Bel pulang baru saja berbunyi. Ari telah berada di balkon depan kelas Tari.
"Hai Tar" sapa Ari saat Tari keluar kelas. Tari hanya melirik dan menlanjutkan jalannya dengan cepat. Dia tidak menghiraukan sapa dari Ari.
"Tar lo kenapa sih?" tanya Ari sebal dengan langkah cepat berusaha menjejerkan dengan Tari. Ari memberhentikan langkahnya tapi Tari terus saja berjalan cepat.
"Tari berhenti!" ucap Ari kemudian dengan suara lantang. Tapi sayangnya Tari tetap tidak berhenti. Karena dia sudah tertinggal agak jauh, akhirnya cowok itu memutuskan untuk menuruni tangga yang melewati koridor kelas 12. Tari memberhentikan langkahnya tiba tiba saat tangannya tertarik oleh seseorang. Dia nengok kebelakang, kaget saat dilihatnya orang yang menarik tangannya.
"Lo kenapa?" tanya Ari.
"Tanya aja sama adik kelas lo!" jawab Tari ketus.
"Lo diapain?" tanya Ari.
"Gak diapa apain" jawab Tari judes.
"Dia ngomong apa ke lo?" tanya Ari tepat sasaran.
"Tanya aja sama fans lo itu!" ucap Tari sebal. Tari melepaskan tangan Ari dan memegang tanganya dan melanjutkan langkahnya meninggalkan sekolah. Ari tau Tari pergi tapi cowok itu membiarkannya. Di pikirannya saat ini hanya pertanyaan pertanyaan yang tidak akan pernah dijawab oleh Tari. "Adik kelas? fans?" ucapnya dalam hati. Otaknya berputar, berusaha mencari tau orang yang dimaksud Tari. Dengan cepat otaknya telah menemukan orang itu.
"Ratih dimana?" tanya Ari langsung saat bertemu teman sekelas Ratih.
"Gak tau kak. Udah pulang" jawabnya dengan suara sedikit takut. Setelah mendengar jawaban, cowok itu langsung melangkahkan kakinya pergi. Melajukan motornya seperti layaknya pembalap. Menuju suatu tempat yang bagi orang yang menempatinya adalah tempat kehangatan, ramai, penuh canda tawa dan kasih sayang didalamnya. Tapi tidak dengan Ari. Dingin, salju, sepi. Ya, dia pulang kerumahnya.Didalam kamarnya, Ari berfikir bagaimana caranya supaya Tari tidak marah lagi. Ari tau satu satunya cara adalah dengan menemui Ratih dan bertanya semuanya. Malas. Mendengar namanya saja cowok itu sudah bosan. Hampir setiap hari, dia mendengar nama cewek itu. Terutama dari kedua sahabatnya. Ridho dan Oji. Mau tidak mau, suka tidak suka, Ari harus menemui Ratih. Sikap Tari tadi, memaksa Ari untuk menemui Ratih.
"Pagi Tar" sapa Oji didepan gerbang.
"Pagi kak" sapa balik Tari.
"Lo lagi kenapa sama Ari?" tanya Oji langsung karena kemaren dia melihat Tari pulang sendiri.
"Gapapa" jawab Tari bahong. Tari lalu melangkahkan kakinya kekelas. Tak lama kemudian Ari datang dengan motor besarnya. Dia memarkirkan motor lalu menghampiri Oji dan Ridho.
"Pagi bos" sapa Oji saat Ari berada didepannya.
"Tahan Ratih!" perintah Ari langsung. Sontak Oji menyatukan alis. Bukan hanya Oji, Ridho pun juga.
"Sip" ucap Oji singkat. Ari mengangguk lalu meninggalkan Oji dan Ridho. Ratih datang, Oji dengan sigap menghalangi langkahnya.
"Misi kak. Gue mau lewat" ucap Ratih. Oji tidak menjawab. Dia mengambil hp dari sakunya.
"Bos Ratih udah gue tahan" laporan Oji. Ratih melotot saat didengarnya kata "bos" yang berarti adalah Ari. Ditambah namanya disebut.
"Bagus. Tahan dulu, gue kesono" ucap Ari lalu menutup telponnya. Tak lama Ari datang dari arah dalam gerbang.
"Lo ngomong apa ke Tari?" tanya Ari to the point. Ratih dapat merasakan badannya gemetar. Ratih menggeleng, tidak sanggup menjawab.
"Lo ngaku, atau..." ucap Ari terpotong.
"Iya gue ngaku" potong Ratih cepat.
"Gue nitip salam buat lo" ucap Ratih.
"Trus" pinta Ari agar melanjutkan ucapnya.
"Gue minta dia supaya ngebuat lo jadian sama gue" ucap Ratih semakin gemetar.
"Ada lagi?" tanya Ari. Tadinya Ratih tidak ingin berbicara, tapi dia sadar kalau Ari tau dengan sendirinya Ari akan tambah marah.
"Gue bilang ke dia kalo gue sering jalan sama lo" ucap Ratih. Emosi Ari memuncak. Ingin sekali menonjoknya. Tapi karena dia pantang untuk menyakiti cewek, dia hanya menyuruhnya untuk menjelaskan pada Tari.
"Istirahat lo harus minta maaf dan jelasin semuanya!" ucap Ari tegas menahan emosi. Ratih mengangguk cepat. Lalu Ari melangkahkan kakinya keparkiran.
"Gila! nekat banget lo ngomong kaya gitu ke tuh cewek" ucap Oji saat Ari sudah tidak kelihatan lagi.
"Kenapa sih kak Ari segitunya belain tuh cewek" ucap Ratih kesal.
"Lo tau tuh cewek siapa?" tanya Oji.
"Anak kelas 10-9. Temen deketnya kak Ari" jawab Ratih.
"Dia bukan cuma anak kelas 10-9 dan dia juga bukan sekedar temen deketnya Ari" ucap Oji. Ratih mengerutkan alis, tidak mengerti dengan ucapan Oji barusan.
"Dia Tari. Ceweknya Ari" ucap Oji kemudian. Sontak kedua mata Ratih terbuka lebar. Kaget setengah mati. Jadi selama ini dia cerita+minta bantuan ke Tari, ceweknya Ari?Dikantin Tari hanya melamun memikirkan hal kemarin.
"Gue salah gak sih Fi?" tanya Tari bingung.
"Salah banget. Lo tau gak sih? lo itu udah egois" jwab Fio.
"Egois?" tanya Tari mengulang ucapan Fio.
"Yang salahkan Ratih trus kenapa kak Ari yang lo jauhin" ucap Fio benar.
"Gue kesel Fi" ucap Tari lemas.
"Gue tanya sama lo. Pernah dia ngebales salam dari Ratih?" tanya Fio. Tari hanya menggeleng.
"Deketin Ratih?" tanya Fio lagi. lagi lagi Tari hanya menggeleng.
"Sadar Tar, lo ngelampiasin kecemburuan lo sama kak Ari. Dia gak tau apa apa Tar" ucap Fio menyadarkan Tari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Untuk Matahari *fanfiction
FanficTari adalah seorang cewek yang sangat beruntung karena bisa mendapatkan cowok seperti Ari. Tapi untuk tetap bisa bersama Ari, membutuhkan perjuangan yang sangat besar. Siap fisik dan hati. Ata adalah orang yang dibutakan oleh benci. Tidak memandang...