Empat dua

912 44 7
                                    

Karena pemakaman akan dilakukan besok pagi, maka Tari, Fio, Ridho, Oji pulang. Juga Ata. Ari dibawa kerumahnya. Mama bertekat untuk menemani Ari sampai besok. Tapi kemudian mama sadar kalau dirinya dan Fahri sudah bukan mukhrim. Papa terus menenangkan adinda. Papa kedapur untuk mengambilkan minum untuk adinda sebelum mengantarkan pulang. Mama kaget setengah mati saat seorang cowok tiba tiba berdiri didepannya.
"Ari?!" ucap mama terkejut.
"Kamu..." ucap mama bingung.
"Maafin Ari ma" ucap Ari.
"Gak! Gak mungkin! Itu pasti bukan Ari! Arikan udah meninggal. Aku pasti sudah gila!" Ucap mama dengan tangan memegang kepala. Ari mendekat dan berjongkok didepan mamanya.
"Ma, ini Ari. Matahari senja" ucap Ari. Mama melihat kedepannya. Ini memang benar Ari.
"Ari?" Ucap mama tak percaya.
"Maafin Ari ma" ucap Ari.
"Kamu masih hidup?" Tanya mama benar benar tak percaya kalau anaknya itu masih hidup.
"Iya ma. Ini Ari. Ari masih hidup. Ari minta maaf karena Ari berpura-pura meninggal" jawab Ari. Mama memegang wajah anaknya itu. Benar. Ini memang Ari.
"Ada apa ini Ari? Kenapa kamu melakukan ini?" Tanya mama saat dirinya sudah benar benar yakin kalau ini adalah Ari.
"Ma, Ari ngelakuin ini buat kebaikan kita semua" ucap Ari.
"Maksud kamu?" Tanya mama tak mengerti dengan ucapan Ari barusan.
"Ma, Ari tau Ata benci sama Ari. Ari ngelakuin ini supaya Ata sadar dan gak benci Ari lagi" jelas Ari.
"Tapi apa yang kamu lakukan ini sangat keterlaluan Ari" ucap mama.
"Ma, ini cara satu satunya supaya Ata gak benci Ari lagi" ucap Ari.
"Dari mana kamu tau kalo setelah ini Ata tidak membenci kamu lagi?" Tanya mama tak yakin.
"Karena Ari tau, Ata sangat menyesal atas perbuatannya yang udah nyebabin Ari meninggal. Dan dari situ Ari yakin kalau Ata udah gak benci lagi sama Ari" jelas Ari.
"Ma, maafin Ari" ucap Ari lagi.
"Iya sayang. Mama maafin. Mama harap rencana kamu ini berhasil menghilangkan rasa benci kakak kamu ke kamu" ucap mama.
"Iya ma" ucap Ari.
"Berarti yang dibilang dokter Andre bohong?" Tanya mama.
"Soal yang mana?" Tanya balik Ari.
"Yang dokter bilang kalo hidup kamu tinggal 5%" jelas mama.
"Dokter Andre gak bohong kok ma. Dia aja sampai kaget pas tau kalo Ari sadar dan kondisi Ari langsung pulih" ucap Ari.
"Tapi kok dia gak bilang waktu kamu sadar?" Tanya mama.
"Ari yang minta. Ari minta supaya gak bilang siapapun. Dan  setelah dokter Andre bilang kalau kondisi Ari sudah pulih dan boleh pulang, Ari minta dinyatakan meninggal" jelas Ari. Mama menarik nafas lega.
"Ngomong ngomong, trus rencana kamu selanjutnya apa?" Tanya mama.
"Ari udah siapin semuanya. Ini akan berjalan sampai pemakaman" jawab Ari. Mama tidak mengerti. Lalu, siapa yang nanti akan dikubur?
"Ari udah siapin makam kosong. Jadi, nanti mama bilang ke mereka kalau itu makam Ari" jelas Ari ketika mama memasang wajah bingung.
"Oke. Termasuk pacar kamu?" Tanya mama lagi.
"Justru Ari penasaran banget sama Tari. Ari pengen liat, seberapa sedihnya dia" ucap Ari tersenyum.
"Oh jadi ceritanya kamu pengen nyadarin Ata sekaligus ngetest Tari?" Tanya mama cerdas.
"Nah iya. Ibaratnya, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui" ucap Ari tersenyum jail.
"Jahat kamu Ri. Ntar kalo dia malah marah gimana?" Tanya mama mengira-ngira.
"Ari tau semua perbuatan pasti ada resiko dan Ari siap nanggung resikonya" ucap Ari. Mama tersenyum. Ari kecil yang manis dan pendiam kini sudah dewasa. Ia tumbuh menjadi anak yang tak kenal takut. Berani menanggung resiko atas apa yang diperbuatnya. Mengerti apa itu cinta. Bahkan dia juga sudah mengerti apa itu pengorbanan.
"Ari?" Ucap papa tak percaya saat cowok didepan Aninda menyebut dirinya dengan nama Ari.
"Iya pa. Ini Ari" ucap Ari.
"Kamu..." ucap papa terpotong.
"Ari masih hidup" potong Ari. Papa langsung mendekati Ari dan memeluk anaknya itu. Hangat. Hari ini. Saat ini. Ari kembali merasakan kehangatan dari seoarang papa. Kehangatan yang tidak pernah ia rasakan semenjak keluarganya hancur. Ari menjelaskan semuanya kepada papa.
"YaAllah Ari. Kamu benar-benar mendapatkan mukjizat. Hidup 5% itu sangat kecil kemungkinan untuk sembuh. Tapi kamu..kamu bisa Ari. Bahkan kamu bukan hanya sembuh tapi juga pulih kembali" ucap papa dengan seluruh rasa syukur. Papa akan sangat menyesal jika Ari benar-benar meninggal. Papa akan menyesal karena selama ini ia tidak pernah mempedulikan Ari. Ia hanya peduli kalau Ari sakit parah atau koma.
"Pa. Ari boleh minta satu permintaan" ucap Ari lembut.
"Apa Ari?" Tanya papa.
"Rahasiakan semua ini" ucap Ari.
"Maksud kamu..." ucap papa terhenti. Ari mengangguk.
"Oke Ari. Papa akan turutin kamu. Terserah kamu aja" ucap papa. Ari bahagia. Hari ini ia benar-benar diperlakukan selayaknya anak. Ia mendapat pelukan kasih sayang, mendapat kepedulian, dan yang lebih menyenangkan ia mendapat perhatian lebih. Dari papa dan mamanya. Setelah 9 tahun lebih, hari ini dia mendapat semuanya. Semua yang dia impikan telah terjadi hari ini. Papa, mama, bahkan saudara kembarnya. Ia benar benar sangat bahagia. Ingin sekali waktu berhenti. Agar semua tetap seperti ini. Satu harapannya, mama dan papanya kembali bersatu. Dan menjadi keluarga seperti dulu.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang