Dua sembilan

889 26 0
                                    

"Kak" panggil Tari.
"Ya. Kenapa?" tanya Ari dengan memghadapkan wajah kearah Tari.
"Emm...gue...gue mau tanya" ucap Tari terbata.
"Tanya apa?" tanya Ari dengan menaikkan sebelah alisnya. Tari menarik nafas panjang.
"Kalo orang yang lo sayang dan lo miliki menderita sama lo, apa lo akan tinggalin dia buat kebahagiaan dia?" tanya Tari. Sontak alis Ari bertaut.
"Kenapa tanya begitu?" tanya balik Ari.
"Gak kenapa-napa" jawab Tari cepat dengan gelengan.
"Harus gue jawab?" tanya Ari lagi.
"Iya kak. Lo harus jawab dengan jujur" ucap Tari. Ari terdiam sejenak.
"Oke. Gue tanya sekarang. Apa enak kalo kita memiliki tapi gak dicintai?" tanya Ari. Tari menggeleng bingung. Apa hubungannya?
"Nah. Sama halnya kayak pertanyaan lo tadi" ucap Ari lagi.
"Buat apa memiliki kalau hanya membuat dia menderita" jelas Ari. Tari kini mengerti.
"Berarti, lo akan lepasin orang itu?" tanya Tari cerdas.
"Yap" jawab Ari. Tari menarik nafas berat. Apa harus gue putusin lo? tinggalin orang yang udah berjuang keras buat dapetin gue? batin Tari.
"Udah yuk berangkat. Udah siang" ucap Ari. Tari lalu duduk dibelakan Ari. Selama perjalanan mereka berdua tidak ada yang bicara satu sama lain. Diam. Hening. Sibuk dengan pikiran masing masing.

"Hebat ya! gue liatin, lo tambah deket aja sama dia" ucap seseorang dengan tangan yang dilipat didepan dada. Tari mendongak. Dan ketakutan itu mulai menyerbu hati gadis manis ini.
"Masih kurang anceman gue?! apa lo mau ngeliat Ari berbaring lagi dirumah sakit?!" tanya Ata tajam. Ternyata dugaan Tari benar. Ata adalah orang yang nyebabin Ari kecelakaan dan koma berhari hari.
"Gue mohon kak. Jangan sakitin kak Ari lagi" ucap Tari. Ingin sekali rasanya menangis.
"Tinggalin dia!" bisik Ata tajam.

"Tar lo yakin sama keputusan lo?" tanya Fio pelan. Tari masih saja menangis.
"Gak ada pilihan lain Fi" jawab Tari ditengah tangisnya.
"Tapi kan lo bisa ngomong ke kak Ari yang sebenernya Tar" ucap Fio memberi saran.
"Gue takut Fi" ucap Tari.
"Tar, tapi..." ucap Fio terpotong
"Gue gpp. Gue juga gak mau kalo kak Ari dan kak Ata berantem" potong Tari cepat.
"Gak Tar. Cepat atau lambat kak Ari akan tau. Lo harus ngomong Tar" ucap Fio.
"Tapi Fi..." ucap Tari lirih.
"Tari plis. Apa harus gue yang ngomong?" Ucap Fio menawarkan diri.
"Gak Fi. Gue gak mau lo masuk dalam masalah ini" tolak Tari cepat.
"Plis Tar, gue gak mau lo sedih lagi" ucap Fio. Tari menarik nafas berat.
"Oke. Gue akan coba ngomong" ucap Tari. Fio tersenyum mendengarnya.

"Pagi sayang" sapa Ari saat pintu didepannya terbuka.
"Pagi kak" sapa balik Tari. Cowok itu lalu merendahkan tubuhnya, duduk dengan tumpuan kedua lututnya. Menunjukkan bunga di kedua tangannya yang dari tadi dia sembunyikan dengan badannya.
"Happy anniversary sayang" ucap Ari dengan senyum yang terlukis indah diwajah tampannya. Mulut dan kedua mata Tari terbuka lebar. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Kak lo..." ucap Tari terbata. Tidak menyangka kalau Ari bisa melakukan hal ini.
"Maafin gue kalo selama ini gue ada salah. Makasih yah udah jadi cewek luar biasa" ucap Ari. Tari benar benar membeku. Tak tau apa yang harus ia ucapkan. Mata cewek itu berkaca kaca. Tari mengambil bunga itu. Ari bangkit dan mencium kening Tari.
"Makasih kak. Gue suka" ucap Tari senyum dengan satu tetes air mata yang berhasil meluncur melewati pipi manisnya. Kedua tangan Ari langsung menghapus air mata itu.
"Suka apa nih?" tanya Ari jail.
"Suka bunganya" jawab Tari tersenyum.
"Sama gue enggak?" tanya Ari sok polos.
"Kalo sama lo bukan suka" jawab Tari.
"Tapi sayang" lanjut Tari. Ari tersenyum mendengar ucapan Tari barusan.
"Happy anniversary juga sayang. Jangan berubah yah. Tetep jadi lo yang kaya gini" ucap Tari.
"Gue gak akan berubah. Termasuk sikap jail gue" ucap Ari. Tari tersenyum geli. "Kejailan lo yang buat gue terbiasa sama lo kak" ucap Tari dalam hati.

"Ciee bunga dari siapa tuh?" tanya maya kepo. Tari hanya tersenyum.
"Tari! ini bunga dari siapa? dari kak Ata ya?" tanya Fio bodoh.
"Sembarangan. Kalo ini bunga dari kak Ata, gak mungkin gue bawa bawa" jawab Tari.
"Trus dari siapa? Angga?" tanya Fio lagi.
"Bukan" jawab Tari dengan senyum dan mata yang menghadap ke bunga yang dipegangnya.
"Apa jangan jangan lo ada yang lain disekolah ini?" tanya Fio ngawur.
"Maksudnya?" tanya balik Tari.
"Lo punya cowok selain kak Ari disekolah ini" ucap Fio.
"Ngaco! Kalo gue punya cowok lain, apalagi satu sekolah, gue udah mati dibunuh kak Ari kali" ucap Tari ngawur.
"Hehe. Trus itu dari siapa?" tanya Fio lagi.
"Pacar gue" jawab Tari singkat.
"WHAt!!" teriak Fio.
"Berisik deh lo Fi" ucap Tari sebal.
"Sorry sorry. Maksud lo kak Ari?" tanya Fio memastikan.
"Iya" jawab Tari singkat. Tari kembali menatap bunga itu.
"So sweet" ucap Fio membayangkan kalau ia yang menjadi Tari.
"Tar..Tar" panggil Fio menggoyangkan lengan kanan Tari.
"Hmm?" Sahut Tari.
"Boleh gak, sehari aja kak Ari jadi cowok gue" ucap Fio menjaili Tari, yang langsung mendapat tatapan tajam dari Tari. Fio hanya ingin tau bagaimana reaksi Tari. Fio yang melihat reaksi Tari, langsung tertawa.
"Kenapa ketawa?" Tanya Tari bingung.
"Gpp" ucap Fio berusaha memberbentikan tawanya. Tak lama kemudian Fio berhenti tertawa.
"Gue jadi keinget usahanya kak Ari buat ngedapetin lo" ucap Fio dengan senyuman. Tari mengingat bagaimana dulu dia memperlakukan Ari. Tanpa cewek itu sadari, wajahnya merah merona.
"Dulu tuh lo jijik banget sama dia. Eh sekarang malah sayang banget" lanjut Fio.
"Gue aja gak nyangka kalo kak Ari berhasil masuk ke hati gue" ucap Tari menunduk. Mereka diam selama beberapa menit.
"Oiya Tar" ucap Fio memecahkan keheningan diantara mereka berdua.
"Kenapa Fi?" Tanya Tari.
"Soal masalah lo sama kak Ata gimana?" Tanya Fio to the point. Tari menarik nafas berat.
"Nanti gue akan coba ngomong ke kak Ari" ucap Tari lemas.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang