Tari, Ridho, Oji, dan Fio bersiap untuk ke rumah Ari. Walau Tari sebenarnya tidak kuat, namun Tari tetap ikut.
"Assalamualaikum tante" ucap Tari pada mama Ari yang sedang duduk di bangku teras.
"Waalaikumsalam" balas mama Ari.
"Tante, bagaimana Ari?" Tanya Oji.
"Ari udah di makamkan" ucap mama Ari.
"Kapan tan?" Tanya Oji penasaran.
"Baru selesai. Maaf ya tante gak kasih tau kalian, soalnya tante takut kalian akan semakin sedih" ucap mama.
"Iya tan gpp. Saya boleh tau dimana makam kak Ari?" Ucap Tari gemetar dengan suara serak. Jelas, cewek itu pasti bermata bengap.
"Oh iya. Ayo tante anter" ucap mama Ari. Mereka lalu berjalan ke makam Ari. Mobil Ridho ditaruh di rumah Ari. Ternyata keluarga Ari mempunyai makam khusus. Tempatnya tidak terlalu luas. Disitu sudah diisi dengan makam kakek dan neneknya.
"Tante pulang ya..tante gak kuat" pamit mama setelah sampai di makam Ari.
"Iya tan. Makasih udah dianter" ucap Fio.
"Iya. Kalian hafal jalan pulangkan?" Tanya mama memastikan.
"Iya tan" jawab Ridho.
"Yaudah tante pulang dulu ya.." pamit mama lalu meninggalkan makam Ari. Tari berjongkok. Air matanya menetes lagi.
"Lo kenapa pergi kak? Lo kenapa tinggalin gue? Kenapa lo tinggalin sahabat lo? Keluarga lo?" Ucap Tari pada makam Ari setelah mereka terdiam cukup lama.
"Bos, kita semua sayang sama lo. Kita gak nyangka lo pergi secepat ini. Gue masih pengen liat lo bos. Kalo lo pergi, yang jadi panglima perangnya siapa? Lo gak maukan Airlangga kebobolan? Tapi kenapa lo pergi bos?" Ucap Oji.
"Ri. Kenapa lo pergi cepet banget? Lo gak kasian sama gue, Oji, Tari? Kita masih pengen lo disini" ucap Ridho.
"Kak. Kenapa sih lo pergi? Apa harus? Kenapa kak? Kenapa? Kenapa lo tinggalin gue disaat gue mulai sayang sama lo? Kenapa? Gue butuh lo kak. Tapi kenapa lo malah pergi? Kenapa?!" Tanya Tari histeris.
"Tar, sabar. Lo harus ikhlas" ucap Fio merangkul Tari. Fiopun menangis. Ia tak tega melihat mereka bertiga menangis. Apalagi melihat Tari. Fio tak pernah melihat Tari sesedih ini.
"Fi..gue gak ikhlas" ucap Tari pada Fio. Hening. Hanya suara tangis yang terdengar.
"Gue gak kuat Ji. Gue mau balik" ucap Ridho. Walaupun Ridho terkesan cuek, acuh, masa bodo, namun jauh didalam lubuk hatinya ia mempunyai rasa sayang dan peduli yang besar.
"Gue juga Dho. Gue mau balik aja. Gue masih gak nyangka kalo Ari udah meninggal" ucap Oji.
"Tari, Fio balik yuk" ajak Oji.
"Gue masih pengen disini. Kalo kalian mau pulang, pulang duluan aja gpp" ucap Tari.
"Lo mau ikut balik gak Fi?" Tanya Oji.
"Kalian duluan aja kak. Gue mau nemenin Tari" ucap Fio.
"Yaudah, gue sama Oji balik ya.." pamit Oji. Lalu pergi setelah Fio mengangguk. Tari terus menangis. Memandangi papan yang bertuliskan Matahari Senja.
"Tar..udah dong.." ucap Fio pelan setelah mereka diam selama 10 menit. Fio terus menenangkan Tari yang tak hentinya menangis.
"Kak..kenapa lo tinggalin gue? Kenapa lo pergi kak. Kenapa perjuangan lo harus sampe disini? Gue kangen kak. Gue kangen sama tingkah lo yang abnormal. Lo yang pemaksa, otoriter, dan jail. Walaupun kadang gue kesel sama sikap lo yang kayak gitu, tapi jujur gue kangen. Gue kangen senyum lo, ketawa lo, cara lo natap gue. Walaupun tatapan lo terkadang gak bisa gue mengerti, tapi gue selalu yakin itu bukan tatapan jahat" Tari tak bisa mengendalikan tangisnya. Fio ikut menangis. Sakit saat melihat sahabatnya seperti ini. Dia hanya bisa mengelus punggung Tari sebagai dorongan agar Tari sabar.
"Kenapa lo pergi kak? Apa lo udah gak sayang lagi sama gue? Apa..." ucap Tari terpotong.
"Gue masih sayang sama lo!" potong seseorang sambil memeluk Tari dari belakang. Tari kaget. Suara itu sangat tidak asing. Tari melihat kearah orang yang memeluknya. Sontak Tari mendorong orang itu hingga pelukannya terlepas. Tari berdiri.
"Ngapain lo disini?!" Bentak Tari. Bukannya menjawab, orang itu malah memandang Tari bingung.
"Pergi lo!" Usir Tari.
"Gue gak akan pergi" ucapnya santai.
"Pergi lo! Gue gak mau ada orang kayak lo dimakam kak Ari!" Ucap Tari.
"Hei! Lo gak bisa ngenalin gue?" Tanya orang itu santai.
"Gue bilang pergi ya pergi! Gue gak kenal sama lo! Gue gak pernah kenal sama pembunuh! Pergi! Ucap Tari.
"Kak udah kak! Jangan buat Tari makin sedih! Mungkin gue gak ada hubungannya sama kalian bertiga, tapi gue gak bisa liat Tari kayak gini" ucap Fio menangis. Lalu hp Fio bunyi. Fio mengangkatnya.
"Tar, gue harus balik. Lo mau ikut?" Tanya Fio.
"Tari masih ada urusan sama gue Fi" ucap cowok itu cepat.
"Yaudah gue duluan ya Tar" pamit Fio.
"Jangan bikin Tari tambah sedih ya kak Ata" ucap Fio. Sebenarnya dia juga tidak tega meninggalkan Tari dengan orang yang telah membunuh kekasih Tari, namun dia tetap harus pergi. Cowok itu hanya tersenyum. Setelah Fio menghilang, Tari melangkah ingin pergi. Namun dengan cepat cowok itu mencekal ta gan Tari.
"Mau kemana?" Tanyanya.
"Lepasin! Gak usah sentuh gue!" Ucap Tari memberontak.
"Gue gak akan lepasin" jawab cowok itu.
"Gue bilang lepasin! Gue gak mau disentuh sama lo!" Ucap Tari terus memberontak.
"Apa cuma Ari yang boleh sentuh lo?" Tanya cowok itu cepat. Seketika Tari terdiam. Ucapan cowok itu barusan berhasil membuat Tari tak memberontak lagi. Cowok itu memeluk Tari. Ingin sekali Tari melawan, tapi rasanya tak mampu. Pelukan ini...kenapa Tari merasa tak asing? Kenpa Tari merasa damai? Dan kenapa Tari merasa sangat nyaman? Ini aneh.
"Tar, gue bukan Ata. Gue Ari. Pacar lo" ucap cowok itu. Tari kaget.
"Lepasin gue kak! Jangan buat gue inget lagi sama kak Ari" ucap Tari pelan masih dalam pelukan.
"Jadi lo bilang gue bohong? Lo gak percaya sama gue? Ini gue Tar. Ari" ucap cowok itu. Tari diam. Cowok itu melepaskan pelukannya dan berganti memegang kepala Tari dengan kedua tangannya.
"Liat gue!" Perintah cowok itu. Tari menatap tepat pada bola matanya. Mata itu...
"Masih belom bisa ngenalin gue?" Tanya Ari.
"Kak Ari" ucap Tari lirih. Entah kenapa saat Tari melihat mata cowok itu, Tari menjadi yakin kalau itu Ari. Tari kembali meneteskan air mata. Ari memeluknya.
"Jangan nangis. Lo taukan, gue paling gak bisa liat lo nangis?" Tanya cowok itu. Tari semakin yakin kalau ini adalah Ari. Hanya Ari yang bisa berbicara seperti itu. Sulit dimengerti.
"Gue minta maaf" ucap Ari tulus. Tari melepas pelukan itu.
"Kenapa lo bohong?" Tanya Tari.
"Gue cuma mau tau, lo sayang atau gak sama gue" jawab Ari.
"Lo gila! Besok lo gue daftarin ke produser" ucap Tari.
"Ngapain?" Tanya Ari polos.
"Buat ngasih lo film. Drama lo itu keren banget. Bener bener kayak real" ucap Tari kesal.
"Gue minta maaf Tar" ucap Ari tulus. Tari hanya diam. Cewek itu benar-benar gak habis fikir dengan cowok ini. Apasih yang ada didalam kepalanya sampe bisa ngelakuin kayak gini?
"Lo keterlaluan kak! Kenapa lo gak mati beneran aja?!" Ucap Tari kesal. Cewek itu benar-benar marah.
"Hei, guekan udah minta maaf" ucap Ari kalem.
"Gue pengen sendiri" ucap Tari lalu melangkah pergi. Namun gagal, dengan cepat Ari mencekal tangan Tari.
"Gue tau lo butuh penjelasan. Gue janji gue akan jelasin" ucap Ari.
"Harus! Lo harus jelasin semuanya" balas Tari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Untuk Matahari *fanfiction
FanficTari adalah seorang cewek yang sangat beruntung karena bisa mendapatkan cowok seperti Ari. Tapi untuk tetap bisa bersama Ari, membutuhkan perjuangan yang sangat besar. Siap fisik dan hati. Ata adalah orang yang dibutakan oleh benci. Tidak memandang...