Dua empat

1K 24 1
                                    

Guys maaf banget yahh. Part 24 yang kemarin aku publikasikan salah. Dan yang benar yang ini!

"Hai, boleh gabung?" tanya Ratih saat sampai dimeja Tari dan Fio. Mereka menengok kearah suara. Bingung. Mereka lalu mengangguk.
"Bener lo yang namanya Tari?" tanya Ratih dengan wajah menghadap Tari.
"Iya. Gue Tari" ucap Tari.
"Gue kesini pengen minta maaf" ucap Ratih.
"Buat apa?" tanya Tari.
"Sebenernya, yang gua bilang ke lo itu semuanya gak bener. Gue gak pernah jalan sama kak Ari" jelas Ratih jujur.
"Lo suka sama kak Ari? tanya Tari. Ratih mengangguk samar.
"Maaf Tar. Gue gak tau kalo lo ceweknya kak Ari" ucap Ratih lirih. Ratih sangat takut kalau Tari akan marah marah. Bukan, bukan Tari yang dia takuti, tapi Ari.
"Iya gapapa" ucap Tari santai. Sontak mata Ratih terbuka lebar. Kaget. Benar benar kaget.
"Lo gak marah?" tanya Ratih refleks.
"Buat apa gue marah?" tanya Tari.
"Biasanya kan kalo ceweknya tau pacarnya disukain orang lain pasti marah. Apalagi, gue bilang ke lo kalo gue sering jalan sama kak Ari" ucap Ratih. Benar, mana ada cewek kaya Tari. Ratih itu ibaratnya PHO.
"Suka? wajar. Lagian bukan cuma lo doang kok yang suka sama kak Ari. Banyak lagi" ucap Tari santai. Tari lalu tersenyum. Ratih membalasnya.
"Yaudah. Gue pergi dulu ya" pamit Ratih.
"Udah jelaskan?" tanya Fio saat Ratih sudah tidak kelihatan. Tari hanya mengangguk dan tersenyum.

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Tari langsung meninggalkan kelas. Memasuki ratusan orang yang memenuhi gerbang. Dia sendiri, karena Fio ingin kerumah tantenya. Tak jauu dari gerbang, Tari melihat seseorang yang sangat dikenalnya. Angga langsung menyalakan motornya dan menjalankan kearah Tari.
"Hai Tar" sapa Angga disamping Tari. Tari melihat sekitar.
"Hai nga" sapa balik Tari dengan mata yang masih kekiri dan kanan.
"Lo ngapain disini?" tanya Tari bingung.
"Jemput lo" jawab Angga.
"Hah?! Nga deh nga. Kalo kak Ari liat lo disini, bisa abis lo sama dia" ucap Tari terkejut.
"Gue gak takut!" ucap Angga santai.
"Dia gak punya hak buat ngelarang lo deket sama gue" ucap Angga.
"Nga inget! kak Ari cowok gue. Dia punya hak buat ngelarang gue deket sama siapapun. Termasuk lo!" ucap Tari mengingatkan.
"Maaf Tar gue lupa" ucap Angga jujur. Ya, Angga memang benar benar lupa kalau Tari telah menjadi milik Ari.
"Tapi kita masih bisa kaya dulu kan?" lanjut Angga.
"Maaf nga" jawab Tari dengan gelengan kepala.
"Kenapa?" tanya Angga.
"Sekarang keadaannya udah beda" jawab Tari.
"Apanya yang beda?" tanya Angga lagi.
"Semuanya udah gak kaya dulu" ucap Tari. Angga mengerti maksud ucapan Tari barusan.
"Tar, lo suka sama Ari?" tanya Angga to the point. Tari diam tidak menjawab.
"Jawab gue Tar!" cecar Angga.
"Iya. Gue suka sama kak Ari" jawab Tari jujur. Bless. Hati Angga begitu sakit mendengarnya.
"Oke. Gue balik dulu. Ntar malem gue jemput" ucap Angga. Tanpa mendengar jawaban, Angga langsug menjalankan motornya. Tari masih berdiri ditempatnya. Memandang kearah Angga menghilang. "Maaf nga. Dulu lo emang orang yang mengisi hati gue. Tapi lo pergi gitu aja. Dan sekarang kak Ari berhasil ngegantiin posisi lo. Gue sayang sama kak Ari" batin Tari.

"Tok tok tok" suara ketukan pintu.
"Kamu Angga kan?" tanya mama Tari saat melihat Angga.
"Iya tante. Tari ada?" ucap Angga.
"Oh iya ada. Sebentar ya" ucap mama tari. Angga mengangguk, mama tari lalu melangkah kekamar Tari.
"Tari" panggil mama Tari didepan pintu Tari. Tari yang sedang asik bermain puzle seketika menengok kearah pintu kamar.
"Ada yang cari kamu" lanjut mama.
"Siapa ma?" tanya Tari penasaran.
"Angga" jawab mama.
"Iya ma nanti Tari keluar" ucap Tari. Mama mengangguk dan pergi. Setelah merapikan puzle, Tari melangkah keluar kamar dan melanjutkan langkah ke arah pintu depan.
"Hai Tar" sapa Angga saat Tari didepannya.
"Hai nga" sapa balik Tari.
"Ada yang pengen gue omongin" ucap Angga to the point.
"Apa?" tanya Tari.
"Tapi gak disini" ucap Angga. Tari mengangguk. Dan masuk kedalam rumah. Dia memakai switer.
"Mau kemana?" tanya mama saat melihat anaknya keluar kamar dengan menggunakan switer.
"Mau keluar sebentar ma sama Angga" jawab Tari didepan mamanya.
"Yaudah. Pulangnya jangan malam malam ya" pinta mama. Tari mengangguk lalu mencium tangan mamanya.

Angga membawa Tari kesebuah taman yang berada tidak jauh dari rumah Tari. Mereka duduk bersebelahan.
"Lo mau ngomong apa?" tanya Tari to the point.
"Gue sayang sama lo Tar" ucap Angga. Tari diam. Meminta Angga supaya melanjutkan ucapannya.
"Gue mau lo jadi cewek gue" ucap Angga lagi.
"Gak! gue gak mau duain kak Ari!" ucap Tari tegas.
"Tar! lo tenang aja. Ari gak akan tau" ucap Angga santai.
"Gak!" ucap Tari sambil berdiri.
"Apa sih lebihnya Ari? nyampe buat lo gak mau ngeduain dia?" tanya Angga kesal sambil berdiri.
"karena kak Ari gak pernah ngeduain gue" jawab Tari lantang dengan menghadap ke arah samping *kearah Angga.
"Tapi dia sering nyakitin lo Tar" ucap Angga menahan marah.
"Dia emang sering nyakitin gue. Tapi gue sayang dia. Dan sampe kapanpun, gue gak akan pernah bales nyakitin perasaannya dengan cara ngeduain dia" ucap Tari tegas dan mantap. Ucapan itu membuat amarah angga keluar.
"Jadi lo lebih milih Ari dari pada gue?" tanya Angga marah.
"Kalo iya kenapa?" tanya Tari menantang.
"Mati!" ucap Angga pelan ditelinga kiri Tari lalu berjalan pergi. Dek. Seketika Tari dilanda ketakutan. Ya, cewek itu mengerti maksud kata "mati". Bukan, bukan dirinya yang sedang dalam bahaya. Tapi orang yang kini dicintainya yang berada dalam bahaya. Ari.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang