"Gue bahagia dengar Ari bisa ketawa lagi" ucap Dara ditelfon.
"Gue apalagi. Semenjak ada Tari, dia ada perubahan" ucap seorang cowok ditelfon.
"Syukurlah. Oiya kabar llu gimana disana?" tanya Dara.
"Baik. Lo sendiri gimana?" tanya cowok itu.
"Gue juga baik" jawab Dara."Tar" panggil Ari.
"Hmm?" sahut Tari dengan mulut yang masih mengunyah soto.
"Selama gue gak ada, lo pulang sama siapa?" tanya Ari tiba tiba. Tari yang sedang makan, seketika tersendak karena pertanyaan Ari barusan.
"Minum minum" panik Ari. Cowok itu memberikan minum pada Tari. Tari mengambilnya dan meminumnya. Setelah Tari bisa bernafas lega, Ari mulai meminta jawaban.
"Kenapa?" tanya Ari bingung.
"Emm... itu...anu..." ucap Tari terbata. Tari bingung, dia harus jawab jujur atau tidak. Kalau dia jujur... "duh gak! gak" batin Tari. Ari menaikkan sebelah alisnya. Menunggu jawaban Tari.
"Woy" teriak Ata. Sontak Ari dan Tari menengok kearah samping. Tari melihat cowok itu sama seperti melihat hantu. Cewek itu langsung membuang muka ke depan. Seketika wajahnya menjadi orang yang sedang ketakutan.
"My brother" ucap Ata memeluk tubuh samping Ari.
"Kemana aja lo?" tanya Ata setelah pelukannya dilepas.
"Biasa urusan" ucap Ari. Ata mengarahkan pandangan ke arah Tari. Tatapannya begitu tajam. Ata mengangguk lalu pergi membeli aqua botol. Ata melangkah ke arah pintu kantin.
"Ri gue duluan ya" pamit Ata pada Ari. Kebetulan pintu kantin melewati meja Ari.
"Gak gabung aja ta?" tanya Ari.
"Gak. Ntar ganggu lagi" ucap Ata dengan senyum. Hanya Tari yang tau kalo senyum itu senyum licik.
"Yakan Tar?" tanya Ata pada Tari. Tari yang terkejut langsung menjawabnya.
"Eh, i..iya" jawab Tari terbata. Dengan cepat Tari langsung menghadap ke bawah. Tari takut setengah mati. Tari mengerti, Ata pasti adalah dalang yang membuat keributan hebat itu. Awalnya Tari tidak tau, tapi setelah disangkut pautkan dengan ancaman Ata, sekarang dia yakin 100% kalau Ata lah yang membuat semua sekenario ini. Ari dapat mencium ada sesuatu yang aneh sedang berjalan. Ata berjalan pergi sambil melirik Tari dengan lirikan yang sangat menusuk.
"Lo kenapa?" tanya Ari setelah Ata tidak kelihatan lagi. Yang ditanya hanya menggeleng dengan wajah yang masih menunduk.
"Tar" panggil Ari lagi.
"Gue..gpp kok kak" ucap Tari terbata. Ari memegang dagu Tari dan mengangkatnya. Cowok itu mengarahkan wajah Tari ke wajahnya. Dapat dilihat dengan jelas betapa pucatnya wajah Tari.
"Kalo ada apa apa jangan disembunyiin. Oke" ucap Ari dengan tangan yang masih memegang dagu Tari. Tari hanya mengangguk."Gue titip Tari!" ucap Ari pada Fio.
"Iya kak" ucap Fio. Ari pergi meninggalkan Tari.
"Tar lo kenapa?" tanya Fio. Sepertinya sahabatnya itu mengetahui kalau Tari sedang ketakutan.
"Gue takut Fi" ucap Tari memeluk Fio dan mengeluarkan air matanya.
"Lo kenapa? kak Ata lagi?" tanya Fio tepat sasaran.
"Ceritanya panjang Fi" ucap Tari.
"Lo tenang dulu, baru cerita" ucap Fio sambil mengelus punggung sahabatnya itu. Tak lama kemudian Tari sudah berhasil menguasai dirinya sendiri.
"Kemaren kemaren kak Ari koma karena kecelakaan" ucap Tari memulai cerita.
"Hah?! serius lo?!" tanya Fio tak percaya.
"Iya. Dan lo tau kenapa dia bisa keelakaan?" tanya Tari. Fio menggeleng.
"Ata dalangnya" jawab Tari. Fio membulatkan mata. Tak percaya.
"Hah?! lo beneran?!" ucap Fio terkejut. Dia memang tau kalo Ata adalah orang yang sangat jahat pada Ari. Tapi...
"Ih. Jahat amat sih tuh orang! dia gak mikir apa? kak Ari tuh kembarannya. Bisa yah dia ngelakuin ini?! gue gak habis fikir, dia itu orang apa iblis sih?!" Omel Fio.
"Gue gak ngerti Fi" ucap Tari lemas."Kak" panggil Tari.
"Ada apa Tar?" tanya Ridho.
"Gue pengen ngomong sesuatu" ucap Tari. Tari membawa Ridho ketempat yang agak sepi. Dan mulailah dia bercerita semuanya.
"Hah?! masa sih? gak mungkin Ata kayak gitu Tar" ucap Ridho tak percaya.
"Iya kak. Gue gak bohong. Gue butuh bantuan lo kak" ucap Tari.
"Bantuan apa?" tanya Ridho.
"Bikin kak Ari bahagia. Karena sebentar lagi gue akan tinggalin dia" ucap Tari menahan tangis.
"Maksud lo..." ucap Ridho terputus. Tari mengangguk.Didalam kamarnya Tari menangis. Mamanya yang melihat anaknya itu, langsung masuk ke dalam kamar Tari.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya mama tari di samping Tari. Tari langsung menghambur ke pelukan mamanya.
"Kenapa sayang?" tanya mama tari lagi.
"Ma, kalau seandainya orang yang mama sayang sedang dalam bahaya, dan satu satunya cara menjauhkan orang itu dari bahaya hanya dengan pergi menjauh. Apa mama akan lakukan itu untuk orang yang mama sayang?" tanya Tari ditengah tangisnya. Mama tari mengerti kalau apa yang Tari tanyakan ini adalah apa yang sedang Tari alami.
"Tari, kalau kamu sayang dia, kamu harus lepasin dia. Mama tau kamu sangat amat susah melepaskannya tapi mau tidak mau kamu harus bisa" ucap mama sambil mengelus rambut anaknya.
"Tapi aku sayang ma" ucap Tari terseguk.
"Mama tau nak. Tapi apa kamu bisa melihat orang yang kamu sayang menderita karna keegoisan kamu?" tanya mama. Tari menggeleng.
"Kalau melepaskannya bisa membuat dia terlepas dari bahaya yang akan membuatnya menderita, kenapa enggak?" tanya mama tari. Tari hanya diam. Mencerna baik baik apa yang dikatakan mamanya.
"Jangan egois sayang. Pikirin kebahagiaan dia juga" ucap mama lagi. Tari melepaskan pelukannya. Menyeka air matanya.
"Iya ma, Tari akan lepasin kak Ari" ucap Tari mantap. Mama tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jingga Untuk Matahari *fanfiction
Hayran KurguTari adalah seorang cewek yang sangat beruntung karena bisa mendapatkan cowok seperti Ari. Tapi untuk tetap bisa bersama Ari, membutuhkan perjuangan yang sangat besar. Siap fisik dan hati. Ata adalah orang yang dibutakan oleh benci. Tidak memandang...