"Pagi sayang" sapa Ari setelah pintunya dibuka oleh Tari.
"Pagi kak" sapa Tari.
"Kakak ganteng" teriak Geo dari dalam rumah. Geo berlari mendekati Ari dan Tari.
"Hai Geo" sapa Ari pada Geo. Cowok itu menekuk lututnya, menjejerkan dirinya dengan Geo.
"Kakak kemaren kemana?" tanya Geo.
"Ada urusan Geo" ucap Tari cepat.
"Emang iya kak?" tanya Geo pada Ari. Seketika Ari langsung dapat bergabung dengan kebohongan ini.
"Iya" jawab Ari dengan anggukan.
"Urusan apa?" tanya Geo penasaran.
"Bantuin guru" jawab Ari singkat. Tari yang mendengar jawaban Ari barusan hanya tertawa geli dengan tangan yang menutup mulut, supaya tidak terlihat Geo. "Bantuin guru? bantuin bikin rambutnya keriting?" batinnya.
"Bantuin apa kak?" tanya Geo lagi.
"Emm jagain sekolah" jawab Ari. Tari menahan tawanya agar tidak meledak. "Jagain sekolah? biar gak kebobolan ya kak?" tanya Tari dalam hati.
"Oh. Kaya security gitu ya?" tanya Geo lagi. "Bodo ah mau dibilang security kek, apa kek yang penting ni anak gak tau kalo gue abis tawuran" batinnya.
"Ya hampir mirip gitu lah" ucap Ari. Geo mengangguk.
"Udah siang nih. Ayo kak berangkat" ucap Tari. Ari lalu berdiri.
"Geo, kak Ari sama kak Tari berangkat dulu ya" pamit Ari pada Geo. Geo hanya mengangguk lalu masuk kedalam rumah. Tari menutup pintu dan melangkah menuju motor Ari. Tawa Tari seketika meledak. Ari hanya menggelengkan kepala dan menatapnya dengan takjub. Ternyata bukan hanya Ari yang pintar membuat sekenario tapi ternyata Tari juga pintar membuat sekenario. Ari memberikan jaket pada Tari saat mereka sampai di motor Ari.
"Kenapa ngeliatin gue kayak gitu?" tanya Tari saat jaketnya sudah dipakai.
"Ternyata lo pinter bohong juga yah? ck ck ck" ucap Ari dengan senyum dan gelengan kepala.
"Kan lo yang ngajarin" ucap Tari.
"Ck. Udah berapa banyak orang yang lo bohongin?" tanya Ari mengintrogasi.
"Apasih kak. Gue gak pernah kali bohong. Ini juga karena terpaksa" jelas Tari dengan suara sedikit kesal.
"Jangan jadi tukang bohong yah. Cukup gue aja" pinta Ari pada Tari. Tari mengangguk dan tersenyum.
"Ayo naik. Telat nih kita" ucap Ari.
"Ya ampun kak. Ini mah bukan telat lagi namanya" ucap Tari setelah melihat jam di pergelangan tangannya.Saat Ari dan Tari memasuki gerbang, gerbang itu sudah ditutup. Tapi setelah penjaga gerbang itu melihat siapa yang datang, dia langsung membuka gerbangnya. Ya, hampir 100 persen orang lebih milih menuruti Ari. Melawannya sama saja mengantar nyawa. Semua orang tau, berurusan dengan Ari memang tidak ada yang mudah.
"Lo gak kekelas?" tanya Tari saat melihat Ari mengikutinya.
"Gue sih gampang. Lo tuh" ucap Ari pada Tari. Seketika raut wajah Tari menjadi sedih. Tari tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya. Ari dapat melihat kesedihan itu.
"Udah lo tenang aja. Biar gue yang ngurus semuanya. Ayo" ucap Ari lalu menggandeng tangan Tari menuju kelas x-9.
"Pagi bu cantik" sapa Ari sopan. Guru itu lalu menengok ke arah pintu. Dilihanya Ari dan Tari. Dia lalu mengarahkan pandangannya ke Tari, menatapnya tajam saat melihat kalau Tari masih membawa tas. Tari yang mendapat tatapan tajam itu hanya menundukkan kepala.
"Ini bukan salah Tari bu, ini salah saya. Jadi kalau ibu mau marah, marahin saya aja" ucap Ari santai menyalahkan dirinya sendiri.
"Kamu, duduk!" perintahnya dengan suara keras. Tari melirik Ari, ternyata cowok itu tersenyum tipis.
"Bu, yang salahkan saya, jadi Tari jangan diapa apain yah" pinta Ari dengan senyum lebar. Membuat guru cantik itu semakin terbakar emosi.
"Balik kekelas kamu! istirahat keruang guru" Ari mengangkat kedua ibu jari lalu membalikkan badan dan melangkah pergi.Bel istirahat telah berbunyi. Tari langsung mengajak Fio kekantin karena dia sudah lapar dari jam pelajaran berlangsung. Fio lega, kini sahabatnya telah bersinar kembali. Fio sadar kalau hanya Ari yang dapat membuat Tari ceria. Mungkin bukan cuma Fio saja yang sadar tapi juga teman teman Tari maupun Ari.
Setelah sampai dikantin, Tari langsung melangkah ke arah soto yang sangat amat ramai. Fio yang sadar kalau Ari telah berada disebelah Tari, segera pergi meninggalkan Tari.
"Tar gue kekelas duluan ya" pamit Fio.
"Yah Fi. Gue sendirian dong" ucap Tari.
"Duh Tar, sorry banget nih gue mau ngerjain pr matematika" ucap Fio bohong. Tari hanya mengengguk lemas. Fio segera meninggalkan kantin dengan membawa dua akua gelas yang tadi dibelinya saat Tari memesan soto. Fio tidak makan, dia memang sedang tidak lapar.
"Lemes banget" ucap seseorang yang telah duduk disamping Tari. Tari yang tidak sadar akan kehadiran Ari disebelahnya, sontak nengok. Ari hanya mengangkat kedua alisnya.
"Laper" jawab Tari singkat.
"Udah pesen?" tanya Ari.
"Udah" jawab Tari singkat.
"Pesen apa? soto?" tanya Ari tepat. Tari hanya mengangguk.
"Lo itu yah. Udah tau laper, mesennya yang rame" ucap Ari.
"Gue pengen soto kak" jawab Tari. Ari langsung bangkit melangkah kearah soto. Tari yang tau apa yang akan diperbuat Ari hanya bisa diam. Sebenernya dia tidak tega dengan orang yang sedari tadi mengantri, tapi perutnya juga tidak bisa diajak kompromi. Tak lama Ari kembali kemeja dengan membawa satu mangkuk soto.
"Makasih" ucap Tari dengan senyum. Ari hanya mengangguk.
"Udah kenyang?" tanya Ari saat soto yang dimangkuk telah dilahap habis.
"Udah. Lo gak makan?" tanya Tari balik.
"Gak" jawab Ari singkat.
"Kenapa?" tanya Tari.
"Gak laper" jawab Ari singkat.
"Oiya gue lupa. Lo kan emang gak punya rasa laper" ucap Tari dengan wajah seperti orang baru ingat sesuatu. Ari hanya tertawa geli.
"Gue mau kekelas kak. Belum ngerjain pr" ucap Tari tiba tiba.
"Pr apa?" tanya Ari.
"Kimia" jawab Tari jujur. Ari mengangguk. Cowok itu tau kalau ceweknya sangat lemah dalam pelajaran kimia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Untuk Matahari *fanfiction
FanfictionTari adalah seorang cewek yang sangat beruntung karena bisa mendapatkan cowok seperti Ari. Tapi untuk tetap bisa bersama Ari, membutuhkan perjuangan yang sangat besar. Siap fisik dan hati. Ata adalah orang yang dibutakan oleh benci. Tidak memandang...