Dua tujuh

1K 27 0
                                    

Bel istirahat telah berteriak dengan sangat keras.
"Brakk" suara barang yang ditaruh dimeja Ari.
"Berani banget lo..." omel Oji terhenti saat dilihatnya orang yang menaruh tas dimeja Ari.
"Ada masalah?" tanya Ari dengan mengangkat kedua alisnya.
"Eh lo bos. Gue kira siapa" ucap Oji dengan cengiran kuda.
"Tari sekolah?" tanya Ari kemudian.
"Sekolah" jawab Oji. Setelah mendengar jawaban Oji, Ari langsung melangkahkan kaki ke kelas X-9. Dia melihat Tari dan Fio sedang berjalan kearah kantin. Cowok itu mengikuti dari belakang. Saat ditempat yang agak sepi, dia menutup mata Tari dengan tangan kanannya. Sontak langkah Tari terhenti.
"Ih siapa nih" ucap Tari sambil berusaha melepaskan tangan yang kini menutupi matanya. Fio melihat orang yang sedang menutup mata sahabatnya itu. Cowok itu mengkode Fio untuk diam dan pergi. Fio nurut nurut saja. Karena Fio tau, dia gak mungkin bermaksud jahat.
"Eh lepas. Siapa sih lo?!" ucap Tari lagi sambil memberontak. Semakin lama, Tari semakin memberotak dengan keras. Cowok itu memegang pundak kanan Tari dengan tangan kirinya. Tari yang sadar kalau dirinya dipeluk dari belakang, langsung mengerahkan seluruh tenaganya.
"Ihhh gak usah peluk peluk gue! siapa sih lo?! lepasin gak! gue aduin lo ke kak Ari! lepasin! Ihhh" teriak Tari dengan berontakan yang semakin keras. Sebenarnya cukup banyak orang yang lewat, tapi karena mereka tau itu adalah pentolan sekolah yang berstatus pacarnya Tari sendiri, jadi yaa mereka milih diam. Tak lama kemudian Tari berhenti memberontak. Dia tau percuma saja dia memberontak itu malah akan membuat pelukan itu semakin kencang.
"Mama...tolongin Tari..." ucap Tari memelas. Cowok itu lengah karena ucapan Tari barusan. Dia takut Tari menangis. Pelukannya pun tidak sekencang tadi. Tari dapat merasakan itu. Dia mengeluarkan seluruh tenaganya supaya bisa terlepas dari orang yang kini memeluknya.
"Duk" kepala Ari terbentur tembok yang ada didekatnya. Tari langsung melihat orang yang tadi memeluknya. Oh my god. Ari.
"Kak Ari lo gapapa kan kak?" ucap Tari panik saat melihat Ari yang menyender ditembok dengan tangan yang memegang dahi sebelah kiri. kepalanya yang terluka bekas kecelakaan kemarin, mengeluarkan cairan berwarna merah. Darah mulai keluar dari kepalanya. Mengalir pelan.
"Kak Ari lo kenapa?" ucap Tari dengan tangan yang memegang dahi Ari. Air matanya jatuh. Dia kaget saat melihat darah yang keluar dari kepala bagian depan.
"Hustt. Gak usah nangis! cuma berdarah dikit doang kok" ucap Ari santai menurunkan tangan Tari yang berada didahinya. Cowok itu menggenggam kedua tangan Tari.
"Kita kerumah sakit ya. Gue takut" ucap Tari memohon. Ari malah tertawa. Membuat Tari seketika terhenti dari tangisnya. Dan menatapnya dengan tatapan bingung. Apa yang lucu?
"Lo tuh lucu banget ya? cuma kaya gini aja dibawa kerumah sakit" ucap Ari masih dengan tawa. Cowok itu tidak memperdulikan Tari yang kini sedang menatapnya tajam. Tari pergi dan melangkah ke arah kantin.
"Ehh Tar" panggil Ari saat melihat Tari melangkah pergi. Belum jauh Tari melangkah, dengan cepat cowok itu menghentikan langkah Tari dengan cara berdiri didepannya.
"Minggir!" ucap Tari kesal.
"Ngambek?" tanya Ari.
"Tau ah!" jawab Tari membuang muka kesamping.
"Yaudah gue minta maaf" ucap Ari. Tari mengarahrah wajahnya ke depan, melihat Ari.
"Gue bakal maafin lo, kalo lo jawab pertanyaan gue dengan jujur" ucap Tari.
"Pertanyaan apa?" tanya Ari bingung.
"Kenapa lo bisa kaya gini?" tanya Tari.
"Kan tadi kebentur" jawab Ari bohong.
"Gak. Lo bohong. Pasti ada hal lain" ucap Tari. Ari hanya diam, bingung ingin menjawab apa. Tari sudah sangat mengenal Ari. Mau bohong pun akan ketahuan.
"Kalo lo gak mau jawab, yaudah gapapa" ucap Tari kesal. Cewek itu lalu melanjutnya jalannya melewati jalan kosong disebelah kanan Ari. Ari balik badan dan mengejar Tari.

Kantin ini sangat ramai. Cowok itu bingung mencari sosok yang tak lama menghilang. Tapi, tak lama kemudian dia melihat Tari yang duduk sendiri. Cewek itu terlihat sedang mengetik. Ari menghampirinya. Saat sampai, cowok itu langsung menarik handpone yang sedang dipegang Tari.
"Sms siapa?" tanya Ari saat melihat laporan pengiriman pesan. Ya, Ari tidak tau siapa orang yang dikirimi pesan oleh Tari. Saat Ari sampai dan menarik hp Tari, cewek itu sudah selesai mengetik dan bahkan sudah kembali kelayar awal.
"Bukan urusan lo!" ucap Tari berdiri sambil menarik hpnya lagi. Dan kembali duduk.
"Masih ngambek?" tanya Ari sambil duduk disamping Tari. Tari tidak menjawab. Tanpa dijawab pun Ari sudah tau kalau ceweknya ini masih marah.
"Makasih" ucap Tari pada pedagang saat makanannya tiba.
"Tar" panggil Ari. Tari malah asik menyantap makanannya itu.
"Tari!" Panggil Ari lagi. Lagi lagi Tari diam. Benar benar menganggap Ari tidak ada.
"Oke gue ngalah" ucap Ari kemudian. Sebenernya dia tidak ingin memberitau Tari kalau dia abis kecelakaan, tapi yaa kediaman Tari sangat memaksa Ari untuk bicara. Tari berhenti makan. Dia minum lalu menghadapkan wajahnya ke arah Ari.
"Gue kecelakaan beberapa hari yang lalu" ucap Ari jujur. Tari tidak terlalu kaget, karena dia sudah punya perkiraan. Antara berantem atau kecelakaan.
"Yaudah bentar" ucap Tari sambil berdiri. Ari langsung memegang tangan Tari.
"Mau kemana?" tanya Ari.
"Beli tisu" jawab Tari. Ari lalu melepaskan tangan Tari. Tak lama kemudian, Tari balik dengan tisu yang berada ditangannya dan plester. Cewek itu duduk kembali dan membuka tisu itu.
"Kak" panggil Tari.
"Ya" ucap Ari dengan menengok ke arah Tari. Tari berdiri. Cewek itu mengelap darah didahi Ari dengan tisu. Setelah darah disekitar luka sudah bersih, dia mengambil tisu lagi dan menutup luka itu dengan tisu dan plester. Tari duduk kembali. Ari tersenyum melihat perlakuan Tari yang manis ini.
"Untuk sementara pake tisu dulu. Ntar kita ke uks" ucap Tari lembut. Ari hanya tersenyum.
"Masih sakit?" tanya Tari. Ari tidak menjawab, dia hanya menggeleng.
"Makasih" ucap Ari tulus.
"Buat apa?" tanya Tari bingung.
"Buat perhatian lo" jawab Ari. Tari hanya mengangguk dengan senyum dibibirnya.
"Udah gak marah?" tanya Ari polos.
"Siapa yang marah? dari tadi juga gue gak marah kali kak" ucap Tari santai.
"Jadi, lo.." ucap Ari tertahan. Tari tertawa pelan dengan kedua tangan yang diangkat dan jari yang membentuk huruf V. Ari mengacak rambut Tari gemas. Mereka tertawa bersama. Seketika raut wajah Ari berubah menjadi bingung.
"Kenapa kak?" tanya Tari.
"Tadi.." ucap Ari dengan sedikit ragu. Tari mengerti dikeluarkannya hp dari saku bajunya.
"Ini?" tanya Tari sambil menaruh hp didepan Ari. Ari cukup kaget. Dia melihat kearah Tari.
"Buka aja. Sandinya matahari" ucap Tari kemudian.
"Serius?" tanya Ari sambil mengangkat hp itu.
"Kenapa gak?" tanya balik Tari.
"Lo gak takut ketauan?" tanya Ari polos. Pertanyaan Ari membuat Tari tertawa. Ari membuka hp Tari. Membuka pesan. Ternyata itu adalah pesan dari mamanya. Setelah selesai, cowok itu memberikan hp itu ke pemiliknya. Cowok itu melihat Tari tersenyum lebar.
"Gue gak mau nyembunyiin sesuatu dari lo kak" ucap Tari tulus.
"Sekarang cewek gue udah pinter gombal yaa" ucap Ari tersenyum jail.
"Ihh apasih lo kak. Siapa juga yang gombal" ucap Tari sebal. Ari tersenyum melihat wajah Tari yang tiba tiba memerah.
"Oya, lo beberapa hari kemarin kemana kak?" tanya Tari mengintrogasi.
"Baru juga beberapa hari gak ketemu, udah kangen aja" ucap Ari kalem.
"Gue serius kak" ucap Tari serius.
"Koma sayang" ucap Ari kalem. Tari memasang wajah tidak mengerti.
"Abis kecelakaan, gue koma 5 hari" jelas Ari.
"Hah?! serius kak? kok bisa sih? lo naik motornya gimana? kenapa bisa kecelakaan? trus keadaan lo sekarang gimana?" tanya Tari berendet. Tari panik saat mengetahui semuanya.
"Gue harus jawab yang mana dulu nih?" tanya Ari kalem.
"Terserah lo. Pokoknya jelasin!" ucap Tari tak sabar.
"Gue udah gapapa" ucap Ari.
"Trus kenapa lo bisa jatuh?" tanya Tari lagi. Ari terdiam sebentar. Cowok itu menarik nafas berat.
"Gue gak tau jelasnya kaya gimana. Yang gue inget, terakhir gue sama nyokap berantem sama bokap" ucap Ari lirih. Tanpa dijelasin berantemnya seperti apa, Tari sudah tau kalo Ari berantem dengan papanya pasti hebat. Apalagi ada mamanya.
"Maaf kak" ucap Tari tulus.
"Maaf kenapa?" tanya Ari bingung.
"Gue kira lo sama cewek lain lagi" ucap Tari jujur dengan mengahadapkan wajahnya ke depan. Tari memang sempat berfikir kalau Ari sedang bersama cewek lain karena dulu Ari pernah melakukannya bersama Dara. Ari tertawa geli.
"Tar" panggil Ari sambil memegang pundak Tari. Memutarnya sampai mereka berhadap hadapan. Seperti meminta seluruh perhatian Tari.
"Gue sayang sama lo. Gak mungkin gue berpaling" ucap Ari kemudian. Wajah Tari seketika memerah.
"Lebay" ucap Tari tersenyum sambil menghadapkan wajahnya kearah lain.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang