Delapan

1K 18 0
                                    

Ditempat lain, Tari sedang menyiapkan pakaiannya untuk dibawa ke rumah Fio. Malam ini, Tari akan menginap dirumah sahabatnya itu, karena kondisi hatinya sedang tidak baik.
Mendung telah menutupinya selama 6 hari kemarin. Mendung itu tak lekas pergi sampai hari ini, hari ke 7 Ari pergi. Mendung telah menutupi matahari itu. Dan sayangnya, matahari itu tertutup mendung yang disebabkan oleh matahari lainnya. Tari butuh teman bicara. Tari akan datang jam 5 sore. Tari terus saja melihat jam, tidak sabar. Saat jam menunjukkan pukul 16.00 dia langsung lompat dari tempat tidurnya dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Saat selesai ganti pakaian dan lain lain, dia melihat jam. Dan ternyata sudah jam 5. Ini waktunya Tari berangkat. Dia menemui mamanya yang sedang berada didapur.
"Ma, Tari boleh kerumah Fio kan?" pintanya dengan suara lemas dan mata bengap. Sebenarnya mamanya tidak mau Tari pergi dengan kondisi seperti ini, tapi mungkin meizinkannya pergi membuat beban Tari karena Ari hilang sedikit.
"Iya boleh, tapi mama bisa minta tolong?" tanya mama Tari. Tari mengangguk.
"Apa?" tanya Tari.
"Tolong ambil baju mama dilaundry langganan kita. Baju itu akan mama pakai besok pagi" pinta mama tari.
"Iya. Yaudah Tari ke laundry dulu ya ma" ucap Tari mencium tangan mamanya lalu berjalan menuju pintu dan meneruskan langkahnya ke pinggir jalan untuk mencari taxsi.

Ari datang tepat waktu. Tak lama kemudian, Dara sampai di taman itu.
"Udah lama?" tanya Dara dibelakang Ari. Ari membalikan badan, menghadap Dara.
"Belom" jawab Ari singkat dengan wajah datar.
"Ada apa?" tanya Dara to the poin. Ari manarik nafas berat.
"Maaf dar" ucap Ari. Sontak, Dara menautkan alis. Dara bingung dengan ucapan Ari barusan.
"Maaf, gue udah gak bisa ada disamping lo lagi. Gue udah gak bisa ada buat lo lagi. Gue cuma gak mau cewek gue jadi salah paham" ucap Ari lagi.
"Gue ngerti kok Ri. Makasih yah buat waktu yang lo kasih ke gue selama ini. Makasih udah mau jadi temen berbagi cerita dan temen gila gue" ucap Dara dengan suara dan wajah yang dibuat sesedih mungkin, padahal aslinya dia tidak sedih sama sekali. Dara memang tidak perduli dengan Ari, toh dia mendekati Ari juga karena suruhan Ata. Dara berfikir, "kalo gue jauh dari Ari, otomatis gue juga bakalan jauh dari Ata" batin Dara.
"Dar," panggil Ari karena Dara melamun. Dara langsung tersadar dari lamunannya. Dara ingat dengan senjatanya. Dara mulai akting *nangis. Ari yang tidak bisa melihat itu, langsung memeluknya.

Ari memang sudah banyak memberi waktu untuk Dara. Awalnya Ari biasa saja, bahkan dia juga pernah menolak ajakan Dara untuk bertemu. Tapi bukan Dara namanya kalau gampang menyerah. Dia sangat cerdas, dia berhasil membuat seorang cowok seperti Ari dekat dengannya. Mereka bukan cuma dekat, tapi mereka sudah seperti surat dan perangko. Dara membuat cerita bohong. Dia bilang ke Ari, kalau dia akan dijodohkan oleh orang tuanya, dia juga bercerita sambil menangis. Dia tau, kalau Ari tidak bisa melihat cewek nangis. Apalagi saat Ari melihat foto kecil Dara bersama seorang anak laki laki kecil. Ari tau dengan pasti, siapa laki laki yang ada difoto itu *dirinya. Tapi Ari berpura pura tidak tau. Ari bahkan pura pura bertanya siapa cowok yang ada disebelahnya saat itu. Dan ternyata Dara tidak tau kalau orang yang ada disebelahnya itu adalah orang yang berada dengannya selama seminggu ini. Ari sadar kalau Dara adalah teman kecilnya, tapi Dara tidak menyadari kalau Matahari senja yang menjadi teman kecilnya, yang sudah lama menghilang adalah Ari yang kini berada bersamanya. Ya, itulah yang membuat mereka akhirnya dekat. Ari pun selalu ada disaat Dara membutuhkan bantuannya. Dara juga sering bercerita hal hal yang menurutnya lucu. Terkadang, Dara sendiri juga lupa akan misinya. Dia sering sekali larut dalam ceritanya sendiri. Mereka sering tertawa lepas berdua karena cerita Dara. Ari bahkan tidak sadar kalau kehadiran Dara bisa membuatnya tertawa lepas.

Ditempat lain, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari taman, Tari telah sampai di tempat laundry. Ada dua tas plastik berwarna putih yang harus dibawa pulang. Jam telah menunjukan pukul 17.15, tapi tidak ada satupun taxsi atau angkot yang melintas. Dia berfikir, bagaimana caranya agar bisa cepat sampai dirumah dan memberikan laundry kepada mamanya? Otaknya terus saja berputar. Tak lama kemudian dia melihat ojek, disekitar tempat. Tari naik ojek, karena memang tidak ada kendaraan apapun selain ojek. Tari akan memintanya melewati jalan pintas.

Diperjalanan, Tari meminta motor itu untuk berhenti. Tatapannya terarah kesebelah kiri jalan, pada taman yang sangat indah. Setelah memberikan uang, Tari melangkahkan kakinya masuk ketaman itu. Saat berada didalam taman, yang jaraknya tidak terlalu jauh, Tari melihat seorang cowok memeluk seorang cewek. Entah mengapa, Tari merasa sangat penasaran. Dia memutuskan untuk berjalan mendekati dua orang itu. Dan ternyata? Oh my God. Cowok itu adalah Ari. Lalu siapa cewek yang sedang dipeluknya? Tari membeku ditempat, air matanya meluncur deras, tas plastik putih yang ada dikedua tangannya juga ikut terjatuh. Mendengar suara itu, Ari langsung mendengakkan kepalanya. Sangat kaget saat dilihatnya cewe yang berdiri tidak jauh dihadapannya. Tari tidak bisa melihatnya terlalu lama lagi, dia berlari menjauh dari keduanya. Refleks Ari langsung melepaskan pelukannya dan berlari mengejar Tari. Ari kehilangan jejak Tari. Dia pasrah, dia berbalik dan berjalan cepat kembali ketempat semula. Ari mengambil dua tas putih milik Tari yang tadi terjatuh dengan cepat.
"Gue anter lo balik" ucap Ari sambil menarik tangan Dara dan berjalan cepat menuju motornya. Setelah mengantar Dara pulang, cowok itu langsung melajukan motornya kerumah Tari.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang