Tiga satu

945 31 1
                                    

Tari pulang sendiri. Dia sama sekali tidak marah dengan Ari. Justru dia saat ini merasa bersalah dengan Ari. Tari terus saja memandang puzle didepannya. Otaknya berfikir menjadi dua topik.
"Ah kenapa gue gak bisa fokus sih?" Gerutu Tari kesal.
"Duh bisa gila gue kalo gini terus" ucap Tari. Cewek itu lalu mengambil hp yang tergeletak di atas kasurnya. Malam kak. Lo lagi apa? udah makan? isi pesan Tari. Ari tidak membalas satu kata pun.
Kak, lo marah? dan lagi lagi Ari tidak membalas.
Gue minta maaf kak setelah tiga kali mengirimkan pesan dan tidak ada jawaban, Tari pun nekat menelfon Ari.
"Tut..tut..tut.." telfonnya tidak diangkat.
"Tut..tut..tut.." masih tidak diangkat. Sampai 23 panggilan tak terjawab. Tari mulai gelisah. Kemana Ari? Apa kekasihnya masih marah? pertanyaan itulah yang muncul dalam otak Tari saat ini.
"Nomor yang anda hubungi sedang tidak dalam jangkauan. Mohon untuk menghubunginya beberapa saat lagi. Tut..tut..tut.." saat ini hp Ari tidak aktif.
"Kak lo kenapa? kenapa lo gak percaya sama gue kak?" Tanya Tari sendiri.

"Sayang" panggil mama Tari.
"Eh, iya ma?" tanya Tari.
"Kamu kenapa? Dari tadi mama liatin, kamu bengong mulu" ucap mama.
"Tari gak papa kok ma" ucap Tari bohong.
"Bener?" Tanya mama memastikan.
"Iya ma. Yaudah Tari berangkat sekolah dulu ya ma" pamit Tari.

Selama perjalanan Tari terus saja diam. "Apa yang dibilang mama benar? apa sekarang waktu yang tepat buat gue ngelepasin kak Ari? kenapa semuanya jadi kaya gini?" batin Tari.

"Neng ongkosnya" ucap seorang laki-laki membuyarkan lamunan Tari.
"Eh. Iya" ucap Tari setengah terkejut. Tak lama setelah memberikan uang pada lekaki itu, Tari bergegas untuk turun. Entah kebetulan atau bagaimana, Tari melihat Ari melewati dirinya begitu saja. Sama sekali tidak berhenti. Jangankan berhenti, nengok saja tidak.
"Pagi Tar" sapa Oji dengan senyum.
"Pagi kak" sapa balik Tari. Ridho yang tadu melihat Ari berangkat sendiri bisa merasakan kalau Ari ada masalah dengan Tari.
"Kak Ridho, gue mau ngomong sebentar bisa?" ucap Tari. Ridho mengangguk. Tari berjalan menjauh dan Ridho mengekornya dari belakang.
"Ada apa Tar?" tanya Ridho to the point.
"Gue mau minta tolong sama lo kak. Gue ada masalah sama kak Ari" jawab Tari.
"Oke. Sekarang lo cerita ke gue supaya gue ngerti sama masalah lo" ucap Ridho.
"Lo ingetkan waktu itu gue pernah cerita tentang kejahatannya kak Ata?" tanya Tari mengingatkan.
"Iya trus?" tanya Ridho.
"Gue ngomong ke kak Ari tentang kejahatannya kak Ata, tapi kak Ari gak percaya" jelas Tari.
"Jadi sekarang Ari ngejauhin lo karena hal ini?" tanya Ridho cerdas.
"Iya kak. Dan gue juga pernah bilang ke lo, kalo gue akan tinggalin kak Ari. Masih inget?" tanya Tari.
"Masih. Apa lo beneran mau putusin hubungan lo sama Ari?" tanya balik Ridho. Tari mengangguk.
"Gak ada pilihan lain kak. Gue gak mau kak Ata makin berbuat aneh-aneh sama kak Ari" ucap Tari pasrah.
"Tar, lo sayangkan sama Ari?" tanya Ridho. Tari hanya diam.
"Udahlah. Mau nyampe kapan lo nyangkal hati lo, kalo lo itu sebenernya sayang sama Ari?!" ucap Ridho.
"Coba deh lo pikir! Apa dengan lo putusin hubungan kalian, semuanya akan normal lagi? apa Ari bisa bahagia? bukan cuma lo yang akan tersiksa, tapi Ari juga. Bahkan dia bisa jauh lebih tersiksa dari lo" ucap Ridho.
"Tapi..." ucap Tari.
"Tar, saat-saat kaya gini dia butuh banget support. Dan lo adalah satu satunya support terbesar dia" ucap Ridho.
"Gue akan coba ngomong ke Ari" lanjut Ridho. Dia lalu pergi meninggalkan Tari yang masih berdiri ditempatnya.
"Kak Ari" ucap Tari setelah balik badan dan melihat Ari yang berdiri di depannya saat ini. Awalnya cowok itu berniat tidur dibangku taman, tapi ketika melihat Tari, cowok itu langsung putar arah.
"Kak tunggu kak" ucap Tari saat melihat Ari pergi.

"Siapin anak anak! Cepat!" teriak Ridho dengan kencang. Ari yang sadar akan kondisi ini, langsung bergegas kearah gerbang.

"Kak Ari! Tari diculik!" teriak Fio. Seketika beberapa orang menengok kearah suara.
"Dho! Urus semuanya!" ucap Ari sambil berlari kearah Fio. Ridho yang tau kalau Ari pasti inging menyelamatkan Tari, tidak berbicara sedikitpun.
"Dimana?" tanya Ari panik.
"Arah gerbang belakang" jawab Fio cepat. Setelah mendengar jawaban Fio, panglima perang langsung berlari kearah gerbang belakang. Matanya menyapu dengan cepat namun teliti. Sampai akhirnya.....
"Lepasin! Lepasin gue! Lepasin!" teriak Tari kencang. Ari menghentikan larinya, difokuskan pendengarannya agar dia tau dimana asal suara itu. Cowok itu melanjutkan larinya mendekati gerbang belakang. Dan benar, dia melihat Tari yang sedang ditarik untuk berjalan kearah mobil berwarna silver di sebrang jalan.
"Lepasin! Lepasin gue! Kak Ari..." teriak Tari dengan tangis.
"Bukk" pukul Ari tepat dipipinya. Seketika cengkraman pada tangan Tari terlepas. Orang itu berdiri dan berusaha memukul balik Ari, namun dengan sigap tangannya berhasil ditangkap. Mereka berkelahi hingga orang itu babak belur. Ari membuka tutup kepala yang digunakan oleh orang itu. Jelas. Orang itu salah satu siswa brawijaya. Walaupun dirinya memakai baju biasa, namun Ari hafal dengan wajahnya. Wajah yang selalu hadir di medan perang.
"Sekali lagi lo berani sentuh dia, gue gak akan biarin hidup lo tenang!" ancam Ari. Cowok itu bangkit dan bergegas masuk ke dalam mobil itu.
"Pengecut!" ucap Ari pelan. Dia melihat kearah samping. Tari, cewek itu terdiam. Matanya masih memandang lurus kedepan. Air matanya mengalir deras. Wajahnya yang pucat memberi sinyal kalau dia sangat ketakutan. Ari menghampiri Tari dan langsung memeluknya.
"Gak usah takut. Ada gue. Gue jamin dia gak akan pernah sentuh lo lagi" ucap Ari lembut.
Ucapan Ari barusan membuatnya tersadar dari keterdiamannya. Tari membalas pelukan Ari. Erat sekali. Ari semakin yakin kalau saat ini, kekasihnya sedang dalam ketakutan yang luar biasa. Cowok itu mengelus rambut Tari lembut.
"Udah tenang?" tanya Ari saat dia melepas pelukannya. Tari hanya mengangguk.
"Ayo masuk" ajak Ari menarik tangan Tari lembut.
"Lo disini aja. Jangan kemana-mana. Gue mau keluar buat bantu anak-anak. Ntar gue kesini lagi. Oke?!" ucap Ari saat mereka berada ruangan kelas 12 IPA 3. Ya, Ari membawa Tari ke kelasnya. Tari hanya mengangguk sebagai jawaban.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang