Part 22

1.5K 72 6
                                        

Setelah Lia sudah mulai tenang dan mau mengala untuk tidak ikut pergi bersama Henry ke kantor polisi. Akhirnya Henry berangkat, sebelumnya pun Henry sudah menghubungi Afif dan pengacaranya untuk mengatasi masalah yang Henry tak tahu apa.

Karna memang kondisinya yang lelang dan tengah malah Henry bisa menempuh waktu tidak lebih 1 jam untuk sampai ke kantor polisis yang berada di daerah Jakarta pusat dan rumah Henry sendiri berada di Jakarta Selatan yang biasanya ditempuh dengan waktu 2 jam lebih saat siang atau waktu sibuk.

Henry segera keluar dari mobilnya, sebelumnya saat Henry dengan memarkirkan mobilnya Henry melihat sudah ada Afif dan Abas yang lebih dulu datang dari padanya yang memang jaraknya lebih dekat dari Henry.

“Bagaimana?” Tanya Henry setelah ia berdiri didepan Afif Asistennya yang membantu menangani masalah ini.

“Sedang diselesaikan oleh Abas. Mungkin kamua juga akan dipanggil” ujar Afif terus terang dan gaya bicaranya seperti biasa tidak kaku dan malah terdengar berteman dan Henry pun juga tidak terlalu suka apabila Afif bebicara formal padanya.

Mungkin aneh, namun itu Henry. Tapi itu hanya khussu Afif dan soal karyawan lainnya tentu harus berlaku sopan padanya.

“Ok. Lalu siapa orang yang bernama Irza itu? Ada hubungan apa dia dengan Lia sampai ditengah malam seperti ini kantor polisi menghubungiku untuk masalah ini. Memang dia tak punya sodara atau teman lainnya” ujar Henry geram dengan orang yang bernama Irza tersebut.

Bagaimana tidak saat dia dan Lia sudah ingin atau mungkin saja sedang asik tertidur tiba – tiba ada telpon dari kantor polisi dan menyuruhnya datang. Memang dia tak punya teman lain atau keluarga apa, sampai harus menelpon Lia.

“Dia hanya anak umur 6 tahun. Dan soal keluarga memang dia haya mempunyai nomer Lia jadi wajar Polisi langsung menghubunginya” ujar Afif jujur dan membuat Henry kaget.

Karna sejak ia mengetahui ada orang yang menghubungi Lia tegah malam dan Henry mengetahui itu nama Laki – laki ia langsung marah dan sejak dijalan pula ia terus memaki orang bernama Irza namaun alangkah kagetnya bahwa Irza adalah anak berusia 6 tahun.

Bagaimana bisa ia cemburu dengan anak berumur 6 tahun. Disbanding dengan anak itu jelas Henry lebih ungul dari padanya dan satu statusnya dengan Lia adalah suami – istri berbeda dengan anak itu yang tidak ada hubungan apapun dengan Lia atau Henry sekalipun.

“Memang dimana orang tuanya? Kenapa juga harus Lia? Aku mau lihat seperti apa orang tuanya anak itu. Bagaimana bisa anak berumur 6 tahun malah berkeliaran malam – malam begini oh tidak ini sudah menjelang pagi” maki Henry mengutuk orang tua anak tersebut dan melihat jamnya yang sudah menunjukkan angkap 1.

“Aku harap kau tenang. Jangan marah – marah dan saat kamu nanti diberi nasehat atau ditanya Polisis nanti jangan pernah menyela” harap Afifi menasehati, Afif tahu bagaimana sifat Henry yang susah mengendalikan dirinya.

“Ya, semoga”

Saat Henry dan Afif tadi sedang berbicara ia terus menatap sosok anak yang berada di dalam ruangan yang Henry bisa lihat dari jendela dan terlihat anak itu mengantuk dan terus memeluk mobil – mobilannya seakan ada orang lain yang akan mengambilnya.

Henry hanya tersenyum melihatnya, ia membanyakngkan saat nanti Lia sudah melahirkan dan anaknya sudah besar ia akan mengajak anaknya kekantornya agar anaknya tahu apa pekerjaannya. Seperti anak itu yang mungkin diajak ayahnya untuk ikut bekerja dan merasakan menjadi seorang Polisi.

“Apa kau mau bertemu dengan anak itu?” usul Afif

“Ha?” ujar Henry kaget karna ia terlihat asik memandangi anak laki – laki tersebut.

Love, Regret and LossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang