Empat puluh

873 38 2
                                    

Hari berlalu, tak terasa sudah 3 minggu Ari koma. Tari sudah mulai menerima keadaan ini. Walaupun kalau keingat nama Ari, Tari langsung sedih.
"Tar, dateng ya" ucap Rina sambil memberikan kertas.
"Iya Rin" ucap Tari. Rina balik badan, ingin memberi kepada yang lain.
"Oiya satu lagi" ucap Rina balik badan kembali menghadap Tari. Tari memasang wajah bertanya.
"Bawa pasangan!" Ucap Rina tanpa dosa lalu meninggalkan Tari.
"Tar" panggil Fio lembut. Fio yakin kalau Tari mengingat Ari lagi. Seperti tersambar petir, Tari lari ke luar kelas.
"Fi, Tari kenapa?" Tanya Rina bingung.
"Lo sih Rin" ucap Fio.
"Kok gue?" Tanya Rina. Rina benar benar lupa kalau kekasihnya Tari sedang koma.
"Tadi lo bilang apa? Bawa pasangan. Yakan?" Tanya Fio mengingatkan ucapan Rina tadi.
"Iya trus? Diakan bisa bawa kak.." ucap Rina terhenti. Rina ingat kalau Ari sedang koma.
"Kak siapa?" Tanya Fio kesal.
"Em..gue lupa Fi" ucap Rina. Ia baru ingat kalau Ari sedang koma.
"Lo minta maaf aja sama Tari! Gue kekantin dulu" pamit Fio.
"Iya Fi" ucap Rina. Tak lama Tari masuk kelas dan langsung duduk ditempatnya. Rina duduk di bangku Fio.
"Tar, gue minta maaf ya. Gue bener bener lupa" ucap Rina menyesal.
"Gpp kok Rin. Mungkin emang guenya aja yang terlalu lebay" ucap Tari berusaha senyum.
"Lo gak lebay Tar. Kalo gue ada diposisi lo, pasti gue juga akan kayak lo. Gue minta maaf ya Tar" ucap Rina.
"Iya gpp kok Rin" ucap Tari tersenyum.
"Emm gini deh Tar, kalo gak lo dateng aja sama Fio. Fio juga gak punya pasangankan?" ucap Rina.
"Liat nanti aja ya Rin. Gue juga mau kerumah sakit soalnya" ucap Tari.
"Yaudahdeh Tar" ucap Rina lalu kembali ketempat duduknya.

Setelah pulang sekolah, Tari langsung pulang dan berganti pakaian. Seperti biasa, cewek itu langsung kerumah sakit.
"Tari" panggil mama Tari.
"Iya ma?" Sahut Tari.
"Kamu mau kerumah sakit lagi?" Tanya mama memastikan.
"Iya ma" jawab Tari.
"Mama titip laundry ya sayang. Ditempat biasa" ucap mama sambil memberi kantung plastik yang berisi pakaian. Tari mengambilnya.
"Yaudah ma, Tari berangkat dulu ya. Assalamualaikum" pamit Tari mencium tangan mamanya.
"Waalaikumsalam" balas mama. Tari melalui jalan biasanya. Tari melihat sesuatu yang membuat senyumnya menhembang. Tari sadar, ia tidak boleh berlarut dalam kesedihan. Terus melangkah, tak terasa sudah sampai tempat laundry. Tari menyerahkan pakaiannya itu ke tukang laundrynya. Setelah itu, dia menaiki taxsi ke arah rumah sakit. Tapi sampai di pertengahan jalan, Tari melihat taman dan langsung mengingat sesuatu.
"Pak berhenti pak" ucap Tari. Taxsi itu lalu berhenti. Tari membayar dan turun. Dengan langkah cepat, cewek itu melangkah kesuatu tempat yang membuatnya ingat pada suatu hal. Tari duduk ditepi danau itu.
"Gue kangen" ucap Tari. Air mata itu menetes. Tari ingat, dulu ia pernah menghapus air mata Ari disini. Air mata yang disebabkan oleh papanya yang membawa seorang perempuan tinggal dirumahnya.
"Lo kenapa gak sadar sadar kak? Gue kangen. Gue kesepian. Tempat ini, tempat dimana gue ngapus air mata lo. Dan gue gak mau itu jadi yang terakhir. Lo harus sembuh kak. Gue hampa" ucap Tari. Cewek itu membiarkan air matanya meluncur dengan deras.
"Kenapa disaat gue butuh lo, lo malah tidur lama? Lo mimpi apa? Apa yang ngebuat lo gak mau buka mata?" Tanya Tari sendiri. Seketika perkataan dokter, muncul lagi dikepalanya.
"I hope you. Comeback please! I can't forget all memories" ucap Tari. Tari menangis, mengingat semua kenangannya bersama Ari. Saat ini, Tari benar benar merasakan apa itu kehilangan. Sakitnya kehilangan. Dan perihnya merasakan ada namun seperti tiada. Dikediaman Tari melihat air, hpnya berbunyi.
"Halo Tar" ucap Ridho.
"Iya kak, kenapa?" Tanya Tari.
"Tar lo dimana?" Tanya Ridho.
"Gue ditaman. Emangnya kenapa kak?" Tanya balik Tari.
"Lo gak kesini?" Tanya Ridho lagi.
"Gue kesana entar kak" jawab Tari.
"Yaudah. Cepet kesini Tar"
"Kenapa kak? Ada apa?" Tanya Tari bingung. Gak biasanya Ridho menelfon untuk memastikan dirinya kerumah sakit atau tidak, apalagi menyuruhnya untuk cepet datangnya.
"Gak ada apa apa Tar" jawab Ridho.
"Oh yaudah gue kesana" ucap Tari lalu mematikan telfonnya. Cewek itu menghapus air matanya lalu bangkit dan meninggalkan tempat itu.

Sampai disana. Tari kaget. Bingung. Oji kenapa menangis? Dan Ridho juga kenapa menangis? Tari melihat jendela ruangan Ari. Mama Ari? Papa Ari? Kenapa mereka menangis? Ada apa ini? Apa yang terjadi?
"Kak Ridho" panggil Tari pada Ridho yang duduk sambil menutupi wajahnya. Ridho mendengak. Melihat Tari.
"Kak ini ada apa?" Tanya Tari gemetar. Air matanya mendesak keluar.
"Tar. Ari..." Ridho menghentikan ucapannya.
"Kak Ari kenapa?" Tanya Tari penasaran.
"Lo tanya dokter aja ya. Dia ada diruangannya" ucap Ridho. Secepat kilat Tari langsung pergi ke ruangan dokter Andre yang sudah dihafalnya.
"Permisi dok" ucap Tari.
"Iya. Silahkan duduk" ucap dokter. Tari duduk berhadapan dengan dokter itu.
"Dok saya ingin bertanya soal keadaan kak Ari" ucap Tari to the point. Tanpa disebutkan nama asli, dokter Andre sudah tau kalau Ari adalah matahari senja. Dokter diam. Menarik nafas berat.
"Ari semakin parah. Bahkan saat ini hidup dia hanya bergantung pada alat" ucap Dokter. Tari menangis.
"Berarti kalau alat itu dicabut...Kak Ari..." ucap Tari terbata.
"Ya. Dia meninggal" ucap Dokter meneruskan ucapan Tari.
"Tapi masih ada kesempatan hidupkan dok?" Tanya Tari.
"Saya harus berkata yang sejujurnya. Jujur saja, saya juga tidak dapat menjamin kalau Ari akan sembuh" ucap dokter. Tari semakin deras menangis.
"Dan..." ucap dokter.
"Dan apa dok?" Tanya Tari mencecar. Dokter menarik nafas berat untuk yang kesekian kalinya.
"Hidup Ari tinggal 5%" ucap dokter. Tari menangis histeris. Tanpa berkata lagi, cewek itu berlari keluar dan menuju ke ruangan Ari. Ruangan itu sepi. Sudah tidak ada papa dan mama Ari. Ridho dan Oji pun duduk diluar. Tari masuk. Dengan langkah perlahan cewek itu mendekati Ari.
"Kak, bangun kak. Gue mohon. Lo jangan tidur terus. Gue kesepian" ucap Tari menangis. Tari memeluk tubuh Ari.
"Gue kangen. Gue kangen segalanya tentang lo kak. Bangun kak. Bangun. Jangan tinggalin gue sendiri kak. Lo udah cukup tidur. Lo harus bangun. Karena... karena gue sayang lo" ucap Tari sambil memeluk Ari. Tari menangis didada Ari.

Jingga Untuk Matahari *fanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang