Didalam kamarnya Ata berfikir rencana apa yang akan dilakukannya untuk membalaskan sakit hatinya pada saudara kembarnya itu. Tiba-tiba pikirannya terlontar pada seorang cewek yang mempunyai wajah manis *Tari. Ata tersenyum licik saat didapatkannya ide.
"Cewe itu, ya gue harus bisa ngerebut dia dari Ari" ucapnya sambil menyunggingkan senyum licik.Pagi ini Tari berangkat kesekolah jam 06.45, seperti biasa Ari sang pentolan sekolah itu sudah berada di depan rumah Tari.
"Tar cepetan udah ditungguin Ari tuh" ucap mama tari saat berada didepan pintu kamar Tari.
"Iya mah, Tari berangkat mah" sambil mencium tangan mamanya itu lalu pergi ke luar rumah.
"Ck. Lama amat sih lo" ucap Ari sebal.
"Iya maaf" balas Tari, bukan karena takut melainkan karena dia memang sedang malas berdebat.
"Udah?" tanya Ari saat Tari sudah duduk dibelakangnya.
"Iya" jawab Tari singkat.Seluruh penghuni SMA Airlangga menatap mereka dengan pandangan iri.
"Enak ya jadi Tari?" ucap seorang siswi.
"Gimana gak enak coba, bisa jadian sama kak Ari?" Balas seorang yang berada disebelahnya.
"Udah ganteng, kaya, pinter, panglima perang, penguasa sekolah lagi. Impian cewe satu sekolah". Lanjutnya.
Ari dan Tari tidak tau bahwa ada sepasang mata yang sedang mengawasi setiap gerak gerik mereka. Dengan mata setajam pisau yang baru diasah dan mata burung elang yang siap menerkam mangsanya.
"Gue biarin lo bahagia dulu sebelum lo nangis berlutut lutut" ucap seseorang dengan senyum dibibirnya. Senyum licik."Hai bro" sapa Ata pada Ari saat ada dikoridor kelas 12 dekat tangga. Ari hanya membalas dengan senyum.
"Hai Tar" sapa Ata pada Tari dengan senyum paling manis yang dia punya.
"Hai kak" jawab Tari juga dengan senyum manis.
"Kantin yuk Ri" ajak Ata.
"Oke. Tapi gue harus nganterin cewe gue ke kelas dulu." Jawab ari sambil merangkul pundak tari.
"Oke. Gue tunggu dikelas" jawab Ata.
"Sip" jawab Ari lalu menaiki anak tangga satu per satu dengan Tari yang masih dirangkulnya."Gue anter lo sampe sini aja ya?" tanya Ari saat mereka sampai didepan kelas Tari.
"Lagian siapa juga sih kak yang minta dianter sampe bangku?" ucap Tari sebal.
"Oke. Masuk gih udah mau bel soalnya" perintah Ari pada Tari. Ari pergi saat dilihatnya tari masuk."Oy Ta, jadi gak?" teriak Ari dipintu kelas Ata. Ata bangkit dan berjalan mendekati Ari.
"Yuk" balas Ata merangkul pundak Ari. Mereka berjalan menuju kantin kelas sepuluh.
"Pagi bos" sapa Oji dengan senyum manis dibibirnya, saat Ari dan Ata sampai dimeja mereka. Ari hanya menjawab dengan senyum.
"Tumben lo kesini sama Ata. Biasanya sama Tari" ucap ridho pada Ari, karena memang biasanya Ari kekantin bersama Tari.
"Boleh gabung?" Tanya Ata pada Oji dan Ridho. Mereka hanya mengangguk. Mereka duduk berhadapan.
"Cabut yuk udah bel nih" ajak Ridho bangkit dari duduknya saat didengarnya bel yang sangat kencang.
"Aelah lo Dho gak seru amat baru aja Ari dateng" jawab Oji santai.
"Lo lupa kita ada pelajaran bu Sam" balas Ridho dengan nada sedikit kesal.
"Duileh kesambet apaan lo pagi tadi?" tanya Oji santai dengan dahi yang sedikit terlipat karena Ridho memang tidak biasanya masuk kelas tepat waktu.
"Sialan lo Ji. Lo lupa sama ancaman bu Sam?" tanya Ridho mengingatkan ancaman yang dilontarkan bu Sam minggu lalu *yang telat tidak boleh ikut pelajarannya.
"Udah tenang aja, kan ada bos. Lo lupa dia gak pernah dihukum?" ucap Oji mengingatkan Ridho kalau Ari tidak pernah dapat hukuman dan selalu dikasih masuk walaupun telat.
"Kalian kekelas aja" ucap Ari saat dilihatnya kedua sohibnya itu masih berdebat.
"Oke. Gue kekelas duluan bro" ucap ata pada ketiga temannya sambil bangkit dan berjalan meninggalkan kantin.
"Ayo bos" ajak Oji pada Ari.
"Kemana?" tanya Ari polos.
"Lubang hidung. Ya kekelas lah" jawab Oji kesal.
"Ayo Ri, gue gak mau pagi pagi sarapan omelan" ucap Ridho saat dilihatnya Ari yang masih duduk manis di bangkunya.
"Gue gak kekelas" ucap Ari.
"Lo mau kemana Ri?" tanya Ridho penasaran.
"Iya bos lo mau kemana?" tanya Oji yang sama seperti Ridho.
"Cabut" jawab Ari sambil berdiri.
"Wah parah lo bos, masa iya lo tega ngebiarin kita di siksa sama tuh guru killer?" ucap Oji dengan muka yang dibuat memelas.
"Sorry Ji. Udahlah muka lo gak usah kaya gitu, kaya orang kelaperan tau gak lo?" ucap Ari saat dilihatnya wajah Oji yang memang seperti orang kelaperan. Oji menarik nafas berat.
"Sampe pulang Ri?" tanya Ridho.
"Sekitar jam 11 gue balik kesekolah" jawab Ari sambil berjalan menuju pintu kantin.
"Oya satu lagi" ucap Ari balik badan, seperti orang yang baru ingat sesuatu.
"Apaan?" tanya Oji dengan kening berkerut.
"Jangan bikin tuh guru keluar asep" ucap Ari dengan tatapan jail.
"Sialan lo Ri. Lagian bukannya elo yang biasanya bikin tuh guru keluar asep?" jawab Ridho dengan tatapan tak kalah jail.
"Dasar lo Dho" jawab Ari. Dan mereka bertiga pun tenggelam dalam tawa yang berbahak bahak yang sesekali di tambahi ucapan yang lucu sampai mereka lupa dengan bel.
"Masuk sana. Udah bel kan?" ucap Ari saat selesai tertawa. Mengingatkan Oji dan Ridho dengan bel yang sudah berbunyi dari satu jam yang lalu. Saat itupun mereka berdua langsung terhenti dari tawanya.
"Oiya. Lo sih bos" ucap Oji yang mulai panik.
"Duh ini mah bukan sarapan lagi namanya Ji" ucap Ridho panik. Secara tidak langsung, membuat Oji makin panik.
"Matilah kita Dho" jawab Oji ngawur.
"Udahlah, Ri gue kekelas dulu" ucap Ridho pada Ari.
"Selamat menikmati" ucap ari yang langsung mendapat tatapan tajam dari Ridho dan Oji. Ari tidak tau apa, mereka berdua keringat dingin? kan gak lucu kalo ditelan hidup hidup sama tuh guru killer.Kini Ridho dan Oji telah berada didepan kelas. Suara bu Sam terdengar sampai ke luar kelas. Ketakutan Oji dan Ridho semakin menjadi jadi. Mereka berdua tidak berani untuk membuka pintu.
![](https://img.wattpad.com/cover/106300487-288-k727528.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Untuk Matahari *fanfiction
FanfictionTari adalah seorang cewek yang sangat beruntung karena bisa mendapatkan cowok seperti Ari. Tapi untuk tetap bisa bersama Ari, membutuhkan perjuangan yang sangat besar. Siap fisik dan hati. Ata adalah orang yang dibutakan oleh benci. Tidak memandang...