Tiga sembilan

796 38 2
                                    

"Tar, udah dong jangan sedih terus. Nanti kak Ari juga ikutan sedih" ucap Fio.
"Gue kesepian Fi. Seminggu kak Ari koma. Gak ada perubahan Fi. Gue takut" ucap Tari gemetar.
"Tar, lo harus yakin kalo kak Ari akan sembuh. Lo gak boleh pesimis gitu" ucap Fio sedih.
"Fi gue takut" ucap Tari. Tari menangis dan langsung dipeluk Fio.
Tar gue tunggu di taman. Ada yang pengen gue omongin pesan dari Ridho.
Iya kak balas Tari. Tari lalu bergegas bangkit.
"Mau kemana Tar?" Tanya Fio.
"Taman Fi" jawab Tari.
"Ada apa kak?" Tanya Tari saat sudah sampai ditaman.
"Lo tau siapa yang udah buat Ari kecelakaan?" Tanya Ridho.
"Gue tau" jawab Tari.
"Siapa?" Tanya Ridho.
"Angga" jawab Tari.
"Gak mungkin" ucap Ata.
"Gak mungkin gimana? Terakhir kak Ari di sms Angga. Angga yang ngajakin balapan" ucap Tari
"Gue yakin itu bukan Angga" ucap Ridho yakin karena memang pada saat kejadian, Angga sedang bersama Ridho.
"Kenapa lo yakin banget?" Tanya Tari.
"Karena waktu Ari kecelakaan, Angga ada sama gue" ucap Ridho. Tari bingung.
"Lo megang hp Ari?" Tanya Ridho.
"Iya kak" ucap Tari.
"Gue boleh liat smsnya?" Tanya Ridho.
"Gue gak bawa kesekolah kak. Hpnya ada dirumah" ucap Tari.
"Oke. Nanti lo kerumah sakitkan?" Tanya Ridho memastikan.
"Iya" jawab Tari
"Nanti bawa hpnya!" perintah Ridho.
"Iya kak" ucap Tari. Ridho lalu melangkah pergi. Tari bingung. Siapa yang sms kekasihnya itu? Dan mengapa dia mengaku sebagai Angga?

"Tar" panggil Ridho saat Tari sedang diam memandangi wajah Ari yang masih tertidur. Tari menengok.
"Iya kak?" Sahut Tari dengan mata merah.
"Jangan nangis terus. Berdoa aja buat Ari!" Nasihat Ridho.
"Gue selalu berdoa buat dia kak" ucap Tari.
"Hp Ari lo bawakan?" Tanya Ridho.
"Iya gue bawa" jawab Tari.
"Ikut gue!" Ajak Ridho. Tari mengikuti langkah Ridho. Ridho membawanya ke taman rumah sakit. Disana sudah berada seorang lelaki yang dikenal Tari.
"Hai Tar" sapa Angga.
"Hai ga" sapa balik Tari.
"Gue boleh liat hp Ari?" Ucap Angga langsung.
"Ini kak" ucap Tari sambil memberikan hp Ari kepada Angga.
"Sandinya" ucap Angga sambil memberikan hp Ari lagi kepada Tari. Tari membuka sandinya. Jelas dia tau, karena sandinya adalah nama Ari dan dirinya. Senja Jingga. Setelah sandinya terbuka, Angga membuka hp Ari. Membaca pesan. Angga berfikir, sepertinya ia mengenali nomor ini.
"Nomor ini gak asing" ucap Angga.
"Siapa?" Tanya Tari.
"Gue lupa. Tapi nomor ini pernah sms gue" ucap Angga sambil mengingat.
"Lo harus inget Ga! Penting" ucap Ridho.
"Iya Dho gue tau" ucap Angga. Seketika mereka bertiga diam. Angga berusaha mengingat pemilik nomor itu, sedangkan Tari dan Ridho berfikir mengira-ngira siapa orang yang mungkin melakukan hal ini.
"Kalo gak salah.." Angga memberhentikan ucapannya sambil terus mengingat.
"Siapa Ga?" Tanya Tari penasaran.
"Ata" ucap Angga. Satu nama yang tertera di pikiran Tari dan Ridho.
"Gue juga ngiranya dia" ucap Ridho.
"Bener dugaan gue" ucap Tari.
"Maksudnya?" Tanya Angga.
"Kak Ata itu orang yang gak suka sama hubungan gue. Jadi masuk akal kalo kak Ata dalangnya" Ucap Tari.
"Bisa jadi Tar. Lagian seinget gue juga yang sms gue waktu itu adalah Ata" ucap Angga. Mereka bertiga lalu kembali ke ruangan Ari. Tari dan Angga diluar masih membicarakan hal ini, sedangkan Ridho masuk untuk melihat Ari. Langkahnya terhenti saat melihat seorang cowok memeluk tubuh Ari. Ridho memicingkan mata. Tak lama Ridho menyadari siapa orang itu.

Hari sudah malam, Ridho bergegas untuk pulang. Saat sampai diparkiran, Ridho melihat orang yang tadi memeluk Ari. "Tunggu!" Panggil Ridho dengan keras. Orang itu menengok. Dengan cepat Ridho menghampirinya.
"BUKK" tonjok Ridho.
"Maksud lo apa Dho?" Tanya orang itu.
"Lo tanya maksud gue apa?! Hah?!" Tanya Ridho. "BUKK" tonjok Ridho sekali lagi.
"Gue tau gue salah Dho. Gue minta maaf" ucapnya tulus.
"Lo pikir, dengan lo minta maaf Ari bisa balik lagi?! Iya?!" Ridho semakin membabi buta.
"Gue nyesel Dho. Gue minta maaf" ucapnya lirih.
"Terlambat Ta. Dan kalo lo mau minta maaf, lo minta maaf sama Ari. Bukan sama gue" ucap Ridho.
"Gue harus gimana Dho? Gue nyesel" ucap Ata dengan penuh penyesalan.
"Lo berdoa aja. Semoga Ari dapet keajaiban. Karena cuma mukjizat yang bisa nolong dia" ucap Ridho. Ata diam, tidak tau harus bagaimana.

Tari terus saja menangis didalam kamarnya. Ari, Ari dan Ari. Perkataan dokte sore tadi terus saja menari dalam pikiran Tari. Ari. Apakah Tari sanggup jika harus melepas Ari pergi? Apa Tari bisa memulai semuanya dari awal? Tanpa sosok cowok yang selalu membuat warna dalam hidupnya? Apa Tari rela jika semuanya harus kembali seperti dahulu? Ya, sebelum hadirnya cowok itu.
"Tari" ucap mama dengan tangan yang memegang makanan. Tari hanya menengok.
"Makan dulu ya. Nanti kamu sakit" bujuk mama.
"Tari gak laper ma" tolak Tari.
"Tari, kamu gak boleh kayak gini. Jangan terlalu larut dalam kesedihan sayang" ucap mam.
"Tari gak bisa liat kak Ari kayak gini terus ma" ucap Tari. Mama Tari lalu memeluknya. "Udah 2 minggu kak Ari koma, dan dokter bilang keadaannya semakin parah" lanjut Tari.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang