Delapan belas

1K 20 0
                                    

Tak lama kemudian, mereka sampai di bandara.
"Dara!" panggil Tari ketika melihat Dara yang berada tidak terlalu jauh didepannya. Sontak Dara menengok kebelakang. Mencari asal suara itu.
"Tari!" ucap Dara. Mereka berlari mendekat. Tari lalu memeluk tubuh Dara. Ari yang sedari tadi mengikuti Tari berlari, seketika dilanda beberapa pertanyaan. Dia bingung setengah mati, melihat kejadian dihadapannya ini. Apa yang sudah terjadi selama dirinya menghilang?
"Lo kenapa gak nungguin gue?" tanya Tari saat pelukannya telah dilepasnya.
"Gue gak mau ganggu lo sama Ari" jawab Dara sambil menunjuk Ari dengan dagu.
"Lo tau gue sama kak Ari?" tanya Tari bingung. Dara menganguk.
"Gue yang ngasih tau Ridho" ucap Dara kemudian, lalu melirik kearah Ari dan menatap Tari lagi. Dara ingin sekali meminta maaf pada Ari. Dengan sekumpulan keberanian, akhirnya dia memberanikan diri untuk meminta maaf.
"Ri gue minta maaf ya" pinta Dara dengan menghadap Ari. Ari tidak langsung menjawab.
"Awas aja kalo lo gak mau maafin sahabat gue!" ancam Tari pada Ari.
"Sahabat?" tanya Ari bingung.
"Iya. Semenjak lo pergi, Dara jadi sahabat gue" jawab Tari.
"Oke. Gue maafin" ucap Ari dengan senyum lebar. Bukan, Ari memaafkan bukan karena Tari. Tapi karena dia memang sudah memaafkannya saat Tari bilang kalau Dara yang menjelaskan pada Tari.
"Tar, pertahanin Ari! masih ingetkan kata kata gue?" tanya Dara mengingatkan. Tari hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Ri, cukup gue. Oke" ucap Dara pelan. Sengaja, dia ingin melihat reaksi Tari. Tari yang mendengarnya hanya melotot.
"Dahh...gue pamit ya, jaga diri baik baik" ucapnya sambil lari melambaikan tangan, meninggalkan mereka berdua, dengan sesekali menengok kebelakang. Ari yang dapat merasakan kalau Tari menatapnya tajam, tidak menatap Tari balik.
"Gak sayang" ucapnya sambil merangkul bahu Tari.
"Kalo lo sampe berpaling, gue sate" ucapnya galak.
"Dikubur hidup hidup juga silahkan" ucap Ari santai menantang ancaman Tari, dengan menatap wajah Tari. Tari hanya menarik nafas berat. Seharusnya Tari sadar dari tadi, kalau Ari tidak akan pernah takut dengan ancaman apapun.

Hari ini adalah hari senin. Mungkin bagi orang lain ini hari senin biasa, tapi tidak untuk dua matahari itu. Ari dan Tari. Hari ini adalah hari dimana Ari kembali menjemput Tari. Kini, cowok itu sudah berada didepan rumah Tari.
"Pagi tante" sapa Ari lalu mencium tangan mama tari.
"Pagi, mau jemput Tari?" tanya mama tari.
"Iya tante. Boleh kan?" tanya Ari basa basi.
"Boleh dong. Tante malah senang kalau kamu yang jemput Tari" ucap mama tari.
"Kenapa emang tante?" tanya Ari penasaran.
"Karena Tari bawaannya selalu senang kalo bersama kamu" ucap mama tari jujur. Karena memang, jika Tari bersama Ari, Tari selalu tersenyum.
"Tante kok tau?" tanya Ari.
"Tari itu anak tante. Tante bisa merasakan kalau Tari bahagia bersama kamu" jawab mama tari menjelaskan. Ari hanya tersenyum lebar.
"Kamu kemana aja? Semenjak kamu gak ada, Tari tuh kaya patung" ucap mama tari.
"Maksudnya tante?" tanya Ari tak mengerti dengan ucapan mama tari barusan.
"Iya. Kerjaannya sehari hari cuma bengong" ucap mama tari jujur. Ari mengerti, ternyata Tari benar benar merasa kehilangan Ari. Belum sempat Ari menjawab, Tari sudah berjalan menghampiri mereka.
"Tari berangkat mah" pamit Tari lalu mencium tangan mamanya.
"Ari berangkat tante" pamit Ari lalu mencium tangan mama tari. Mama tari tersenyum melihat anaknya bisa tersenyum lagi. Kini mama tari sadar, kalau hanya Ari yang dapat membuat anaknya kacau dan balik seperti biasa.
"Udah lama?" tanya Tari saat mereka sampai dimotor.
"Gak" jawab Ari singkat sambil memberi jaket kepada Tari.
"Udah?" tanya Ari saat Tari sudah duduk dibelakangnya.
"Iya" jawab Tari lalu melingkarkan kedua tangannya di pinggang Ari.

Ari mengendari motornya dengan kencang. Selama perjalanan mereka berdua tidak bicara. Mereka sibuk membayangkan kejadian kemarin. Hatinya sangat senang. Sampai tak terasa, dia sudah sampai di sekolah. Semua orang menatap mereka dengan pandangan bertanya tanya. Kemana Ari? kenapa beberapa minggu ini dia tidak masuk? dan kenapa sekarang dia datang dengan Tari? bukannya hubungan Ari dengan Tari sedang tidak baik? lalu kenapa saat ini dia bersama Tari dengan posisi duduk Tari yang memeluk Ari dari belakang? pertanyaan itu lah yang saat ini berada didalam kepala seluruh siswa SMA Airlangga. Ari dan Tari tidak tau kalau ada sepasang mata yang menatapnya sinis. "Kuat juga hubungan lo sama dia" ucap seseorang pelan dengan senyum licik dibibirnya. Seperti biasa Ari memarkirkan motornya disamping mobil Ridho. Tari lalu turun dari motor Ari.
"Gimana Tar?" tanya Ridho pada Tari, saat Tari melepas jaket Ari. Ari melepas helm dan turun dari motor.
"Gimana apanya? liat sendiri kan sekarang" jawab Ari sambil merangkul pundak Tari. Tari tersenyum.
"Gak sia sia gue cerita" ucap Oji.
"Thanks Ji" ucap Ari pada Oji. Ari tau, kalau Oji pasti juga ikut menjelaskan. Karena hanya Oji yang tau semuanya. Jika Oji tidak menceritakan yang sebenarnya pada Tari, mungkin sekarang dia sudah kehilangan Tari.
"Sip bos" jawab Oji. Mereka berjalan menuju kelas dengan Tari yang masih dirangkul Ari.
"Kekelas gue dulu ya" ucap Ari pada Tari, Tari hanya mengangguk pasrah. Sebenarnya Tari agak takut memasuki kawasan kelas 12, tapi ya.. dia juga tau kalau Ari tidak pernah menerima kata bantahan.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang