Part 13

2.6K 64 12
                                    

Sudah 1bulan setelah kejadian dimana Lia memergoki Henry sedang bersama wanita di Mall. Dan sejak saat itu Lia tak pernah merasa betah berdekatan dengan Henry barang sedikit pun.

Dan dimana Lia harus cek ke Dokter kandungan, Lia akan beralasan mengajak Ratih anak Bi’Min, dan hasilnya Henry akan mengijinkannya Lia hanya bersyukur bahwa Ia tak hanya berdua dengan Henry.

Setelah kejadian yang Lia lihat diMall. Keesokan harinya Lia menelfon seorang Detekftif untuk mancari Informasi perempuan yang bersama Henry.

Dan setelah 1hari Detekf itu mencari Informasi dengan akurat, Lia bagaikan tersambar petir disiang bolong.

Bagaimana tidak, ternyata perempuan itu adalah kekasih Henry sebelum Henry menikah dengan Lia. Dan kabar buruknya lagi adalah selama Henry di Jerman Henry menghabiskan waktunya berdua bersama dengan perempuan itu dan itu persisi disaat ia harus merelakan anaknya yang saat itu Lia kandung.

Lia hanya bisa membodohi semua pikirannya tentang Henry, dimana Lia fikir Henry adalah sosok yang memang pantas penjadi pendamping, Imam, serta papa yang baik untuk anaknya kelak. Namun semua itu harus hilang setelah Lia tahu seberapa bejat kebusukan Henry dibelakang Lia.

Lia tahu bahwa Lia hanyalah seorang istri yang harus setiap kepada suami tampa boleh membangkangnya, namun apa ini balasan yang harus Lia terima setelah menjadi istri dari Henry. Lia juga memaki ayahnya dimana memaksa Lia harus menikah dengan Henry. Namun Lia langsung menghilangkan pikiran jeleknya tentang orang tuannya, bagaimana Lia bisa berfikir seperti itu Orang tuannya juga tak akan pernah tahu tentang kebusukan Henry.

Namun sepandai pandaninya orang menutupi kejelekannya orang itu tak akan pernah bisa terus menutupinya, dan hasilnya sekarang Henry sudah terlihat kebusukannya dibelakang Lia.

Lia juga merasa dibohongi dengan perhatian Henry yang Lia teriman saat Hamil. Dan Lia sudah membuat keputusan paling penting dalam hidupnya, Lia akan segra mengirimkan surat gugatan cerai itu Henry secepatnya, tanpa pikir panjang, Lia segera menelfon Pengacara keluarganya untuk menguru masalah ini.

“Halooo...” ujar Lia.

“....”

“Om, Lia mau kekantor Om sekrang. Om ada enggk?” pinta Lia.

“...”

“Om kapan pulang? Lia punya urusan penting”

“...”

“Lia enggk bisa ngomong ini ditelpon, Om”

“...”

“ok Om” akhir Lia ditelpon.

Lia hanya bisa pasrah, dimana disaat Pangacara Keluarganya Om Tri tidak bisa diandalak untuk membantu masalah ini. Dan tadi saat di telpon Om Tri mengusulkan Pengacara yang juga bekerja dengan Om Tri yang menolongnya, dan tidak pikir panjang Lia segera menerima tawaran Om Tri.

Setelah mendapat nomer telpon Pengacara utusan Om Tri, Lia segera membuat janji dengannya, namun Lia juga harus bisa bersabar, sebeb baru minggu depan orang itu bisa Lia temui. Namun Lia hanya bisa bersabar menunggunya sebeb Lia juga tak bisa mengharapkan Om Tri yang sekarang ini masih berada di Jerman karna mengurusi masalah Hukum Kliennya disana, dan Lia harapkan saat ini Cuma Pengacara yang Lia tahu bernama Kristian Aputra Daryan.

Lia juga tak bisa asal pilih pengacara untuk membantu masalah ini, Lia juga sedikt mengenap Pengacara tersebut, yang banyak orang dipanggial Tian. Pengacara tampan yang dan penting ia adalah pengacara paling kompeten 3tahun terakhir yang Lia tahu.

Dan semua kasus yang di tanggani selalu menang dengan suksen, maka dari itu saat Om Tri mengusulkan Tian menjadi pengacaranya, Lia segera menyetujuinya.

Karna janji temu dengan Tian baru bisa minggu depan, Lia memutuskan untuk pergi keluara sebentar menghilangkan pikiran yang sedang ditanggungnya saat ini.

Dan hanya dua tempat yang akan selalu didatangi oleh Lia saat hatinya sedang resah dan merasa perlu kekuatan.

Lia juga sudah lama tidak pernah datang kesana, mungkin saat ini adalah waktu yang pas untuk mengujunginya.

Setelah melewati jarang yang lumayan jauh dari rumah Lia akhirnya sampai juga pada tempat yang memang ditujunya sejak tadi, Lia segera menyuruh supir yang mengantar Lia untuk menunggu sebentar.

Sebelum Lia kesana, Lia menyempatkan untuk membeli sebuah karangan bunga untuk diberikannya nanti.

Sebuah bunga Tulip yang Lia berikan untuknya.

Setelah membeli karangan bunga itu, Lia segera menuju tempat yang dari sejak tadi terus dipernhatikannya, Lia melewati beberapa orang yang sedang berlalu lalang di tempat yang sama yang Lia kujungi sekarang. Lia hanya berfikir apa mereka sama seperti dirinya saat ini yang sedang mengunjingi keleuarga mereka, Lia harus mengkuatkan dirinya saat nanti sudah berhadapan dengannya.

Setelah melewati jalan kecil serta berpapasan dengan beberapa orang yang ada, Lia akhirnya sampai juga di depan sebuah gundukan tanah yang disana diberi papan nisa bertuliskan Kavin Abellard Hardana.

Lia hanya bisa melihat papan nama tersebut dengan hati yang sedih dan terlukan, mungkin hanya dia yang Lia miliki, namun tuhan berkata lain dengan memberikan cobaan untuk Lia.

Lia segera meletakkan karangan bunga yang sejak tadi Lia bawa di dekat batu nisan tersebut.

“Apa kabar sayang? Kamu kangen Mama enggk? Mama kangen kamu?

Maafin Mama ya, El. Karna sampai detik ini Mama enggk pernah dateng sama Papa, tapi Mama akan selalu berharap nanti Papa akan mengetahui semuanya tanpa Mama yang harus berbicara

sekarang Mama sedang mengandung adik kamu sayang, panggilannya juga sama kaya kamu, El. Pasti kalau kamu ada didekat Mama kamu pasti seneng dengar kabar ini. Sama seperti Mama sayang, waktu Dokter Zeta bilang Mama sedang mengandung adikmu Mama juga senang, namun Mama tetap sedih. Mama masih takut kehilangan kalian lgai, apalagi saat Mama mengandungmu dulu, Papamu malah sedang pergi jauh dari Mama.

Tapi kamu tidak usah takut Lagi, Mama akan selalu menjanga adik kamu, seperti Mama mempertahankan nyawa Mama.

Maafin Mama juga ya, El. Mama baru bisa jenguk kamu sekarang. Kamu enggk marah kan kalau Mama baru bisa dateng sekarang. Kamu kan harus inget juga Mama sedang hamil jadi tidak boleh terlalu lelah sedikit. Jadi kamu enggk usah ngiri sama adik kamu, Mama sayang kalian berdua ko, jadi jangan marah yah. Mama sayang kalian berdua”

Awalnya Lia hanya bisa menahan sesak didadanya dan berharap air mata yang sejak tadi ditahanya tak akan keluar, namun tuhan berkata lain. Air mata tersebut akhirnya jatuh juga dan membuat hati Lia menjadi tambah sesak dimana saat ini Lia sedang berada di pemakaman tempat Anaknya dikuburkan.

Mungkin hanya Lia, Ayana, serta para pembatu yang tahu dimana tempat Lia menguburkan anaknya yang masih berusia 6bulan tersebut.

Dan mungkin hanya Henry saja yang tak pernah tahu dimana letak makan anaknya, dan Lia juga berdoa semoga sampai kapanpun Henry tak akan pernah bisa menemukan makan Anaknya Kavin atau biasa Lia panggil dengan sebutan El, sama seperti anak yang sedang Lia kandung sekarang yang Lia panggil dengan sebutan El.

“Maafin Mama ya, El. Kalau Mama nanggis, El pasti tahu kan apa yang Mama rasain sekarang. Karna Cuma El saja yang tahu hati Mama.

Maafin Mama juga ya, El. Kalau sampai kapan pun Mama enggk pernah mau kasih tahu kamu sama Papa. Mama enggk mau sampai itu terjadi. Mungkin memang Papa adalah Papa El. Tapi semenjak skejadia itu Mama sudah tak pernah mau menghanggap kalau dia adalah Papa El. Karna El hanya punya Mama dan bukan orang lain, sama seperti Adik El. Mama tak pernah mau menghanggap dia sebagai Papa El”

Lia terus saja bercerita tentang kemarahnya kepada Henry pada El. Karna tak ada yang bisa Lia ajak berbicara saat ini, dan mungkin hanya El saja yang mau mendengar keluh kesahnya selama ini.

Love, Regret and LossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang