin kembali menarik tangan itu namun dengan kasar Friskila mendorongnya.
"Gue gak mau, Vin! gue gak mau terus ada disini!" Sentak Friskila.
"Aku udah jelasin semuanya kan, tolong, percaya sama aku."
Friskila mengusap wajahnya, dadanya terasa sesak dan kepalanya begitu sakit bagaikan mau pecah.
"Lo bisa semudah itu ngomong! tapi lo gak akan pernah tau seberapa nyesek gue ngadepin ini semua. Apa lo masih belum puas,ha?!"
Calvin menahan lengan Friskila membuat cewek itu meronta. Namun, tenaganya tidak lebih kuat dari Calvin.
Calvin menatap Friskila intens tepat di bola matanya. "Lo beneran gak percaya sama gue? Gue tulus Sayang sama lo, gue tau gue salah dengan semua yang udah terjadi ini. Tapi apa gak bisa sekali aja ngasih ruang maaf buat gue? Gue mungkin emang sudah nyakitin hati lo, tapi sekarang gue lagi coba perbaikin semuanya." Calvin menghela nafasnya lelah "Kalau dari awal gue emang punya rasa sama dia, gue bakalan nerima dia saat dia nyatain perasaannya kemarin." Calvin menatap Friskila dengan raut kecewa.
"Lakukan apapun yang lo inginkan, gue gak bakalan cegah. Tapi satu hal yang lo harus tau. Apa yang udah jadi milik gue, gak bakalan gue biarin pergi. Lo udah masuk ke dalam kehidupan gue, dan gak ada jalan lagi untuk lo bisa keluar." Ucap Calvin tegas.
Friskila menepis tangan Calvin di lengannya, menarik nafasnya yang tersengal karena kelamaan menangis, lalu menatap cowok itu dengan raut wajah kebencian.
"Tapi nyatanya gue mau kita cerai, gue mau kisah kita cukup sampai disini aja!"
"Lo gak bisa lakuin itu!"
"Kenapa enggak?! Gue udah cukup menderita hidup dengan kebohongan yang lo ciptain selama ini, apa masih belum puas nyakitin gue?!"
"Fris..."
"Apa?! Masih belum cukup?!"
"Apa lo gak bisa liat keseriusan gue? apa emang udah gak ada lagi tempat untuk gue?"
"Gak ada, Vin. Semua udah cukup. Gue rasa gue udah cukup capek, dan jika di tanya siapa orang yang paling bodoh di muka bumi ini, itu pasti Gue. Karena gue terlalu bodoh nyerahin Hati gue sama orang yang jelas - jelas kelakuannya bangsat!"
Calvin menahan nafasnya, untuk pertama kalinya Friskila mengatakan hal kasar padanya. Apapun itu, Calvin membenci keadaan ini. dia berharap ini hanyalah mimpi buruknya dan saat dia terbangun nanti dari tidur nya, Calvin bisa melihat Friskila kembali dengan senyuman di wajah cewek itu.
"Gak ada yg perlu dijelasin lagi, gak ada! semua udah jelas. Akhir kata nya gue cuma mau ngucapin makasih buat semua ini. Makasih pernah hadir dihidup gue ngasih warna yg cerah walau pada akhirnya warna itu berubah menjadi abu - abu kelabu."
"Fris.." lirih Calvin. Calvin sudah sangat lelah dengan keadaan ini.
Friskila menutup kopernya lalu menariknya, berjalan meninggalkan kamar yang langsung disusul Calvin dengan terburu - buru.
"Kamu gak bisa pergi gitu aja!"
Calvin menahan lengan Friskila."Lepasin, Vin!" Friskila meronta.
Menatap Calvin dengan wajah penuh kebencian. "Gue mau kita selesai!"
Lalu Friskila benar benar meninggalkan apartemennya, dan Calvin, dia tidak berusaha untuk mengejar Friskila lagi, Calvin hanya menatap punggung cewek itu dari tempatnya berdiri hingga Friskil menghilang dari penglihatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRI(SKIL)A [COMPLETED]
RomantikTidak semua orang ingin Nikah muda. begitu juga dengan Friskila, dia tak ingin mengorbankan masa depannya demi perjodohan gila yang dibuat oleh orangtuanya. Seberapa keras pun dia menolak namun tetap saja mau tak mau perjodohan itu harus diterimany...